INDONEWS.ID

  • Jum'at, 13/03/2020 21:25 WIB
  • Tujuh Profesor Suguhkan Tarian "Beksan Pitutur Jati"

  • Oleh :
    • very
Tujuh Profesor Suguhkan Tarian "Beksan Pitutur Jati"
Paduka Paku Alam X disertai permaisurinya menyalami satu persatu para penari usai selesai pentas. (Foto: ist)

Yogyakarta, INDONEWS.ID -- Tujuh profesor menyuguhkan tarian Jawa “Beksan Pitutur Jati” di hadapan KGPAA Paku Alam X dan ratusan tamu undangan yang hadir pada Tingalan Wiyosan Dalem atau Peringatan Ultah ke- 59 Wagub DIY itu di Kadipaten Pakualaman, Yogyakarta, Jumat (13/3).

Ketujuh guru besar yang menari beksan ciptaan almarhum Paku Alam IX itu adalah Prof Dr Y Sumandiyo Hadi dan Prof Dr Dr I Wayan Dana (ISI Yogyakarta), Prof Dr Djazuli (UNNES Semarang), Prof Dr Sri Rochana Widyastutieningrum dan Prof Dr Nanik Sri Prihatini (ISI Surakarta), serta Prof Dra Indah Susilowati dan Prof Dr Ir Erni Setyowati (UNDIP Semarang).

Baca juga : Jaga Keberlanjutan Agenda Pembangunan Mendatang, Pemerintah Evaluasi Capaian Kinerja PSN Tahun 2024

Selama seperempat jam, para penari sepuh itu menunjukkan kepiawaiannya dalam membawakan Beksan Pitutur Jati. Pitutur sendiri berarti ajaran atau nasehat, sedangkan jati berarti bersungguh-sungguh. Sehinggga Pitutur Jati, dapat dimaknai sebagai ajaran tentang kesungguhan, hati, sikap dan perilaku.  

Baca juga : Puspen Kemendagri Berharap Masyarakat Luas Paham Moderasi Beragama

Inti dari beksan Pitutur Jati, menurut  KRT. Radyo Wisroyo, humas tingalan wiyosan dalem itu adalah pemberian nasehat kepada generasi muda untuk selalu berpegang teguh pada nilai-nilai luhur kebaikan, kesahajaan, tata krama dan kerendahan hati yang diajarkan leluhur. Supaya generasi muda tidak kehilangan arah dalam menjalani kehidupan.

Tarian ini, lanjut dia, juga menggambarkan kerukunan, keselarasan, keseimbangan, keserasian, dan sikap saling menghormati. Yang direpresentasikan oleh adanya penari laki-laki dan perempuan menari beriringan satu sama lain.

Baca juga : Kunker ke Halmahera Timur, Kepala BSKDN Beberkan Strategi Menjaga Keberlanjutan Inovasi

Prof Wayan, salah satu penari yang membawakan beksan tersebut mengartikan, melalui  beksan Pitutur Jati ciptaan Paku Alam IX ini dimaksudkan agar pemimpin mau mendengar keluh-kesah rakyatnya. “Jangan maunya yang di atas saja, tapi mau mendengarkan pula keluh-kesah dan informasi masyarakat perkotaan maupun perdesaan,” harap  pengajar ISI Yogyakarta ini.

Beksan ini sudah untuk kedua kalinya dibawakan Prof Wayan. “Dulu, lima-enam tahun lalu saya juga pernah membawakan Beksan Pitutur jati di sini, ketika acara Paku Alam IX,” kenang  dia.

Kenapa beksan ini harus dibawakan oleh penari yang bergelar profesor? Menurutnya, paling pantas memberikan suatu teladan atau ajaran kepada mahasiswa dan masyarakat adalah seorang maha guru. “Kami profesor ’kan maha guru,” sebutnya.

Penampilan ketujuh  penari sepuh membawakan beksan ini memukau para tamu undangan dari belasan kerajaan daerah lain. Mereka bertepuk tangan gemuruh, usai tarian Beksan Pitutur Jati ini disuguhkan. Paduka Paku Alam X disertai permaisurinya menyalami satu persatu para penari gaek itu, begitu mereka selesai pentas. (Very)

Artikel Terkait
Jaga Keberlanjutan Agenda Pembangunan Mendatang, Pemerintah Evaluasi Capaian Kinerja PSN Tahun 2024
Puspen Kemendagri Berharap Masyarakat Luas Paham Moderasi Beragama
Kunker ke Halmahera Timur, Kepala BSKDN Beberkan Strategi Menjaga Keberlanjutan Inovasi
Artikel Terkini
Ketua Pengadilan Negeri Batusangkar Dirikan Dapur dan Pendistribusian untuk Korban Banjir Bandang Tanah Datar
Aksi PNM Peduli Serahkan Sumur Bor Untuk Warga Indramayu Dan Tanam Mangrove Rhizophora
PTPN IV Regional 4 Jambi, Bantu Beras Warga Solok
Pastikan Arus Barang Kembali Lancar, Menko Airlangga Tinjau Langsung Pengeluaran Barang dan Minta Instansi di Pelabuhan Tanjung Priok Bekerja 24 Jam
Umumkan Rencana Kedatangan Paus Fransiskus, Menteri Agama Dukung Penuh Pengurus LP3KN
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas