INDONEWS.ID

  • Kamis, 24/10/2019 07:33 WIB
  • Mempersiapkan UMKM Menghadapi Industri 4.0

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Mempersiapkan UMKM Menghadapi Industri 4.0
Jaha Nababan, S.Sos., Ed.M., CCP. (Foto: dok. Pribadi)

Oleh: Jaha Nababan*)

Opini, INDONEWS.ID - Toko daring adalah pedang bermata dua. Jika salah menggunakannya maka dapat membunuh UMKM. Saat ini kita ketahui bahwa hampir 100% barang yang ditawarkan di toko daring adalah barang impor dari Cina.

Jika para pemilik toko daring ini mengambil keuntungan 20-30%, maka 70-80% devisa terbang ke Cina. Mengingat persaingan harga antara toko daring yang sangat ketat, margin toko daring saat ini hanya berkisar 1-3%. Lalu apa untungnya membesarkan unicorn toko daring?

Jika kita Analisa lebih dalam, transaksi daring yang benar-benar produksi anak bangsa adalah transaksi pembelian makanan dari kelas warung pinggiran hingga kelas restoran. Tidak hanya makanan berat, transaksi makanan ringan produk rumahan pun merajai. Salah satu contoh dapat kita lihat dari pertumbuhan produk makanan ringan yang kreatif dan bervariasi dengan kemasan yang menarik pula.

Saat ini menjadi tren di antara pegawai kantoran untuk memesan makanan ringan generasi baru ini sebagai kudapan selingan saat bekerja di kantor. Ini bukti bahwa produk lokal mampu bersaing. Tetapi apakah kita hanya sanggup bersaing di sini saja? Apalagi jumlah transaksinya ini sangat kecil jika dibanding dengan produk manufaktur Cina yang bertebaran di toko daring.

Tantangan Kabinet Indonesia Maju dalam memajukan UMKM adalah meningkatkan jumlah transaksi produksi anak bangsa di berbagai platform toko daring hingga merajai seperti transaksi daring pembelian makanan. Untuk dapat menjawab tantangan tersebut, Kabinet Indonesia Maju perlu merestrukturisasi proses perindustrian di Indonesia agar terjangkau bagi UMKM.

Pertama, mudah dan murahkan industri percetakan kemasan yang berkualitas. Saat ini industri percetakan kemasan masih menjadi industri padat modal. Mesin yang dibutuhkan berukuran besar untuk skala produksi besar pula.

Di samping itu para pelaku percetakan kemasan sulit berinovasi karena harga bahan baku yang tinggi. Dampaknya sulit bagi percetakan kemasan untuk melayani UMKM yang jumlah pesanannya kecil tetapi semangat kreatifitasnya tinggi alias banyak maunya.

Industri percetakan kemasan ini memiliki peranan penting dalam meningkatkan margin pendapatan UMKM. Sebagai contoh, industri bulu mata di daerah Purbalingga dan sekitarnya telah mampu memasok kebutuhan dunia seperti di Amerika, Eropa dan Timur Tengah.

Para pemilik merek dari berbagai negara tersebut hanya bermodalkan desain kemasan dan mendapatkan bagian keuntungan yang jauh lebih besar. Membantu industri percetakan kemasan terjangkau bagi UMKM, akan menjadi pengubah permainan.

Kedua, pemerintah perlu mendorong kewirausahaan berbasis manufaktur rumahan. Tentunya perlu penataan wilayah bagi manufaktur berbasis perumahan agar tidak merusak atau mengganggu lingkungan. Para UMKM yang ingin berkecimpungan dalam manufaktur rumahan, dapat melakukan tukar guling asetnya dengan Rubrik (Rumah sekaligus Pabrik) di wilayah tertata tersebut.

Ketiga, untuk mendorong manufaktur rumahan, pemerintah perlu memudahkan dan memurahkan I/O board seperti Arduino, Raspberry Pi, dan lainnya beserta komponen-komponen elektronik pendukungnya. Dengan dimudahkan dan dimurahkan I/O board, maka industri manufaktur elektronik berbasis rumahan akan berkembang. Rubrik akan menjadi garis depan pertumbuhan industri robotika dan IoT (Internet of Things).

Ke empat, pemerintah perlu memudahkan dan memurahkan Printer 3D berstandar industri bukan hobi. Printer 3D ini akan mempercantik produk akhir dari Rubrik yang menjadi garis depan pertumbuhan industri manufaktur rumahan. Printer 3D juga membutuhkan piranti lunak desain 3D yang juga perlu dimurahkan dan dimudahkan agar printer 3D dapat menghasilkan produk dekorasi, asesori hingga rumah atau badan bagi produk robotika atau IoT.

Keempat langkah tersebut akan mampu mencegah platform toko daring dari menjadi lintah penghisap devisa hingga menjadi pengungkit produksi Rubrik agar diterima masyarakat. Namun keempat langkah ini adalah langkah awal. Penemuan mesin-mesin yang mempermudah manufaktur rumahan terus berkembang. Dalam kasus printer 3D, saat ini yang banyak terdapat di pasaran adalah yang berbahan plastik.

Baru-baru ini sedang tersedia di pasaran printer 3D berbahan resin. Banyak inovator dunia sedang berupaya untuk memproduksi printer 3D berbahan metal dan kaca. Indonesia perlu mengundang investasi dan transfer teknologi bidang printer 3D ini karena printer 3D adalah salah satu pilar dari Industry 4.0. Jika perlu pemerintah memfasilitasi para inovator tersebut untuk menjadikan Indonesia pusat pengembangan teknologi dan produksi printer 3D.

Langkah kelima adalah mendorong tumbuhnya fintech berbasis koperasi sebagai alat bayar pada platform toko daring. Perlu dicatat agar fintech berbasis koperasi  ini harus beranggotakan para pembeli dan pemilik toko daring sehingga pada setiap akhir tahun, kedua belah pihak mendapatkan keuntungan tambahan dari sisa hasil usaha.

Bagi pembeli, diskon bukan lagi penggerak utama pembelian karena mereka akan mendapatkan pembagian sisa hasil usaha di akhir tahun yang jumlahnya bisa lebih besar dari diskon. Yang terpenting, sebagai koperasi, segala keputusan fintech ditentukan oleh anggota yang dapat terselenggara lewat Rapat Akhir Tahunan secara daring pula.

Perputaran uang dari transaksi daring tidak akan banyak keluar dari Indonesia, karena dimiliki oleh para anggota yang merupakan warga negara Indonesia.

Langkah kelima ini perlu reformasi Undang-undang Koperasi agar memungkinkan berjalannya koperasi digital berbasis daring untuk segala jenis kegiatannya. Inilah Koperasi 4.0. Koperasi yang menjadi soko guru transaksi daring industri manufaktur rumahan pada platform toko daring.

Kementerian Koperasi dan UMKM perlu menyiapkan platform digital berbasis daring agar segala proses bisnis koperasi dapat berjalan secara otomatis dan pemerintah pun memiliki big data dari pertumbuhan industri ini secara multidimensi.

Sesungguhnya yang terpenting di samping ke lima langkah tersebut adalah perlunya pemerintah berbenah diri. Kelemahan dari pemerintah selama ini adalah koordinasi antara lembaga.

Keseluruhan usul tersebut melibatkan banyak lintas kementerian seperti Kementerian Koperasi UMKM; Kementerian RISTEK dan Badan Riset Inovasi Nasional; Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; Kementerian Agraria, Tata Ruang dan Kehutanan; Kementerian Komunikasi dan Informatika; Kementerian Perindustrian; Kementerian Perdagangan; serta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.

Keseluruh kementerian harus dapat bahu-membahu menciptakan iklim yang kondusif agar industri manufaktur rumahan dapat tumbuh dengan baik.

Akhir kata, selamat bertugas Kabinet Indonesia Maju. Semoga menjadi contoh persatuan Indonesia dengan menunjukkan kemampuan bekerja sama lintas kementerian.

 

*)Jaha Nababan, S.Sos., Ed.M., CCP. adalah seorang Futurolog Indonesia. Ia dapat dihubungi melalui email @ jaha@fulbrightmail.org

Artikel Terkait
Artikel Terkini
Strategi Implementasi "Buku Teks Utama Pendidikan Pancasila", Menyemai Nilai Kebangsaan di Tengah Tantangan Zaman
Satgas Yonif 742/SWY Perkenalkan Ecobrick Kepada Para Murid Di Perbatasan RI- RDTL
The International Awards 2024, Pj Bupati Maybrat Dapat Penghargaan dari Seven Media Asia
Pj Sekretaris Daerah kabupaten Maybrat Turut Kunjungi Kampung Ayata dan Aisa
Gunungapi Ibu AWAS, Desa Sangaji Nyeku Diminta Dikosongkan
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas