Nasional

Pemred Asri Hadi Dapat Buku "Tentang Rindu" dari Ibnu Wahyudi

Oleh : Rikard Djegadut - Minggu, 25/07/2021 20:10 WIB

Pemimpin Redaksi Indonews.id, Asri Hadi bersama sahabatnya, sastrawan Ibnu Wahyudi (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Pemimpin Redaksi Indonews.id, selaku dosen senior Institut Pemerintahaan Dalam Negeri (IPDN) mendapat kado istimewa dari sabahat dekatnya, seorang sastrawan Indonesia, Ibunu Wahyudi.

Untuk diketahui, Sastrawan Ibnu Wahyudi memang dikenal cukup produktif melahirkan karya-karya sastranya. Terbaru, ia sukses menerbitkan buku antologi puisi berjudul "Tentang Rindu".

Dalam buku "Tentang Rindu", Ibnu Wahyudi mendasari penulisannya pada fakta bahwa mustahil manusia tidak mempunyai kerinduan.

Wujud kerinduan juga, ungkap Ibnu, beraneka rupa seperti rindu kepada seseorang, rindu kepada suasana, rindu kepada aroma, bahkan sangat mungkin pula rindu kepada Pencipta.

Dalam antologi puisi yang ditulisnya dalam rentang waktu antara 2018-2020 itu, Ibnu menegaskan bahwa seiring mengalirnya waktu, ada rindu yang tetap tidak menemukan muaranya, bertemu secara tidak terduga, atau mungkin saja hilang begitu saja.

Kualitas rindu juga penuh tipu daya. Sebentar rindu menggebu, dalam saat yang sekelebat mencair dan berakhir. Namun tidak sedikit pula rindu yang membatu, terus mengganggu setiap waktu. Tiba-tiba mengada dan terus saja menjelma aneka rasa.

Antologi puisi ini menghimpun puisi bernuansa rindu yang ditulis Ibnu dalam pelbagai situasi. Pemicunya tidak hanya satu, tentu. "Barangkali saja rasa rindu yang telah saya kemas dalam puisi ini ada yang serupa dengan kerinduan pembaca sehingga dapat diperbandingkan," tulis Ibnu Wahyudi dalam sinopsisnya.

"Jika pun tidak serupa, mungkin dapat menjadi semacam panorama yang berbeda. Semoga kerinduan kita bertemu, setidak-tidaknya melalui buku ini. Selamat merindu," imbunnya.

Dimintai tanggapan dan kesannya dikirimkan buku "Tentang Rindu" ini dari sahabatnya, Asri Hadi mengaku sangat bahagia dan berterima kasih kepada sastrawan Ibnu Wahyudi.

Asri Hadi menuturkan, persahabatannya dengan Ibnu Wahyudi bermula ketika sama-sama mengenyam pendidikan di Monash Univerisity, Australia. Mereka tinggal dalam satu rumah selama mengikuti pendidikan di Negeri Kangguru itu.

"Saya dengan Ibnu Wahyudi satu rumah dulu waktu sekolah di Monash university Australia tahun 1992-1994," ungkap Asri Hadi dalam keterangannya, Minggu (25/7/21).

Sepulang dari Australia, Asri Hadi meniti karir dan menjadi dosen di Institut Pemerintahaan Dalam Negeri (IPDN) Kemendagri, sedangkan Ibnu Wahyudi menjadi dosen Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

"Walaupun sudah lama berpisah dan jarang bertemu, tapi kerinduan untuk saling bertemu selalu muncul setiap waktu. Akhirnya, kerinduan itu terobati setelah baca bukunya `Tentang Rindu: Antologi Puisi 2018-2020`," tutur Asri Hadi.

Profil Ibnu Wahyudi

Ibnu Wahyudi lahir di Ampel Boyolali, pada 24 Juni l958. Ia adalah pengaiar tetap di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universutas Indonesia sejak tahun 1985.

Tahun 1997-2000, Ibnu menjadi pengaiar tamu di Hankuk University of Foreign Studies (HUFS), Seoul. Selain mengaiar di Ul, ia juga menjadi pengajiar tamu di Universitas Prasetiya Mulya sejak 2005, Universitas Multimedia Nusantara atau UMN sejak 2009, serta di Singapore University of Social Sciences (SUSS) sejak 2011.

Pendidikan sarjana dan pascasariananya ditempuh di Universitas Indonesia dan di Monash University, Melbourne, Australia.

Beberapa buku sastra sudah ia publikasikan antara lain adalah Masih Bersama Musim (puisi, 2005), Haikuku (puisi, 2009), Ketika Cinta (puisi, 2009), Nama yang Mendera (prosa, 2010), Perjalanan Tubuh, puisi, 2013), Haikuya (puisi, 2013), Sihir Syair (puisi, 2013), Gumam Gurindam (puisi, 2013), Pantun Ramadan (puisi, 2013);

Kesetiaan yang la Titipkan (prosa, 2013), 100 Hari Puisi (puisi, 2016), Setengah Perjalanan (puisi, 20I6), Dari Negeri Ironi (puisi, 20I6), Pagi Menjadi Ibu (Puisi, 2016), Jejak Jarak, (puisi, 2017), Kata Mata (puisi, 2017), Dalam Pesona Sijo (puisi, 20l7), Gurindam Kekinian (puisi, 2017), Aka Haiku Kau (puisi; bersama Fryda Lucyana, 20l7).

Cover buku antologi puisi "Tentang Rindu" karya Ibnu Wahyudi

Buku-buku sastra atau kajian sastra yang pernah disusun atau disuntingnya antara lain adalah Lembar-Lembar Sajak Lama (1982), Pahlawan dan Kucing (I984), Konstelasi Sastra (1990), Erotisme dalam Sastra (1994), “Modern Indonesian Literature" dalam Modern Literature of ASEAN (2000), Menyoal Sastra Marginal (2004), Toilet Lantai 13 (2008), dan Ode Kebangkitan (2008).

Bersama anak sulung, ia telah menyusun dua buku pelajaran bahasa Korea, Cepat 8 Mudah Belaiar Bahasa Korea (2010) dan Cakap Bicara Korea (2013) serta menerjemahkan lebih dan 25 buku dari bahasa Korea, Saya Melangkah di Jalan Berlumpur: Choi Gye Wol, Legenda Hidup Korea dalam bidang Eksplorasi Sumber Daya Alam di Indonesia (2008; 2017) dan buku-buku cerita anak serta komik. Buku Dongeng Terbaik Korea (2014) juga telah disusunnya.

Sejak awal l980-an, ia sudah menulis di seiumlah media massa cetak seperti Kompas, Media Indonesia. Suara Karya, Pelita, Jurnal Nasional, Jurnal Puisi, Republika, Tempo, Koran Tempo, dan Suara Merdeka, serta di sejumlah majalah atau jurnal nasional maupun internasional seperti The Malay World dan International Area Review.

Dua karya puisinya dalam bahasa lnggris dimuat dalam antologi The First Five (2017) dan yang dalam bahasa Korea dimuat dalam maialah yang diterbitkan oleh Korea Dicapoem Institute nomor 31 (2019).*(Rikard Djegadut).

Artikel Terkait