INDONEWS.ID

  • Selasa, 07/01/2020 14:45 WIB
  • Sikap Prabowo yang Lebih TNI dari TNI, Namun Lembek Soal Nasib Natuna

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Sikap Prabowo yang Lebih TNI dari TNI, Namun Lembek Soal Nasib Natuna
Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto (Foto: Antara)

Jakarta, INDONEWS.ID - Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto dinilai bersikap lembek dan lunak soal kehadiran kapal China di perairan Natuna. Kehadiran kapal-kapal China tersebut tidak hanya mencuri ikan di Zona Ekonomi Ekslusif milik Indonesia namun untuk mengklaim kepemilikan atas perairan Natuna. 

Merespon insiden tersebut, Prabowo bahkan dengan lembut mengatakan pemerintah akan menempuh jalan yang baik. Sebab, ia menilai China adalah negara sahabat. 

"Saya kira ada solusi baik. Kita selesaikan dengan baik ya, bagaimanapun China negara sahabat," ujar Prabowo usai rapat di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Jakarta, Jumat (3/1).

Sikap lunak Prabowo terhadap intervensi kapal China di Natuna tak segarang saat paparan debat tentang kedaulatan negara di debat Pilpres 2019 lalu. 

Prabowo bahkan saat itu lantang menyatakan bahwa dirinya lebih TNI dari banyak TNI.

Menurutnya, kekuatan militer Indonesia rapuh. Sehingga Indonesia sering direndahkan oleh negara lain dalam persoalan internasional.

Lebih jauh, sikap dan ucapan Prabowo tersebut berkebalikan dengan sikap Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Retno telah memanggil Dubes China di Jakarta untuk memberikan nota protes terhadap klaim Natuna.

Retno menyebut kapal-kapal nelayan China menerobos Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia yang telah diakui United Nations Convetion on the Law of the Sea (UNCLOS) tahun 1982.

Pengamat Intelijen dan Keamanan Stanislaus Riyanta menilai Prabowo melunak karena sadar kekuatan militer Indonesia tak sebanding dengan China.

Melansir Globalfirepower.com, kekuatan militer Indonesia yang berada di peringkat 16 dunia, jauh di bawah China yang menduduki peringkat ketiga terkuat dunia.

Tercatat, Indonesia memiliki personel militer sekitar 800 ribu orang. Terdiri dari 400 ribu personel aktif dan 400 ribu personel cadangan. Namun demikian, ada 108 juta penduduk yang siap perang jika keadaan mengharuskan.

Sementara China memiliki 2,6 juta personel militer yang terdiri dari 2,1 juta aktif dan 510 ribu personel cadangan. Sebanyak 621 juta penduduknya siap perang jika kondisi mengharuskan. Belum lagi membandingkan alutsista kedua negara.

"Pak Prabowo lihat detail kekuatan angkatan bersenjata kita dengan kekuatan China. Perbandingannya sangat jomplang, mungkin lihat itu Pak Prabowo bersikap lebih lunak," kata Stanislaus seperti dikutip dari CNNIndonesia.com, Senin (6/1).

Meski begitu, Stanislaus berpendapat seharusnya Prabowo bisa bersikap lebih tegas untuk menunjukkan posisi Indonesia. Ia menilai Prabowo tak perlu mengerahkan kemampuan militer untuk menyatakan sikap tersebut.

"Saya kira tetap harus tegas bahwa ini daerah kita. Ketegasan bisa kita tunjukkan dengan bertemu bilateral, kita sampaikan sikap kita secara tegas," ujarnya.*
 

Artikel Terkait
Artikel Terkini
Mendagri Minta Pemerintah Daerah Jaga Stabilitas Laju Inflasi Usai Libur Lebaran
Kerja Sama dengan Koso Nippon, BSKDN Kemendagri Harap Daerah Terapkan Review Program
Kemendagri: Jadikan Musrenbang sebagai Wadah Pengentasan Kemiskinan Ekstrem
Kerja Sama Indonesia-Singapura Terus Berlanjut, Menko Airlangga Bahas Isu-Isu Strategis dengan Menteri Luar Negeri Singapura
Serius Maju Pilgub NTT 2024, Ardy Mbalembout Resmi Mendaftar di DPD Demokrat
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas