INDONEWS.ID

  • Selasa, 11/08/2020 13:01 WIB
  • Presiden Jokowi Diminta Pimpin Langsung Penanganan Covid-19

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Presiden Jokowi Diminta Pimpin Langsung Penanganan Covid-19
Presiden Jokowi (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Pakar epidemiologi Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono mengusulkan penanganan pandemi corona di Indonesia dipimpin secara langsung oleh Presiden Joko Widodo alias Jokowi. Hal ini karena kinerja Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 dinilai tidak efektif. 

Pandu menjelaskan, pembentukan Satgas Covid-19 justru menambah panjang birokrasi penanganan wabah dan menambah hambatan kinerja tim medis. Sedangkan penanganannya selama ini sangat mengandalkan tim medis baik dari Dinas Kesehatan kota maupun provinsi dan Kementerian Kesehatan. 

Baca juga : Presiden Jokowi Bertemu Ribuan Nasabah Mekaar di Makassar

"Kalau dipimpin langsung oleh Presiden bisa memanggil Menteri Kesehatan jika kerjanya tidak beres, kalau satgas atau komite tidak bisa," kata Pandu mengutip Katadata.co.id, Selasa (11/8).

Menurut dia, upaya penanganan pandemi yang dipimpin langsung oleh Presiden juga telah diterapkan di berbagai negara dan terbukti lebih efektif. Kebijakan-kebijakan yang diambil pun lebih cepat diimplementasikan dibandingkan harus melalui satgas. 

Baca juga : Presiden Jokowi Dorong Penguatan Integrasi Ekonomi, Percepatan Transisi Energi dan Transformasi Digital dalam KTT Khusus ASEAN-Australia

Tak hanya itu, Pandu juga menyebutkan adanya perbedaan data yang dilaporkan oleh satgas kepada Presiden. Salah satunya yakni jumlah kematian yang dimakamkan menggunakan protap Covid-19 tak dimasukkan dalam statistik korban. Padahal, berdasarkan aturan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) orang yang dimakamkan menggunakan protap Covid-19 harus masuk sebagai korban. 

"Saya tidak tahu kenapa itu tidak masuk dalam korban meninggal, apakah ingin kelihatan kecil korbannya atau bagaimana," kata dia. 

Baca juga : Pemberian Pangkat Istimewa pada Prabowo, TPDI: Presiden Jokowi Tidak Pertimbangkan Rasa Keadilan Korban

Di sisi lain, Pandu menyebutkan kenaikan angka penyebaran virus di Indonesia yang masih terus terjadi disebabkan karena minimnya edukasi yang dilakukan pemerintah maupun Satgas Penanganan Covid-19. Imbasnya, titik puncak penyebaran virus tidak dapat diperkirakan kapan akan terjadi. "Saya tidak lihat lagi puncaknya kapan karena semakin sulit diprediksi," kata dia.

Adapun kasus positif virus corona di Indonesia melonjak 1.687 menjadi 127.083 orang pada hari Senin (10/8). DKI Jakarta masih menyumbang tambahan pasien baru terbesar yakni 435 orang. 

Dari data Kementerian Kesehatan, kenaikan jumlah kasus hari ini didapatkan dari tambahan pemeriksaan 15.839 sampel spesimen. Secara total 1.731.634 tes spesimen telah dilakukan seluruh jejaring laboratorium di Indonesia. 

Di bawah DKI, kasus baru tertinggi berasal dari Jawa Timur yakni 296 orang. Sumatera Utara berada di peringkat tiga dengan 129 pasien baru positif Covid-19. Provinsi Aceh masuk sebagai penyumbang tambahan kasus tertinggi keempat yakni 96 orang. Di peringkat lima adalah Sulawesi Selatan yang melaporkan 77 pasien baru.*

Artikel Terkait
Presiden Jokowi Bertemu Ribuan Nasabah Mekaar di Makassar
Presiden Jokowi Dorong Penguatan Integrasi Ekonomi, Percepatan Transisi Energi dan Transformasi Digital dalam KTT Khusus ASEAN-Australia
Pemberian Pangkat Istimewa pada Prabowo, TPDI: Presiden Jokowi Tidak Pertimbangkan Rasa Keadilan Korban
Artikel Terkini
Siapkan Penyusunan Peraturan Pembangunan Ekonomi Jangka Panjang, Delegasi Baleg DPR RI Berdiskusi dengan Pemerintah Kenya
Bakti Sosial dan Buka Puasa Bersama Alumni AAU 93 di HUT TNI AU ke-78
Satgas BLBI Tagih dan Sita Aset Pribadi Tanpa Putusan Hukum
Gelar Rapat Koordinasi Nasional, Pemerintah Lanjutkan Rencana Aksi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan
Pj Bupati Maybrat Diterima Asisten Deputi Bidang Pengembangan Kapasitas SDM Usaha Mikro
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas