Olah Raga

Milwaukee Bucks 50 Tahun Kemudian

Oleh : Rikard Djegadut - Selasa, 20/07/2021 19:01 WIB

Reinhard R. Tawas

Oleh Reinhard R. Tawas

Jakarta, INDONEWS.ID - Rabu pagi ini, Milwaukee Bucks menjadi tuan rumah game ke-6 grand-final NBA 2021 (season 1920-21) dengan unggul 3-2 atas Phoenix Suns. Jika statistik tidak menyimpang jauh, Bucks akan kembali menjuarai NBA persis seperti 50 tahun lalu.

Musim di tengah pandemi covid-19 ini akan menjadi kenangan terindah bagi penduduk Milwaukee. Tim NBA yang memenangkan game ke-5 di final ketika posisi 2-2 kans menjadi juara adalah 72,4%. Phoenix Suns tidak akan membuat ini mudah. Mereka dikenal sebagai tim terbaik keika bermain di kandang lawan.

Terakhir kali Milwaukee Bucks menjadi juara NBA adalah 50 tahun lalu yakni pada 1971, dengan bintangnya Lew Alcindor. Sebenarnya Alcindor sudah masuk Islam dan berganti nama menjadi Kareem Abdul-Jabbar, tapi nama itu baru disandangnya tahun 1973.

Kareem Abdul-Jabar ketika di college sangat dominiman dengan dunk-dunknya sehingga NCAA membuat aturan yang melarang dunk. Karena itu lah Abdul-Jabbar mengembangkan tambakan khasnya "sky hook" yang tak tertahankan dan menghasilkan sebagian besar dari 38.387 poin selama karirnya, tertinggi di NBA hingga sekarang.

Jika pemain basket biasa mencuri tambahan 1-2 inci tinggi badan untuk memberi kesan tinggi kepada para pencari bakat, Kareem Abul-Jabbar justru menurunkan tinggi badannya 2 inci (5,08 cm).

Saya dapat info ini dari Pelatih Legendaris Boston Celtics K.C. Jones ketika bertemu tahun 1996 di Hotel Indonesia. Katanya "Kareem is 7-4, not 7-2. " Mungkin juga K.C. Jones mencari alasan supaya centernya ketika itu, Robert Parish, wajar kalah dari Abdul-Jabbar karena kalah tinggi.

Apa yang bisa diingat tentang tahun 1971? Lew Alcindor sudah berlatih Jeet Kun-do dengan Bruce Lee yang mengajaknya bermain dalam film ketika off-season 1971-72.

Film ini baru dirilis 1978 lima tahun setelah Bruce Lee meninggal dan dinamakan "Game of Death" Penulis menonton film ini di City Theatre Pasar Baru 1978 (sekarang kembali menjadi Gedung Kesenian).

Hollywood merilis film French Connection tentang gembong narkoba Prancis. Film ini meraih Oscar untuk Film Terbaik, Sutradara Terbaik dan Aktor terbaik Gene Hackman.

Di tahun yang sama insan perfilman Indonesia menghasilkan film "Beranak Dalam Kubur" dengan Suzanna yang melegenda. The Beatles baru saja bubar dengan album terakhir "Let It Be" 1970 yang memenangkan Emmy Awards 1971.

Rudy Hartono menjuarai badminton All England untuk ke-4 kalinya dengan mengalahkan sesama pemain Indonesia Muljadi.
Melihat game-game sebelumnya. Sepertinya Mike Budenholzer sudah mengetahui strategi apa yang perlu diterapkan di game ke-6.

Dan ia tidak akan lari jauh dari zone defense 2-3 jika perlu untuk lebih menjaga paint area (area yang dicat di bawah dan depan jaring), dengan mengandalkan Giannis Antetokounmpo dan Brook Lopez.

Meskipun Bucks adalah tim dengan pertahanan terbaik di area paint di NBA, bukan berarti tim lawan tidak bisa mengeksplore kelemahannya. Ketika tim terkonsentrasi bertahan di satu area, akan terbuka kesempatan di area lain.

Ini yang harus diwaspadai. Contoh yang paling gampang dicerna adalah game ke-2 ketika Phoenix Suns menang 118-108. Suns menghujani keranjang Bucks dengan 40 tembakan 3 angka dan masuk 50%.

Tembakan dari pusat kota (down town istilah sana) ini menghasilkan 60 poin, lebih dari setengah total yang 118. Ini tidak boleh terulang.

Tidak ada satu pun tim di NBA yang bisa mempertahankan dengan sama baiknya kemungkinan tembakan dari down town, dari area paint dan yang lebih menusuk, layup dan dunk.

Menyadari itu tidak mungkin, Buldenholzer meminta pemainnya lebih berkonsentrasi menghentikan jump-shot jarak sedang dan layup yang akurasinya jauh lebih tinggi. Dan untuk ini Bucks punya Antetokounmpo dan Lopez yang perkasa menjaga paint.

Sementara itu kelihatannya Monty Williams, coach Suns, dengan harapan besar terutama kepada Chris Paul, guard yang sangat berpengalaman, tetap akan mengandalkan tembakan 3 angka mereka seperti yang diberitakan arizona.com sebelum latihan Senin kemarin. Ini yang paling reasonable untuk Suns bisa menang.

Sementara Bucks secara kwalitas keseluruhan harus diakui lebih unggul sedikit dengan adanya Giannis Antetokounmo sebagai MVP 2 kali berturut-turut. Kita akan menyaksikan perjalanan karir luar biasa "Greak Freak" Yunani dari orangtua Nigeria ini yang sebenarnya didraft Milwaukee Bucks 2013 dari tim basket kelas divisi 2 Yunani! Sekarang dengan gaji per tahun USD 45,6 juta per tahun, ia adalah salah satu atlit dengan gaji tertinggi di Dunia.

Satu hal yang penting, seperti kata Rudy Hartono, untuk menjadi juara diperlukan faktor "luck" juga. Selama bola basket masih bundar, Suns masih tetap bisa bersinar.

Contohnya nggak jauh-jauh dan baru banget. Inggris di depan penontonnya takluk. "Luck" berpihak ke Italia melalui tendangan penalti.*

Artikel Terkait