INDONEWS.ID

  • Kamis, 16/01/2020 09:45 WIB
  • ISED Ajak Masyarakat Perkuat Literasi Digital Hadapi Era Disrupsi

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
ISED Ajak Masyarakat Perkuat Literasi Digital Hadapi Era Disrupsi
Acara diskusi publik "ISED Series Discussion" di Sarinah, Jakarta, Rabu (15/1)

Jakarta, INDONEWS.ID - Era disrupsi telah mengubah wajah dunia di banyak sektor. Indonesia, seperti negara-negara lainnya di dunia harus bertransformasi dalam menghadapi era disrupsi ini yakni melalui penerapan teknologi kecerdasan buatan dan big data.

Masuknya teknologi digital telah mengubah perilaku manusia dalam berinterasi dan beraktivittas sehingga berdampak pada perubahan kehidupan sosial, ekonomi, politik dan pendidikan yang tak terhindarkan.

Baca juga : Soal RUU DKJ, Anggawira: Daerah Khusus Jakarta Perlu Disederhanakan

Direktur Institute for Social Economic and Digital (ISED), Julie Trisnadewani mengatakan kehadiran teknologi merupakan realitas yang tidak dapat dihindari. Sehingga, masuknya teknologi ini harus dilihat dari kacamata yang positif yaitu perlunya perubahan cara pandang dan pentingnya mempersiapkan keterampilan baru yang sesuai dengan perkembangan jaman.

"Hal yang harus dipersiapkan adalah meningkatkan dan mengembangkan kemampuan literasi digital mengingat 60 persen penduduk Indonesia memiliki tingkat pendidikan paling tinggi SMP. Saya lebih konsen agar literasi digital ini kita dorong melibatkan semua pihak dan berkolaborasi dengan pemerintah," ajak Julie dalam acara diskusi publik di Sarinah, Jakarta, Rabu (15/1/2020).

Baca juga : Izin AMDAL dalam UU Cipta Kerja Tidak Dihapus, Hanya Disederhanakan

Julia menambahkan kehadiran kehadiran teknologi buatan yang mewabah di setiap lini kehidupan masyarakat harus disambut baik. Sebab, menurutnya, kendati banyak perkerjaan yang hilang, namun akan ada banyak jenis perkerjaan baru yang tercipta yang berbeda dari sebelumnya.

Mengutip penelitian yang dilakukan oleh McKinsey & Company, Julie menyebut pada tahun 2019 menunjukkan, diperkirakan jumlah lapangan kerja baru yang muncul karena masuknya teknologi digital ke sektor layanan kesehatan, konstruksi, manufaktur dan ritel di Indonesia jauh Iebih besar dari lapangan kerja yang hilang.

Baca juga : Arya Bima: Nilai-nilai Pancasila Terkoyak di Era Disrupsi Teknologi

“Secara khusus, laporan penelitian tersebut memperkirakan akan ada 26 Juta hingga 46 juta pekerjaan baru yang diakibatkan oleh masuknya teknologi ini ke sektor sektor tersebut. Namun perlu digaris bawahi bahwa ada kurang lebih 10 juta jenis pekerjaan baru yang berbeda dengan jenis pekerjaan sebelumnya,” kata Julie dalam acara diskusi publik di Sarinah, Jakarta, Rabu (15/1/2020).

Merujuk pada hasil penelitian ini, Julia berharap sektor pendidikan Indonesia mau membuka diri melakukan perubahan sistem kurikulum yang radikal agar bisa menyesuaikan diri terhadap tuntutan zaman terutama untuk kebutuhan lapangan kerja.

“Dengan kesiapan perguruan tinggi tersebut, maka diharapkan di masa mendatang, lulusan perguruan tinggi dapat mengisi kesenjangan antara kebutuhan tenaga kerja terampil dengan ketersediaan tenaga kerja terampil di Indonesia sebagaimana ditunjukkan oleh OECD economic Outlook for South East Asia. China dan India 2020,” tutupnya. *(Rikardo). 

 

Artikel Terkait
Soal RUU DKJ, Anggawira: Daerah Khusus Jakarta Perlu Disederhanakan
Izin AMDAL dalam UU Cipta Kerja Tidak Dihapus, Hanya Disederhanakan
Arya Bima: Nilai-nilai Pancasila Terkoyak di Era Disrupsi Teknologi
Artikel Terkini
Cegah Perang yang Lebih Besar, Hikmahanto Sarankan Menlu Retno untuk Telepon Menlu Iran Agar Tidak Serang Balik Israel
Menakar Perayaan Idulfitri dengan Kearifan Lokal Secara Proporsional
Pj Bupati Maybrat Sidak Kantor Distrik Ayamaru Jaya, Ini yng Dijumpai
Bahas Inklusivitas Keuangan hingga Stabilitas Geopolitik, Menko Airlangga Berbincang Hangat dengan Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair
PTPN IV Regional 4, Bangun Tempat Wudhu Masjid Tuo
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas