INDONEWS.ID

  • Minggu, 08/11/2020 11:30 WIB
  • Kiprah dan Regenerasi Diplomat Minang: Dulu, Sekarang dan Nanti

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Kiprah dan Regenerasi Diplomat Minang: Dulu, Sekarang dan Nanti
Webinar bertajuk "Diplomat Minang: Dulu, Sekarang dan Masa Yang Akan Datang" digelar Minang Diaspora Networt dan Universitas Yasri

Jakarta, INDONEWS.ID - Minang Diaspora Network-Global atau Jaringan Perantau Minang Dunia (MDN-G) bersama Universitas YASRI menggelar webinar berseri curah pendapat dan dialog internasional pada Sabtu, (7/11/20).

Dalam webinar seri kali ini, MDN-G mengangkat tema dengan tajuk "Diplomat Minang: Dulu, Sekarang dan Masa yang Akan" bertujuan untuk menlihat napak tilas kiprah tokoh Minang dalam dunia diplomasi membawa Indonesia di kancah internasional.

Sejarah sudah mencatat tinta emas etnik Minangkabau di Bidang Diplomasi. Generasi Muda Minang tinggal menelusuri dan mengulangi jejak lama para diplomat minang yang sudah dirintis generasi pendahulu.

Namun harus diakui dengan jujur bahwa kiprah dan kuantiti diplomat Minang sudah mulai berkurang. Sehingga perlu dipelajari sebab akibatnya. Fenomena ini tentunya cukup memprihatinkan semua kalangan terutama bagi masyarakat Minang.

Untuk itu, diperlukan solusi dan terobosan baru secara holistik antara tokoh-tokoh diplomasi minang seperti mantan Dubes dan diplomat minang yang sudah malang melintang di dunia diplomasi dan kalangan intelektual atau kampus terutama yang mempunyai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan disiplin ilmu lainnya yang bisa mencetak kader-kader diplomat minang dan stakeholder lainnya.

Webinar ini merupakan Brainstorming secara virtual guna memperoleh berbagai masukan dari tokoh-tokoh diplomat senior, diplomat aktif, dunia kampus serta pengamat hubungan internasisonal dan atau diplomasi.

Selanjutnya, hasil brainstorming ini akan dijadikan sebagai bahan masukan untuk workshop, pelatihan, training ilmu dan kajian diplomasi untuk Generasi muda Minang yang ingin berkiprah di dunia diplomasi yang juga akan dilakukan secara virtual.

Lebih jauh Diskusi Virtual ini dimaksudkan untuk memperoleh masukan yang lengkap dan komprehensif dalam rangka mencetak dan mempersiapkan generasi muda Minang untuk terjun ke dunia diplomasi baik dalam dan luar negeri.

Webinar ini semakin terasa berkulitas karena dihadiri para diplomat senior yang berasal dari Ranah Minang, yang pensiun maupun yang masih aktif. Mereka adalah Mantan Duta Besar RI unutk PBB, Kanada dan Jerman, Prof. Dr. Hasym Djalal yang menyampaikan keynote speaker dalam acara ini.

Selain itu, ada juga mantan Duta Besar RI untuk Jepang dan PBB, H.E. Wisher Loeis, Mantan Duta Besar RI untuk United Emirat Arab dan Thailand, H.E. Dr. Ibrahim Yusuf, Mantan Duta Besar RI untuk Mexico, Honduras, Panama dan Costa Rica, H. E. Komjen. Pol. (Purn) Ahwil Loethan, Dubes RI untuk Mexico, Panama dan Costa Rica, H.E. Yusra Khan.

Selanjutnya ada Duta Besar RI untuk Myanmar, H.E. Prof. Dr. Komjen. Pol. Iza Fadri, Duta Besar RI untuk Belanda, H.E. Mayerfas, Duta Besar RI untuk Yunani, H. E. Ferry Adamhar, Duta Besar RI untuk Ethiopia, Djobouti, dan Uni Afrika, H. E. Albusrra Basnur, Duta Besar RI untuk Vietnam, H.E. Deny Abdi SE, M.Si.

Selain tokoh diplomat, hadir pula tokoh akademisi Minang seperti Rektor Universitas YASRI, Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D yang bertindak sebagai pengarah acara dalam webinar kali ini bersama Direktur Eksekutif MDN-G, Burmalis Ilyas, MA, M.Si, serta Rektor UNAND, Prof. Dr. Yuliandri, S.H.,M.H.

Dalam kesempatan itu, Rektor Universitas YASRI, Prof. dr. Fasli Jalal, Ph.D mengatakan acara ini digelar untuk mendengar refleksi dan pengalaman para diplomat Minang sehingga etnik Minang bisa melihat kiprah para tokoh Minang dalam pembangunan Indonesia melalui jalur diplomasi. Menurutnya kiprah diplomasi Minang yang dibagi dalam tiga generasi.

"Hari ini kita akan mendengar refleksi dari para dubes-dubes atau diplomat-diplomat senior kita (Minang) dalam beberapa generasi. Saya melihat ini ada tiga generasi. Ada generasi pak Hasyim Djalal, Pak Whisbar, Pak Ibrahim. Lalu generasi tengah pak Yusra dan yang lainnya. Lalu yang dibawahnya itu ada pak Denni, pak Bulsra. Paling tidak ada tiga lapisan. Nanti kita dengar pengalaman mereka," kata Fasli di sela-sela pemaparannya.

Seminar secara virtual ini menjadi penting, jelas Fasli, karena analisis menyebutkan sedang terjadi penurunan kuantitas tokoh-tokoh Minang yang berkiprah dunia diplomasi. Jumlah para diplomat Minang saat ini berkurang jauh dibandingkan masa lalu di awal-awal kemerdekan hingga memasuki era orde baru.

"Kalau dulu kita pergi ke berbagai negara itu, banyak sekali bertemu dengan diplomat-diplomat Minang, tapi sekarang memang jumlah persentasinya tidak sebesar itu, bukan kita tertinggal sebetulnya orang lain lebih maju dan jumlahnya makin menyebar sesuai proporsi penduduk Indonesia. Jadi karena itu, keunggulan kompetitif kita dulu sudah mulai tergerus," tambah mantan Wakil Mendikbud ini.

Untuk itu, diperlukan brainstorming untuk mengetahui apa saja faktor yang membuat tokoh Minang di masa lalu berjaya menjadi diplomat-diplomat hebat. Bagaimana transisi mereka terhadap regenerasi diplomat Minang dan kemudian bagaimana pengalaman dan perjuangan dari para diplomat muda Minang yang sudah berhasil menembus karir sebagai duta bersar untuk ditularkan kepada generasi muda berikutnya.

Etnik Minang, lanjut Fasli, selalu memperhatikan keharminisan dalam komunikasi di manapun mereka berada yang terkandung di dalam ungkapan
wakato ado wakato mandata, malereng, atau manurung, manaki dengan segala implikasi dalam gaya bicaranya baik kultural.

"Apakah memang benar DNA pedagang atau saudagar atau entrepreneur yang dikatakan ada di dalam darah Minang, sejalan dengan adanya DNA Minang yang dari awal sudah diajarkan bersilat lidah bagaiman kalau wakato ado wakato mandata, malereng, atau manurung, manaki,"

Selain itu, Fasli mengungkapkan, kita (orang Minang) juga selalu memegang falasaf diplomasi di mana bumi dipijak, disitulah langit dijunjung. Apakah itu menjadi modal bagi diplomat senior Minang yang jaya di masa lalu.

Sementara itu, Mantan Duta Besar RI untuk Mexico, Honduras, Panama dan Costa Rica, H. E. Komjen. Pol. (Purn) Ahwil Loethan mengatakan ada tiga hal yang merupakan modal yang harus dimiliki oleh seorang diplomat.

"Skill yang harus dimiliki oleh seorang diplomat itu adalah ia harus memiliki kompetensi. Saat ini sangat baik untuk kementerian luar negeri. Karena mereka sekarang sudah mempunyai pendidikan, merekrut seluruh sarjana dan didik selama satu tahun. Dan saya rasa untuk kompetensi untuk itu mereka punya," kata Ahwil dalam pemaparannya.

Namun selain kompetensi, ada hal yang sangat penting lainnya yang harus dimiliki seorang diplomat. Di lapangan, kata Ahwil, ada hal yang mungkin tidak diajarkan di sekolah, yakni art dan science. Setiap individu selalu memiliki art and science yang berbeda dari yang lainnya.

"Semua sekolah sama, pendidikan sama. tapi mungkin di antara 30 sekolah hanya satu atau dua yang jadi duta besar. Jadi ini adalah kiat-kiat yang perlu saya sampaikan. Karena adalah suatu hal yang memang terjadi."

Selain kedua hal itu, ada hal lain di luar itu yang mungkin juga tidak diajarkan di sekolah atau pendidikan adalah momentun. Faktor momentun sangat menentukan keberhasilan seseorang yakni ada faktor lucky dan unlucky.

"Jadi kalau kita tahu, dulu diplomat itu selalu ingin ditempatkan di tempat, kalau istilahnya, orang-orang kemenlu lama, itu hanya London, Paris dan New York. Ini katanya apa, ini rutenya revlon katanya," beber Ahwil.

Terpisah, Pemimpin Redaksi Indonews.id selaku dosen Senior IPDN yang merupakan salah satu tokoh kelahiran Minang menyampaikan rasa bangganya. Ia mengaku bangga karena tokoh Minang menjadi diplomat dan mereka selalu ada di setiap zaman.

"Saya yang dilahirkan di Minang, merasa bangga melihat para tokoh minang ini yang menjadi diplomat ulung dan mereka selalu ada di setiap zaman. Kehadiran para tokoh Minang ini memberikan warna dan berkontribusi besar pada kemajuan Indonesia," ungkap Asri.

Asri berharap, pengalaman dan pengetahuan yang dibagikan para diplomat Minang dari segala zaman dan masa dalam seminar virtual ini dapat bermanfaat bagi generasi muda yang ingin berkarir di dunia diplomasi.*(Rikard Djegadut).

Artikel Terkait
Artikel Terkini
HOGERS Indonesia Resmi Buka Gelaran HI-DRONE2 di Community Park, Pantai Indah Kapuk 2
Ketua Pengadilan Negeri Batusangkar Dirikan Dapur dan Pendistribusian untuk Korban Banjir Bandang Tanah Datar
Aksi PNM Peduli Serahkan Sumur Bor Untuk Warga Indramayu Dan Tanam Mangrove Rhizophora
PTPN IV Regional 4 Jambi, Bantu Beras Warga Solok
Pastikan Arus Barang Kembali Lancar, Menko Airlangga Tinjau Langsung Pengeluaran Barang dan Minta Instansi di Pelabuhan Tanjung Priok Bekerja 24 Jam
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas