INDONEWS.ID

  • Kamis, 05/03/2020 21:01 WIB
  • Salam Warga Desa Galang untuk Presiden: "Terima Kasih Pak Jokowi, Sumber Air Su Dekat"

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Salam Warga Desa Galang untuk Presiden: "Terima Kasih Pak Jokowi, Sumber Air Su Dekat"
Warga menimba air dari saluran pipa program Pompa Booster program dari Pemerintah Desa Galang (Foto: ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Berpuluh-puluh tahun lamanya, warga Desa Galang, Kecamatan Welak, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengalami krisis air paling memprihatinkan dari desa lainnya di wilayah ini.

Desa Galang yang merupakan desa pemekaran dari Desa Orong dikukuhkan pada tahun 2003, hingga saat ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 2044 jiwa.

Beberapa tahun terakhir, desa ini menjadi akrab di telinga masyarakat baik di tingkat lokal, nasional bahkan internasional berkat keberadaan sebuah gua fenomenal, (yang menurut para wisawatan yang berkunjung) menjadi rumah bagi segala jenis ular di seluruh dunia. Tak ayal, masyarakat setempat pun menjulukinya sebagai Istana Ular.

Namun, dari kepopuleran Istana Ular ini, ada fakta yang tak kalah fenomenalnya dari desa ini yakni soal kesulitan warga mendapatkan akses air minum bersih. Konon, katanya, ketika orang menyebut nama "Desa Galang", yang terlintas dalam pikirannya adalah sebuah desa dengan potret perjuangan warga yang "setengah mati" mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.

Dusun Pau dan Weto adalah dusun dengan kondisi paling miris dibanding dusun-dusun lainnya di desa ini. Warga di sini, seolah hidup dalam bayang-bayang penderitaan akibat kesulitan air yang berlangsung bertahun-tahun.

Untuk memenuhi kebutuhan air, warga di sini biasanya menggali lubang kecil semacam sumur mini di sepanjang sungai. Itu pun hanya untuk mendapatkan air dengan jumlah 1 – 2 ember kecil.

Berebutan dengan Ternak warga

Selain harus berjalan kaki berkilo-kilo meter ke sungai yang teletak di batas desa, masyarakat juga memanfaatkan mata air di dekat perkampungan yang debitnya sangat kecil.

Kisah miris desa ini tak hanya sampai di situ. Selain berebutan kantong-kantong air dari sesama warga lain meski sudah mengantri berjam-jam, mereka juga harus berebutan dan berlomba-lomba dengan ternak warga, yang juga butuh air.

Aktivitas dan pemandangan warga beramai-ramai memikul jeriken-jeriken di pagi yang masih gelap adalah hal yang wajar di desa ini.

Warga bahkan rela bangun pagi pukul 04.00 dini hari agar bisa menjadi yang pertama di lokasi. Sedihnya, sesampai di lokasi, ada juga warga yang sudah menunggu semalaman. Alhasil, bangun pagi yang menjadi sia-sia.

Bagi warga desa ini, musim hujan adalah sebuah putaran waktu yang sangat dinanti-nantikan. Warga akan memanfaatkan air hujan untuk kebutuhannya. Lalu, air itu akan ditampung untuk kebutuhan sehari-hari, di hari-hari selanjutnya.

Sehingga tidak jarang, hujan bagi warga Desa Galang, dianggap sebagai berkah yang luar biasa. Karena selain untuk kebutuhan pertanian juga untuk kebutuhan rumah tangga mereka.

Kisah mirisnya belum habis. Saat pergi mandi, warga terpaksa harus menelan pil pahit. Sebab, setiba di rumah pasti banyak keringat di badan karena menempuh perjalanan yang cukup jauh. Ditambah lagi, kondisi topografi di Desa Galang yang memang hampir sebagian besar dusunnya berada di dataran tinggi.

Proyek Pompa Booster

Kepala Desa Galang Marianus Samsung mengatakan persoalan kesulitan air minum bersih di desa ini telah dirasakan oleh warga terutama Dusun Pau dan Weto selama berpuluh tahun.

"Sebenarnya, sudah ada banyak program pemerintah untuk menjawab persoalan ini, tetapi karena debit sumber mata air, jarak yang sangat jauh serta keberadaan desa ini yang berada di ketinggian, membuat beberapa program itu cendrung dinilai mubasir," kata Ari Samsung dalam keterangan tertulisnya kepada Indonews.id, Kamis (5/3/2020).

Kondisi yang memprihatinkan ini, kata Ari, membuat pemerintah Desa Galang harus berpikir keras dalam memecahkan persoalan ini. Melalui program Dana Desa pada tahun 2019, pemerintah Desa bersama masyarakat bersepakat, agar seluruh dana Desa pada tahun 2019 fokus digunakan untuk program sambungan jaringan air minum.

"Lalu, Pemdes mulai mencari ide untuk memompa air dari Desa Racang Welak yang jaraknya kurang lebih 8 km dari Desa Galang. Karena letak mata air yang berada di lembah, maka hal ini juga menjadi kesulitan bagi Desa untuk mengeksekusi perencanaan ini," kisah Ari.

Namun Ari tidak kehabisan ide. Berbekal pengalaman merantau ke pulau Jawa, Ia lalu melakukan riset terkait teknologi yang bisa digunakan dalam program ini.

Didapatlah ide bahwa air itu harus dipompa dengan menggunakan pompa booster yang biasa digunakan di daerah – daerah tambang atau di aparteman – apartemen untuk memompa air dari daerah yang rendah ke daerah yang tinggi. 

"Tetapi pada saat perencanaan ini dilakukan, dana desa yang ada tidaklah cukup, artinya jika program ini dilaksanakan, maka konsekwensinya adalah sambungan ini tidak bisa sampai ke desa," ungkap Ari.

Ari kemudian memutar otak mencari sumber dana lain. Lalu Ia pun bergerylia melakukan lobi ke sumber pendanaan lain di Kabupatean. Berkat kelihaiannya melobi dan meyakinkan stake holder di Kabupaten, Desa Galang akhirnya mendapatkan sumber pendanaan dari Progam Pamsimas.

Masuk hingga ke Rumah Warga

Singkat cerita, bermodalkan semangat dan daya juang yang tinggi dari kepala Desa Galang dan warganya, di akhir tahun 2019, air bersih dari Lembah Desa Racang Welak bisa masuk ke Desa Galang yang berada di dataran lebih tinggi. Teknologi yang digunakan ini, kata Ari, merupakan sebuah terobosan yang tentunya sangat asing di wilayah ini. 

"Semua orang pesimistis proyek ini sukses. Sebab setahu mereka, air hanya bisa dialirkan dari daerah yang tinggi ke yang lebih rendah, bukan sebaliknya," tutur Ari.

Kisah dan cerita kesulitan mendapatkan air bersih warga itu sudah menjadi sejarah masa lalu yang kelam. Bayang-bayang penderitaan yang menghantui warga selama bertahun-tahun, sudah sirna. Kini, kran bahkan sudah masuk di tiap-tiap rumah warga.

Mereka tak lagi bangun pagi-pagi buta, berebutan dengan warga lain dan ternak atau menunggu dan mengantri berjam-jam. Mereka kini tinggal putar kran, air kehidupan itu memuncrat.

Ari Samsung, menjadi sosok penting di balik terwujudnya gebrakan perubahan besar ini. Kegigihan dan keberaniannya telah membawa perubahan besar dan sangat berarti warga Desa Galang. 

Keberanian dan tekad besarnya pula, telah secara nyata membantah semua keraguan dan image masyarakat tentang Desa Galang yang identik dengan julukan "desa susah air."

Antusias Warga

Banyak kisah menarik dan menggugah hati saat air pertama kali tiba di perkampungan warga Desa Galang. Satu peristiwa pang paling menarik, Ari mengisahkan, adalah pada saat pengetesan awal untuk melakukan pompa pertama air tersebut. 

Banyak warga yang datang berbondong-bondong ke lokasi kerja untuk menyaksikan pemompaan air menuju bak penampungan yang berada di atas bukit.

"Itu jadi tontonan warga, karena menjadi hal yang baru bagi mereka bahwa ternyata air dari daerah lembah bisa dipompa ke daerah yang tinggi," kisah Ari. 

Yang lebih menarik dan menjadi tantangan tersendiri dari program ini, pungkas Ari, adalah selisih tinggi (elevasi) antara mata air dan bak penampung adalah 87 meter, dengan jarak 500 meter.

"Ini tentu jadi pemicu rasa pesimis dari warga kepada pemerintah Desa Galang. Tetapi setelah sukses dilakukan pada percobaan pemompaan, masyarakat baru percaya bahwa air tersebut bisa masuk ke desa," kata pria yang sebelumnya telah lama berkarya di bidang pemberdayaan itu. 

Kehadiran air bersih yang dirindukan bertahun-tahun lamanya ini disambut gembira oleh warga desa Galang terutama warga di dua dusun yaitu Dusun Pau dan Dusun Weto. Ada sekitar 225 KK dengan 1200 jiwa yang menikmati air ini. 

Menariknya lagi, air ini bahkan langsung disambungkan ke setiap rumah. Sehingga warga akan membayar iyuran atau jasa pemakaian sesuai dengan angka yang tertera pada meteran air.

Dengan program ini, Pemdes tidak hanya mendekatkan masyarakat dengan sumber air bersih, tapi juga konsep hidup sehat dan gaya hidup perkotaan, di mana air langsung dinikmati di dalam rumah. 

Di kampong weto, tutur Ari, masyarakat telah berencana untuk melakukan acara syukuran besar – besaran untuk mensyukuri air ini. Sekaligus melakukan ucapan terimakasih kepada kepala desa Galang atas kepeduliannya terhadap persoalan air yang telah lama dialami oleh masyarakat di Weto.

Salam Masyarakat untuk Jokowi

Atas pencapain yang luar biasa ini, pemerintah Desa Galang bersama seluruh masyarakat menitipkan salam ucapan terima kasih kepada Pemerintah Pusat dalam hal ini kepada Presiden Jokowi atas keberanian mengesekusi undang – undang desa serta menjalankan program dana Desa.

"Juga berterima kasih atas program Indonesia menyala, karena dengan adanya jaringan PLN di Kecamatan Welak, kami bisa memompa air dari Lembah Desa Racang Welak ke Desa Galang," kata Ari. 

Pemdes Galang berharap agar Pak Jokowi bisa terus menaikan dana desa untuk wilayah bagian timur Indonesia, karena dengan dana desa, masyarakat Desa dari pelosok NTT bisa merasakan kehadiran Negara melaui dana desa.

Selain itu, Desa Galang tetap berharap kepada pemerintah pusat melalui kemeterian PUPR untuk membantu penambahan debit bagi warga di Desa Galang, karena debit yang masuk saat ini masih kurang karena keterbatasan dana desa. 

"Bantuan yang diharapkan adalah, bantuan program di luar dana desa, karena dana desa akan didorong ke infrastruktur yang lain. Semoga bapak presiden bisa menjawab keluhan kami ini," tutup Ari. *(Rikardo). 

Artikel Terkait
Artikel Terkini
Kak Wulan Bikin Petani Mawar Nganjuk Punya Harapan Baru
PNM Peduli, Gerak Cepat Bantu Bencana Banjir Bandang dan Lahar Dingin Sumatera Barat
Pj Bupati Maybrat Sambut Kedatangan Tim Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Tips Memilih Jasa Pengurusan Visa
Rekomendasi Jasa Penerjemah Tersumpah Terbaik di Jabodetabek
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas