Bogor, INDONEWS.ID – Kementerian Pariwisata telah menyusun panduan mitigasi bencana alam dalam kawasan wisata. Panduan tersebut disusun mengingat banyaknya tempat wisata di dalam negeri yang masuk dalam kawasan rawan bencana alam.
Sekurangnya ada 8 dari 10 destinasi prioritas pariwisata termasuk dalam kawasan rawan bencana alam. Karena itu, Kementerian Pariwisata menyusun panduan mitigasi bencana untuk meminimalisasi risiko di kawasan pariwisata.
Kemenpar misalnya telah menyusun bimbingan teknis untuk wilayah pariwisata di Sumatera Utara, Banten, Makassar, Lombok, Yogyakarta, dan Banyuwangi. Pedoman itu membagi tema sesuai dengan potensi bencana untuk masing-masing wilayah.
Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, Dosen IPB University mengatakan, Indonesia mempunyai sumberdaya alam yang luar biasa mulai dari bawah laut, laut, daratan sampai gunung yang indah. Semua potensi terebut mempunyai potensi besar untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata.
Sebagai suatu kawasan wisata maka salah satu aspek yang penting, katanya, adalah keselamatan pengunjung dan pengelola, pada suatu kawasan wisata.
Hal itu dikatakannya dalam acara “Fakultas Kehutanan Talk Series”, dengan tema “Pengelolaan Bahaya dan Bencana di Kawasan Ekowisata”, pada 25 Agustus lalu. Acara tersebut menghadirkan para narasumber antara lain Dr Ir Naresworo Nugroho, Dekan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB, Dedy Asriady, Ssi MP, Kepala Taman Nasional Gunung Rinjani, Ir Bernardus Wisnu Widjaja, MSc, Deputi Bidang Sistem dan Strategi, dan Prof Dr E.K.S. Harini Muntasib, Dosen IPB University. Acara ini menghadirkan Ir Wiratno, MSc, Dirjen KSDAE, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sebagai Keynote Speech.
Prof Harini mengatakan, berbagai kawasan yang unik, khas dan indah di Indonesia sebagian terdapat di Kawasan Konservasi. “Namun keselamatan pengunjung dan pengelola itu masih perlu banyak diperhatikan lebih baik lagi karena masih seringnya kejadian kecelakaan maupun bahaya, seperti bahaya fisik, biologi, maupun jiwa manusia, yang ada di suatu kawasan wisata. Juga apabila terjadi bencana seperti pandemi Covid seperti saat ini dan juga bencana alam,” ujarnya.
Karena itu, Webinar tersebut diharapkan membuka pemikiran bersama dari para pihak untuk mengembangkan Pengelolaan Bahaya dan Bencana di suatu kawasan Ekowisata. “Juga diharapkan dapat menyamakan persepsi untuk langkah-langkah serta mekanisme tata kelola bahaya dan bencana di kawasan ekowisata serta mekanisme secara regional maupun nasional,” ujarnya. (Very)