Jakarta, INDONEWS.ID -- Dikhabarkan bahwa Presiden Trump menjanjikan Rp28 triliun investasi ke Indonesia jika bersedia membuka hubungan diplomatik dengan Israel.
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana mengatakan bahwa tawaran seperti itu tentu sangat menggiurkan bagi Indonesia, apalagi di tengan melemahnya perekonomian Indonesia akibat pandemi Covid 19 saat ini.
Namun Indonesia, katanya, tidak mungkin menerima tawaran tersebut bila imbalannya adalah membuka hubungan diplomatik.
Rektor Universitas Jenderal Ahmad Yani itu mengatakan, setidaknya ada tiga alasan besar untuk ini.
Pertama, selama dalam pembukaan konstitusi Indonesia masih tertera kalimat "penjajahan di atas dunia harus dihapuskan". “Karena itu, sebelum Palestina merdeka maka tidak mungkin bagi Indonesia membuka hubungan diplomatik dengan Israel yang menjajah bangsa Palestina,” ujar Hikmahanto dalam siaran pers di Jakarta, Jumat (25/12).
Kedua, masyarakat Indonesia masih bersimpati dan memiliki solidaritas yang tinggi terhadap bangsa Palestina yang ditindas oleh Israel, baik karena alasan solidaritas agama maupun perikemanusiaan.
Terakhir, Presiden Jokowi beberapa waktu lalu melakukan pembicaraan per tilpun dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Inti dari percakapan tersebut, kata Hikmahanto, adalah Indonesia tidak akan membuka hubungan diplomatik dengan Israel sebelum Palestina merdeka.
“Presiden Abbas sangat mengapresiasi komitmen Presiden Jokowi karena Indonesia tidak mengikuti sejumlah negara di Arab yang telah membuka hubungan diplomatik,” ujarnya.
Perlu juga dicermati adanya kejanggalan Presiden Trump menawarkan janji ini saat dirinya dalam status lame duck.
Presiden Trump tidak seharusnya membuat kebijakan-kebijakan penting karena dalam waktu yang tidak terlalu lama akan diganti oleh Joe Biden.
Menurut Hikmahanto, mungkin saja tawaran ini terkait persaingan dominasi AS-China di kawasan Asia.
Karena itu, untuk memenangkan persaiangan kedua negara menggunakan instrumen investasi dan hutang, bahkan vaksin.
Hanya saja karena perekonomian di AS sangat terdampak oleh pandemi Covid 19, maka dana yang dibutuhkan tidak mungkin berasal dari AS.
Dana ini yang kemudian dinegosiasikan oleh AS dengan Israel. Seolah Israel menjadi bendahara AS.
“Israel sepertinya menyanggupi namun dengan persyaratan. Terkait dengan Indonesia persyaratan yang diminta oleh Israel adalah pembukaan hubungan diplomatik,” kata Hikmahanto.
Bagi Israel pengakuan Indonesia atas negara Israel penting karena Indonesia merupakan negara berpenduduk Islam terbesar di luar Timur Tengah.
“Belum lagi Israel dapat mengklaim ke masyarakat internasional bahwa negara yang anti terhadap penjajahan mau mengakui Israel sebagai negara dan menjalin hubungan diplomatik,” pungkasnya. (Very)