INDONEWS.ID

  • Sabtu, 09/03/2019 14:01 WIB
  • Dunia Maya Menggerus Nilai Nasionalisme, Kebangsaan dan Persaudaraan

  • Oleh :
    • very
Dunia Maya Menggerus Nilai Nasionalisme, Kebangsaan dan Persaudaraan
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Drs. Suhardi Alius., MH usai memberikan kuliah umum dihadapan ribuan mahasiswa dan mahasiswi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Curup, Rejang Lebong, Bengkulu (08/03/2019). (Foto: ist)

 

Bengkulu, INDONEWS.ID -- Kondisi jaman yang sudah berubah tentunya tidak bisa dihindari. Arus globalisasi dan berkembangnya teknologi yang begitu pesat telah menggerus rasa nasionalisme dan kebangsaan, dimana hubungan yang sebelumnya dekat menjadi terasa jauh karena generasi sekarang cenderung selalu menunduk untuk tenggelam dalam dunia maya.

Baca juga : Penyumbang Devisa Negara, Pemerintah Harus Belajar dari Drama Korea

Hal itu diungkapkan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Drs. Suhardi Alius., MH saat memberikan kuliah umum dihadapan ribuan mahasiswa dan mahasiswi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Curup, Rejang Lebong, Bengkulu (08/03/2019).

“Perhatikan lingkungan kalian, saat lagi makan siang, yang dekat jadi jauh, yang jauh jadi dekat. Semuanya memegang handphone, interaksi langsung dengan orang yang dekat menjadi hal yang langka. Anak muda jadi individualis, kalau tidak ada hubungan dengan mereka, meraka tidak akan mau tahu, sehingga nilai kebangsaan, nasionalisme  dan persaudaraannya secara tak langsung tergerus,” ungkap Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, MH.

Baca juga : Strategi Implementasi "Buku Teks Utama Pendidikan Pancasila", Menyemai Nilai Kebangsaan di Tengah Tantangan Zaman

Tak hanya itu, mantan Sekretaris Utama (Sestama) Lemhanas RI ini juga menekankan pentingnya filterisasi dalam berinternet, mengingat internet saat ini tidak hanya berisi hal-hal baik, tetapi juga hal buruk.

“Kita lihat internet sekarang, konten yang berada didalamnya  tidak hanya bermanfaat, tapi juga bisa membawa dampak yang buruk. Konten hoax, kekerasan, pornografi bahkan penyebaran paham-paham radikal ada di internet. Tidak sedikit orang-orang yang dicuci otaknya hanya melalui internet, kemampuan kita memfilter yang menentukan,” katanya mantan Kabareskrim Polri ini.

Baca juga : Satgas Yonif 742/SWY Perkenalkan Ecobrick Kepada Para Murid Di Perbatasan RI- RDTL

Alumni Akpol tahun 1985 ini juga menjelaskan dijaman sekarang, orang-orang terutama anak muda tidak lagi menjadikan IAIN atau sekolah pendidikan agama sebagai acuan menuntut ilmu agama, tetapi malah menjadikan internet sebagai sumber pembelajaran.

“Jaman sekarang orang belajar ilmu agama tidak lagi di IAIN, padahal banyak ustad disini. Sekarang orang belajar agama dari ‘ustad google’, sehingga malah banyak yang terjebak  pada ajaran yang salah dan menyesatkan,” ungkap mantan Kapolda Jawa Barat ini

Saat ditanya media terkait adakah perbedaan terkait bahan materi kuliah umum yang diberikan kepada mahasiswa/i dari IAIN dengan mahasiswa/i dari Universitas lain, Kepala BNPT  mengungkapkan bahwa mahasiswa IAIN nantinya akan menjadi tenaga pendidik. Hal tersebut tentunya dibutuhkan suatu pemahaman dan bekal yang lebih kuat, sehingga bisa membimbing muridnya kelak dan tidak malah mejadi tenaga pengajar yang terpapar paham yang tidak benar.

“Mereka ini dipersiapkan untuk menjadi pahlawan tanpa tanda jasa, mereka menguasai masalah-masalah ilmu, bagaimana kita memberikan penjelasann dengan islam yang moderat, kepada anak didik mereka nantinya,dengan hal-hal semacam ini mereka bisa mengerti, mengindetifikasi masalah bagaimana dan bagaimana menuntun anak muridnya dimasa yang akan datang,” ungkapnya usai acara. (Very)

Artikel Terkait
Penyumbang Devisa Negara, Pemerintah Harus Belajar dari Drama Korea
Strategi Implementasi "Buku Teks Utama Pendidikan Pancasila", Menyemai Nilai Kebangsaan di Tengah Tantangan Zaman
Satgas Yonif 742/SWY Perkenalkan Ecobrick Kepada Para Murid Di Perbatasan RI- RDTL
Artikel Terkini
Didik J Rachbini: Salim Said Maestro Intelektual yang Paling Detail dan Mendalam
Penyumbang Devisa Negara, Pemerintah Harus Belajar dari Drama Korea
Bupati Tanahdatar buka Grand Opening Sakato Aesthetic
Strategi Implementasi "Buku Teks Utama Pendidikan Pancasila", Menyemai Nilai Kebangsaan di Tengah Tantangan Zaman
Satgas Yonif 742/SWY Perkenalkan Ecobrick Kepada Para Murid Di Perbatasan RI- RDTL
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas