Oleh: Christianto Wibisono *)
Jakarta, INDOEWS.ID -- Anda mungkin orang dari lingkaran istana, jadi pasti tahu situasi yang terjadi akhir-akhir ini. Kalau saya merasa orang luar yang cuma tahu dari luar. Tapi ingin mengingatkan Presiden dan pendukung bahwa situasi sekarang ini menurut saya persis 1966 dan 1998. Untungnya ekonomi masih cukup aman.
Sebab lengsernya Bung Karno (BK) pada tahun 1966 memang diawali "kudeta politik" dengan konflik TNI/PKI, Dewan Jendral vs Dewan Revolusi. Bung Karno mencoba berdiri di atas dua macan yang berkelahi, yaitu macan Dewan Revolusi yang ompong dan Dewan Jenderal yang agresif.
Lalu entah advis dari siapa BK melakukan redenominasi, Rp. 1.000 uang lama diganti Rp. 1uang baru. Menkeu-nya Sumarno (ayahanda Rini) dan Gub BI-nya Jusuf Muda Dalam sedang Waperdam ekonominya Chairul Saleh. Frans Seda waktu itu Menteri Perkebunan yang dianggap sebagai Gubernur Bank Sentral bayangan, karena Menteri Perkebunan menerima setoran langsung devisa ekspor perkebunan. Sehingga waktu itu dikenal BI Kabon Siri yaitu BI asli yang waktu itu diinntegrasikan jadi bank tunggal BNI dibawah JMD. Sedang Frans Seda disebut Gub BI Jl Imam Bonjol (karena kantornya sekarang dipakai KPU).
Nah justru redenominasi itu memicu people power, karena rakyat jadi terdampak krismon. Nah pada 24 Feb Bung Karno malah me-reshuffle kabinet memecat Jenderal Nasuition dari jabatan Menko Hankam Kasab.
Maka demo semakin gawat dan memuncak pada 11 Maret. Nah demo akhir-akhir ini mirip mirip demo yang terjadi pada Maret 1966.
Jangan sampai Jokowi salah jalan seperti waktu tahun 1966 atau ditinggalkan seperti Soeharto pada Mei 1998 ketika 15 menterinya malah mbalelo meninggalkan Soeharto.
Melihat karakter para politisi saya yang tidak berada di lingkar kekuasaan, was-was kalau terjadi rerun- gado gado 1966-1998 melihat demo darurat seperti hari ini.
*) Christianto Wibisono, analis ekonomi-politik.