INDONEWS.ID

  • Jum'at, 30/11/2018 19:05 WIB
  • Mensos Mengajak Kaum Milenial Jadi Pelopor Perdamaian

  • Oleh :
    • Abdi Lisa
Mensos Mengajak Kaum Milenial Jadi Pelopor Perdamaian
Di era milenial ini, penetrasi dampak globalisasi menjadi semakin kuat seiring semakin meningkatnya tingkat kemajuan teknologi informasi. (Foto Dok Mensos)

Jakarta, INDONEWS, ID - Menteri Sosial (Mensos) RI Agus Gumiwang Kartasasmita mengajak milenial generasi penerus bangsa untuk menjadi pelopor perdamaian, pelopor aktualisasi nilai-nilai Kearifan Lokal dalam kehidupan sehari-hari sehingga kelak bangsa Indonesia akan lebih besar dan berjaya.

"Di era milenial ini, penetrasi dampak globalisasi menjadi semakin kuat seiring semakin meningkatnya tingkat kemajuan teknologi informasi. Berkat revolusi teknologi informasi dewasa ini, informasi begitu mudah diakses oleh semua orang dan mengubah perilaku generasi muda yang lahir dari tahun 1980. Merekalah yang kita kenal sebagai generasi milenial, generasi yang tumbuh di tengah-tengah era globalisasi," tutur Mensos saat menyampaikan Orasi Budaya dalam Sarasehan Nasional Kearifan Lokal Tahun 2018 bertema "Aktualisasi Kearifan Lokal Sebagai Identitas Kebudayaan di Era Milenial" yang berlangsung di Jakarta, Kamis malam (29/11) kemarin.

Baca juga : Tradisi Kearifan Lokal dalam Perayaan Idulfitri Mampu Mendorong Moderasi Beragama

Ia mengatakan arus globalisasi dan teknologi informasi yang sangat cepat memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap cara pandang, budaya, dan gaya hidup di kalangan generasi milenial saat ini. Karakteristik generasi milenial sendiri mungkin berbeda-beda ditentukan oleh daerah dan kondisi sosial-ekonomi. Namun, secara umum karakter mereka dibentuk oleh keakraban mereka dengan teknologi.

Teknologi menggeser aktivitas mereka yang awalnya dilakukan di dunia nyata ke dunia maya. Implikasi sosialnya, ada kecenderungan kalangan generasi milenial menjadi asosial karena asyik berkutat dengan gawai yang menyediakan banyak hal secara cepat. Perilaku asosial menyebabkan generasi milenial tidak lagi akrab dengan seni dan budaya lokal.

Baca juga : Menakar Perayaan Idulfitri dengan Kearifan Lokal Secara Proporsional

"Hal yang bernuansa lokal seakan menjadi sesuatu yang usang atau ketinggalan jaman. Kondisi tersebut menyisipkan pesan tentang pentingnya kearifan dalam memanfaatkan kemajuan teknologi agar kemampuan untuk bersosialisasi dan beradaptasi dengan budaya lokal tidak tumpul," katanya dalam keterangan tertulisnya.

Dikatakan Mensos, kearifan lokal merupakan salah satu pembentuk identitas bangsa Indonesia dan generasi milenial adalah penerus bangsa. "Kearifan lokal yang sejak dulu menjadi identitas bangsa jangan sampai terkikis oleh budaya global yang masuk seiring berkembangnya kemajuan teknologi," tuturnya.

Baca juga : Relawan Ganjar Menang: Saya Yakin Kaum Milenial dan Gen Z Marah dengan Tingkah Gibran

Dikatakan Mensos, kearifan lokal di Indonesia merupakan salah satu pilar penting bagi terciptanya harmoni hubungan antarmasyarakat, termasuk dalam pemanfaatan sumber daya alam agar tidak menimbulkan konflik sosial.

"Di Maluku kita mengenal tradisi Pela Gandong  yang merupakan ikatan persatuan dengan saling mengangkat saudara antara satu dengan lainnya. Pada masyarakat Luwu di Sulawesi terdapat tradisi Tudang Sipulung Manre Saperra yaitu duduk bersila bersama menyantap makanan sebagai bentuk kebersamaan dan rasa syukur kepada yang Maha Kuasa, sambil menumbuhkan keyakinan tali persaudaraan yang harmonis, sehingga kebersamaan tersebut dapat menjadi landasan untuk membangun masyarakat yang sejahtera. Begitu juga dengan Manado yang menganggap semua orang adalah bersaudara “kita torang bersaudara”," terang Menteri disambut tepuk tangan hadirin.

Sementara itu, Di Minangkabau dikenal Tungku Tigo Sajarangan yang merupakan model kepemimpinan yang menjadi perekat harmoni kehidupan masyarakat. Masyarakat Dayak di Kalimantan Barat mengucapkan salam pembuka dengan kalimat “Adil Ka’ Talino, Bacuramin Ka’ Saruga, Basengat Ka’ Jubata” yang bermakna persaudaraan satu sama lain meskipun tidak saling kenal. Masyarakat Sunda memiliki tradisi Beas Perelek dan filosofi silih asah, silih asih, dan silih asuh, sementara masyarakat Bugis memiliki ungkapan “mali si parappe, rabha si patokkong”.

Kemudian ada tradisi Rembug Pekon di Lampung, Pokadulu di Sulawesi Tenggara, Awig-Awig di Bali dan Lombok Barat, Hompongan di Jambi, Sasi di Maluku, Pamali Mamancing Ikan di Maluku Utara, Mapalus di Minahasa, Moposad Dan Moduduran di Bolaang Mongondow, Bersih Deso dan Wewaler di Jawa Timur, dan banyak kearifan lokal lain yang tidak dapat saya sebut semua di sini.   

"Indonesia memiliki simpul kearifan-kearifan lokal yakni Pancasila. Nilai-nilai Pancasila yang telah ada sejak dulu harus terus diimplementasikan sebagai dasar berperilaku masyarakat Indonesia. Jika kita yakin nilai-nilai Pancasila dapat mengantar kita menuju kemajuan bangsa dan nasional, maka secara konsisten kita harus mengamalkan seluruh sila Pancasila," katanya.

Sarasehan Kearifan Lokal dihadiri para pejabat Eselon I Lingkungan Kementerian Sosial RI, Para Pimpinan Utusan Kementerian/Lembaga, Para Pimpinan Bank Himbara, Para Direktur di Lingkungan Kementerian Sosial, Para Narasumber, Para Kepala Dinas Sosial Provinsi/Kabupaten/Kota, Duta Perdamaian, Duta PKH, para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, tokoh budaya, tokoh pemuda dan tokoh perempuan perwakilan dari 34 Provinsi di Indonesia, para Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa dari 17 Perguruan Tinggi se-Indonesia. (Abdi.K)

Artikel Terkait
Tradisi Kearifan Lokal dalam Perayaan Idulfitri Mampu Mendorong Moderasi Beragama
Menakar Perayaan Idulfitri dengan Kearifan Lokal Secara Proporsional
Relawan Ganjar Menang: Saya Yakin Kaum Milenial dan Gen Z Marah dengan Tingkah Gibran
Artikel Terkini
Ketua KIP: Pertamina Jadi `Role Model` Keterbukaan Informasi Publik di Sektor Energi
Kemendagri Intruksikan Pemprov Kaltara Percepat Pembangunan Daerah Berbasis Inovasi
Semangat Kartini dalam Konteks Kebangsaan dan Keagamaan Moderen
Kementerian PUPR Tuntaskan Pembangunan Enam Titik Sumur Bor Bertenaga Matahari di Mamuju
Kemenangan Prabowo-Gibran Peluang Bagi Pengembangan Ekonomi Kelautan dan Konektivitas Antarpulau
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas