Madina,INDONEWS.ID - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana,Doni Monardo, mengajak warga Huta Bargot Nauli dan Huta Bargot Julu untuk menambang emas hijau, seperti alpukat dan kemenyan. Warga setempat diminta melihat kembali dampak negatif penambangan emas, baik terhadap lingkungan dan kesehatan warga setempat.Hal tersebut disampaikan Doni saat berkunjung di Desa Huta Bargot Nauli, Mandailing Natal, Sumatera Utara, Kamis (28/11) kemarin.
Pada keesempatan tersebut, Doni melakukan dialog bersama Bupati Mandailing Natal (Madina) Dahlan Hasan Nasution serta aparat pemerintah desa, kecamatan dan warga Desa Huta Bargot dengan tujuan untuk mendengar keprihatinan warga dan menyikapi penambangan emas yang tidak ramah lingkungan, seperti penggunaan merkuri.
Di hadapan warga Huta Bargot, Doni mengatakan, banyak pilihan untuk menopang kehidupan warga. Doni menggagas program emas hijau yang dapat dilakukan oleh warga setempar, khususnya mereka penambang emas yang masih menggunakan merkuri. Doni menyatakan sejak berada di Mandailing Natal, melihat pohon tumbuh sangat baik yang artinya tanah di sini subur.
"Kami menawarkan kepada pemda dan masyarakat untuk mengganti mata pencaharian dari menambang emas menjadi emas hijau berupa bercocok tanam dengan menanam pohon-pohon yang menghasilkan nilai jual tinggi," kata Doni.
Doni juga mengilustrasikan pemanfaatan emas hijau di jaman penjajahan Belanda. Melalui pemanfaatan hasil alam, VOC sebagai perusahaan Belanda mampu memiliki kekayaan USD 7,9 trilyun dan menempatkan dalam catatan historis sebagai perusahaan terkaya di dunia.
"Mari ciptakan emas dari tumbuh-tumbuhan," jelas Doni.
Dengan menanam pohon, selain dapat menghasilkan nilai ekonomi bagi masyarakat dapat juga menjaga lingkungan yang berdampak bagi anak cucu di masa mendatang.
"Pohon alpukat, sukun, masoya, kemenyan dan kayu manis hanya memerlukan waktu beberapa tahun untuk dapat dipanen dan dijual ke daerah lain hingga diekspor ke negara tetangga dan juga lingkungan akan lebih terjaga dibandingan menambang emas ilegal menggunakan merkuri." ungkapnya.
Untuk diketahui, penambangan dengan merkuri telah berdampak pada kesehatan warga setempat. Dinas Kesehatan Madina mencatat 7 kasus anak meninggal dunia akibat terpapar merkuri. Kasus tersebut teridentifikasi sejak 2013 lalu, sedangkan penambangan emas warga marak 9 tahun lalu. Penambangan ilegal di Huta Bargot Nauli telah berlangsung sejak tahun 2009 hingga sekarang.
"Sejak adanya penambangan emas di sini, warga lebih sejahtera, kami bisa menyekolahkan anak dan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun kami juga menyadari bahwa penambangan ilegal tersebut membahayakan bagi kami," ujar Ahmad Rohan selaku Kepala Desa.
Warga lain, Sutan, mengatakan bahwa penghasilan dari menambang emas lebih besar dibandingkan bertanam karet. Bapak yang terlihat lambat dalam merespon pertanyaan ini mengaku belum memahami dampak bahan kimia berbahaya yang digunakan untuk pengolahan emas. Hal senada juga dilontarkan Alimusha, meskipun dia menggunakan sarung dan masker saat bekerja menggunakan bahan merkuri.
Bupati Madina menyampaikan bahwa pemerintah daerah berharap mendapatkan solusi terkait penambangan emas ilegal tersebut.
"Dampak dari penambangan ilegal menggunakan merkuri sangat buruk bagi masyarakat, beberapa bayi lahir tidak sempurna diduga akibat orang tuanya terpapar merkuri saat menambang emas, oleh karena itu kami meminta pemerintah pusat ikut membantu mencari solusi," kata Dahlan.*