INDONEWS.ID

  • Minggu, 26/04/2020 11:30 WIB
  • Fakta Seputar Rumors Kim Jong-un Meninggal karena Dead Brain

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Fakta Seputar Rumors Kim Jong-un Meninggal karena Dead Brain
Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un (Foto: ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Beredar kabar pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, meninggal dunia karena masalah jantung. Namun laporan tersebut masih belum terkonfirmasi oleh otoritas Korea Utara.

Seperti dilansir New York Post, Minggu (26/4/2020), kabar meninggalnya Kim berasal dari siaran TV Hong Kong, Hong Kong Satellite Television (KHSTV).

Diktator Korut tersebut yang dijuluki sebagai Rocket Man oleh Presiden AS Donald Trump karena kecintaannya pada peluncuran rudal dan nuklir itu kini secara langsung memulai putaran spekulasi soal dirinya di dunia internasional.

Sebuah jaringan televisi Hong Kong mengklaim bahwa Kim telah meninggal, mengutip sebuah sumber yang diklaim kuat. Sementara itu, sejumlah majalah Jepang melaporkan bahwa Kim saat ini tengah dalam kondisi vegetatif.

Kondisi vegetatif berkaitan dengan keadaan disfungsi otak kronis ketika seseorang tidak menunjukkan tanda-tanda kesadaran.

Di Korea Utara sendiri, media bertindak seolah-olah tidak terjadi apa-apa dan terlihat normal, seperti dikutip New York Post, Minggu (26/4/2020).

Laporan lain yang belum dikonfirmasi kebenarannya adalah terkait sumber yang berasal dari Partai Komunitas di Beijing yang mengklaim Kim meninggal ketika ahli bedahnya merusak operasi kecil karena tangannya bergetar saat operasi stent atau pemasangan ring.

Absennya Kim dalam peringatan ulang tahun ke 88 Tentara Revolusi Rakyat Korea pada akhir pekan lalu semakin memperparah rumor kematiannya.

Pada awal pekan ini, Presiden Trump sempat menyangkal sedikit laporan yang menyebutkan bahwa Kim tengah sakit dan seorang pejabat yang akrab dengan intelijen AS mengatakan bahwa pemerintah tidak memiliki alasan apapun untuk menyimpulkan Kim sakit parah.

Namun tetap saja, bisikan tersebut semakin keras saat China mengirim para ahli medis untuk membantu merawat Kim, seperti dilaporkan Reuters akhir pekan ini.

Seorang petugas medis China mengatakan kepada majalah Jepang bahwa pemimpin tersebut sempat mencengkram dadanya dan jatuh ke tanah saat berkunjung ke pedesaan pada awal bulan ini. Dokter yang menemani Kim kala itu langsung melakukan CPR (resusitasi jantung paru-paru atau Cardiopulmonary resuscitation) dan membawanya ke rumah sakit terdekat.

Apabila Kim benar-benar meninggal, maka verifikasi resmi akan datang dari media pemerintah Korea Utara, yang menunda pengumuman kematian pendahulu Kim, ayah dan kakeknya hingga 4 hari.

"Ketika datang ke Korea Utara, Anda tidak akan pernah terlalu yakin sampai Anda mendengar berita dari negara itu sendiri," kata David Maxwell, seorang spesialis Korea Utara di Yayasan Pertahanan Demokrasi.

"Tetapi perlu dicatat bahwa ada 6,5 juta smartphone di Korea Utara sekarang dan meskipun jangkauannya cuma ada di dalam negeri, informasi punya cara tersendiri untuk keluar lebih cepat saat ini dibanding masa-masa dulu," katanya.

Maxwell berpendapat bahwa coronavirus (Covid-19) bisa saja menjadi faktor yang berkontribusi apabila Kim benar-benar meninggal. Terutama karena kondisi Kim yang memiliki riwayat obesitas, tekanan darah tinggi, dan diabetes.

Apalagi, Korea Utara telah mengklaim nolkasusCovid-19 meskipun bisa berbohong, kata Maxwell.

 

Artikel Terkait
Artikel Terkini
Ketua KIP: Pertamina Jadi `Role Model` Keterbukaan Informasi Publik di Sektor Energi
Kemendagri Intruksikan Pemprov Kaltara Percepat Pembangunan Daerah Berbasis Inovasi
Semangat Kartini dalam Konteks Kebangsaan dan Keagamaan Moderen
Kementerian PUPR Tuntaskan Pembangunan Enam Titik Sumur Bor Bertenaga Matahari di Mamuju
Kemenangan Prabowo-Gibran Peluang Bagi Pengembangan Ekonomi Kelautan dan Konektivitas Antarpulau
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas