INDONEWS.ID

  • Rabu, 18/09/2019 22:30 WIB
  • Air Keras yang Pedih Ternyata Tidak Membuat Novel Rendah Hati

  • Oleh :
    • very
Air Keras yang Pedih Ternyata Tidak Membuat Novel Rendah Hati
Rudi S Kamri, penulis adalah pengamat sosial politik, tinggal di Jakarta. (Foto: ist)

Oleh : Rudi S Kamri *)

DUA tahun lalu salah satu penyidik andalan KPK Novel Baswedan mendapat musibah. Mukanya disiram air keras oleh orang tak dikenal. Akibatnya matanya menjadi cacat dan mendapat perawatan medis yang serius di Jakarta dan Singapura. Tidak ada yang bahagia mendengar musibah brutal tersebut. Hampir seluruh negeri menyampaikan simpati yang mendalam atas musibah yang dialami Novel. Termasuk saya.

Baca juga : Pimpinan PNM Tegaskan Program Mekaar Solusi bagi Perempuan Indonesia

Ucapan simpati banjir ke Novel dan KPK. Termasuk dari Kepala Negara Presiden Jokowi. Bahkan Presiden Jokowi menyatakan semua biaya pengobatan Novel semuanya ditanggung melalui Dana Operasional Kepresidenan.

"Untuk transparansi pembiayaan Sdr. Novel pada 2017 menghabiskan Rp 3,5 miliar. Itu seluruhnya dibiayai dana kepresidenan," kata Agus Rahardjo Ketua KPK saat rapat kerja dengan Komisi III di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (7/6/2018).

Baca juga : Kisah Sukses Dewi, Nasabah PNM Kembangkan Bisnis Minuman Kesehatan

Bahkan dijelaskan untuk tahun 2018 saja biaya pengobatannya Novel sebesar Rp 389 juta tetap ditanggung oleh Pemerintah. Presiden Jokowi bahkan memerintahkan semua biaya pengobatan Novel sampai pulih akan tetap ditanggung oleh negara melalui Dana Operasional Kepresidenan. Diperkirakan pengobatan Novel masih akan membutuhkan biaya yang sangat besar.

Lalu apa respons Yang Mulia Novel Baswedan atas perhatian dan kepedulian Presiden Jokowi terhadap dirinya ?

Baca juga : Modal Pinjam PNM Mekaar, Dewi Lambungkan Bisnis Minuman Kesehatan

Ucapan terimakasih kepada Presiden kah ?

NO NO NO NO !!!!

Alih-alih Novel Baswedan mengucapkan terimakasih atau sowan menghadap Presiden Jokowi, yang dia lakukan justru ada indikasi kuat membangun kekuatan di internal KPK dan para pendukungnya untuk melakukan perlawanan terhadap Presiden Jokowi. Konon kabarnya dalam Pilpres 2019 dengan kolaborasi dengan sang kakak sepupu sesama Baswedan dia aktif menggalang kekuatan untuk melawan Jokowi alias mendukung lawan Jokowi. Salahkah ? Tentu tidak !!! Hal ini merupakan hak penuh konstitusional Yang Mulia Novel Baswedan sebagai warga negara. Cuma dengan melihat kebaikan Jokowi selama ini kepada dia, hal tersebut terasa aneh, tidak tahu terimakasih dan terkesan norak.

Bahkan beberapa waktu lalu Novel Baswedan terang-terangan membuat ujaran provokatif : "Para koruptor berhutang Budi kepada Jokowi". Narasi sarkastik ini sangat tidak elok karena secara tidak langsung dia menuduh Presiden Jokowi membuat kebijakan yang berpihak dan menguntungkan para koruptor. Padahal dalam kenyataannya justru Presiden Jokowi sangat terkesan mendukung penguatan KPK.

Hal mana lagi yang hendak kau dustakan, wahai Novel Baswedan ?

Perihal sangkaan bahwa Novel Baswedan bersama sepupunya dan kroni-kroninya punya agenda terselubung untuk tahun 2024 sudah santer disuarakan berbagai pihak. Saya tidak peduli. Tapi yang membuat saya marah adalah bahwa semua itu dilakukan di gedung KPK yang semuanya dibiayai oleh rakyat melalui pembayaran pajak. Kita seolah membiayai sekelompok orang yang memanfaatkan jabatannya untuk melawan dan menghina Kepala Negara. Itu yang membuat saya terasa mual dan hendak muntah.

Mengapa Novel Baswedan begitu perkasa ? Karena selama ini kiprah "playing victim` dia sangat didukung oleh berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) kroni-kroninya dan beberapa kelompok masyarakat yang disesatkan oleh narasi yang dibangun oleh Novel Baswedan dan kawan-kawan selama ini. Bahkan terkait rencana inisiatif DPR untuk melakukan revisi UU KPK, seorang Najwa Shihab yang selama saya pandang netral dan bersikap bijak, justru malah terkesan berpihak dengan kelompok mereka dan menyalahkan Presiden Jokowi. Aneh bin ajaib.

Menurut saya dukungan yang membabi-buta dan tidak rasional ini yang membuat seorang Novel Baswedan tidak pernah bisa menjadi orang yang rendah hati. Dia menjadi besar kepala. Biasanya kalau seseorang setelah mendapat musibah pada umumnya dia akan rendah hati dan instrospeksi diri. Tapi Novel memang bukan orang biasa. Dia manusia luar biasa yang tidak perlu berterima kasih kepada orang yang telah peduli dan menolongnya. Dan para tokoh LSM, para guru besar dan tokoh masyarakat yang selama ini mendukung dia secara buta itulah yang secara tidak langsung menciptakan dan membuat seorang Novel Baswedan menjadi manusia seperti ini.

Entah musibah seperti apa lagi yang bisa membuat Yang Mulia Novel Baswedan bisa menjadi manusia tahu diri dan rendah hati. Hanya Tuhan yang tahu jawabnya 🙏🙏

Salam SATU Indonesia

*) Rudi S Kamri, penulis adalah pengamat sosial politik, tinggal di Jakarta.

Artikel Terkait
Pimpinan PNM Tegaskan Program Mekaar Solusi bagi Perempuan Indonesia
Kisah Sukses Dewi, Nasabah PNM Kembangkan Bisnis Minuman Kesehatan
Modal Pinjam PNM Mekaar, Dewi Lambungkan Bisnis Minuman Kesehatan
Artikel Terkini
Kunjungan Pj Bupati Maybrat ke SMAN 1 Aifat Raya Ungkap Kekurangan Guru dan Data Siswa yang Tidak Akurat
Pj Bupati Maybrat Apresiasi Inisiatif Kerja Bakti SMP Negeri 1 Aifat Ayawasi
Menko Airlangga: Indonesia Percepat Pembangunan Ekonomi Dengan Reformasi Struktural dan Tingkatkan Daya Saing
Antisipasi Kebijakan Ekonomi dan Politik dalam Perang Iran -Israel
Berangkatkan Lebih dari 10 Ribu Penumpang, Mudik Gratis di Sumut Berhasil Tekan Penggunaan Sepeda Motor
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas