INDONEWS.ID

  • Minggu, 28/06/2020 08:15 WIB
  • International Web-Conference: Learning from Covid-19 Experiences in The Asia Pacific Region : State and Society Perspective Politeknik STIA LAN Jakarta

  • Oleh :
    • luska
International Web-Conference: Learning from Covid-19 Experiences in The Asia Pacific Region : State and Society Perspective Politeknik STIA LAN Jakarta

Jakarta, INDONEWS.ID - Politeknik STIA LAN Jakarta bersama KRILA, Korea Research Institute for Local Administration dan Universitas Muhammadiyah Jakarta menyelenggarakan konferensi internasional berbasis daring bertemakan “Learning from Covid-19 Experiences in The Asia Pacific Region: State and Society’s Perspective” pada hari Sabtu, 27 Juni 2020, pukul 15.00-18.00 WIB. 

International web-conference ini dibuka secara resmi oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur 
Negara dan Reformasi Birokrasi, Tjahjo Kumolo, SH dan didampingi oleh Kepala Lembaga 
Administrasi Negara (LAN) RI Dr. Adi Suryanto, M.Si. 

Pembicara internasional yang hadir adalah Dr. Young Hoon Ahn, Korea Research Institute for 
Local Administration (KRILA); Dr. Shahbaz Hossein, Ministry of Rural Development Iran; Dr. Eva Tuzon, Ministry of Agrarian Reform Philippines; Dr. Durga Paudyal, Former Director of CIRDAP Nepal; Prof. Dr. Vasanthi Rajendran, Rajiv Gandhi National Institute of Youth Development, Ministry of Youth Affairs and Sports, Government of India & Former Director CIRDAP India; Dr. Somporn Hanpongpand, FAO Consultant and Former Director of CIRDAP Thailand. Hadir pula sebagai pembicara, Direktur Politeknik STIA LAN Jakarta, Prof. Dr. Nurliah Nurdin, dan Dr. Cecep Efendi, Universitas Muhammadiyah Jakarta sebagai moderator.

Kegiatan International web-conference yang dihelat melalui Zoom Webinar tersebut mendapatkan antusias lebih dari 1700 pendaftar baik dari dalam maupun luar negeri. Forum ilmiah berbasis online ini memiliki 3 tujuan utama, yaitu (1) knowledge sharing pembelajaran dan pengalaman Korea Selatan, Thailand, Nepal, Iran, Filipina, dan Indonesia dalam menangani pandemi Covid-19; (2)mendorong kolaborasi para akademisi dan praktisi dalam memberikan Kegiatan melalui kegiatan-kegiatan ilmiah; (3) memperkaya literasi dan kewaspadaan publik tentang problematika Covid-19 dari perspektif administrasi/pemerintahan, ekonomi, dan sosial.

Dalam sambutannya, Menteri Tjahjo Kumolo memaparkan langkah pemerintah dalam merespon 
bencana internasional Covid-19.

“Presiden Indonesia bersama seluruh jajaran pemerintah, baik pusat maupun daerah telah mengupayakan segala solusi dan kebijakan pada 3 aspek utama, yaitu pertama, aspek kesehatan melalui kebijakan social/physical distancing dan protokol kesehatan; kedua, aspek ekonomi berupa relaksasi pajak, listrik, suku bunga, dan ketiga, aspek sosial dengan kebijakan jaringan pengaman sosial bagi kelompok rentan terdampak pandemi”, tegas beliau.

Secara mendasar, langkah yang sama juga dilakukan oleh Korea Selatan, Thailand, India, Nepal, 
Iran, dan Filipina. Pemerintah Korea Selatan berhasil menangani Covid tanpa pemberlakuan lockdown.

Dalam sesi diskusi, Young Hoon Ahn memaparkan bahwa kunci keberhasilan penanganan Covid-19 di Korea Selatan adalah Smart-Quarantine Framework berbasis Teknologi Informasi (TI) didukung oleh kedisiplinan masyarakat. Smart city dan gaya hidup berbasis digital telah menjadi gaya hidup masyarakat Korea Selatan, terutama setelah pandemi menjadi semakin kompleks.

Nurliah Nurdin menyampaikan pengalaman dan hambatan Indonesia dalam penanganan Covid-
19. Salah satu kebijakan menarik yang disampaikan Nurliah adalah Kerjasama Sosial Berskala Besar (KSBB) atau Large-scale Social Collaboration Program, yang dilakukan oleh Pemerintah DKI Jakarta. KSBB bertujuan untuk mempertemukan pihak-pihak yang peduli dan memberikan bantuan dengan target grup yang membutuhkan bantuan.

Berbeda dengan Indonesia dan Korea Selatan, kebijakan penerapan lockdown secara parsial 
berlaku di Filipina, India, dan Iran. Di India, kebijakan karantina memberikan pelajaran berharga. 

Vasanthi dari India menjelaskan tentang urgensi kolaborasi antara pemerintah daerah, masyarakat, sektor privat, dan self-help group yang secara efektif telah menekan angka penyebaran Covid-19 di Kerala, salah satu wilayan best practice penanganan pandemi di India.

Di Filipina, Eva Tuzon mengulas secara singkat tentang dampak buruk pandemi terhadap sektor 
agraria, terlebih ketika lockdown berlangsung. Kini Filipina telah membuka akses menuju the new 
normal, di saat yang sama, pemerintah Filipina tengah menunjukkan upaya serius dalam menjalin 
kolaborasi untuk membangun kembali ekonomi.
Kebijakan lockdown cukup mirip dengan PSBB di Indonesia. Shahbaz Hossein memberikan gambaran tentang kebijakan pengaturan regulasi, layanan kesehatan gratis, dan jaringan pengaman sosial bagi kelompok rentan menjadi program utama.

Pengembangan kapasitas pemerintah dan teknologi menjadi aspek penting untuk pemerintah Nepal. Dalam paparannya, Durga Paudyal menekankan perbaikan aspek manajemen publik 
khususnya dalam penanganan bencana. 

Konferensi ini menyimpulkan bahwa pengalaman dari satu negara adalah pembelajaran bagi 
negara-negara lainnya. Era new normal telah dimulai. Semua negara memberlakukan kebijakan 
baru yang adaptif. Masyarakat dan birokrasi harus mampu menyikapi banyak ketidakpastian, 
tidak hanya tata kelola pelayanan dan pembangunan, namun juga tata kelola bencana. (Lka)

Artikel Terkait
Artikel Terkini
Dampak Perang Global, Ini Tantangan Kebijakan Ekonomi ke Depan
Ini Strategi Awal PalmCo Pasca Efektif KSO dan Kelola Perkebunan Sawit Terluas di Dunia
Ini Pengalaman Merayakan Idulfitri di Beberapa Negara
Promo Smartphone di Blibli Yang Tidak Boleh Anda Lewatkan
Simak Ya! Kini Anda Bisa Dapatkan Samsung S23 Ultra di Marketplace Ini
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas