INDONEWS.ID

  • Rabu, 27/01/2021 21:40 WIB
  • Setiap Politisi Benci Politik Uang, Namun Tetap Melakukannya Karena Takut Kalah

  • Oleh :
    • very
Setiap Politisi Benci Politik Uang, Namun Tetap Melakukannya Karena Takut Kalah
Direktur Center for Media and Democracy LP3ES Wijayanto. (Foto: Gatra.com)

 

Jakarta, INDONEWS.ID -- Direktur Center for Media and Democracy LP3ES Wijayanto mengatakan bahwa politik uang dan korupsi masih terus berada dalam satu rangkaian yang tak terpisahkan.

Baca juga : Jaga Keberlanjutan Agenda Pembangunan Mendatang, Pemerintah Evaluasi Capaian Kinerja PSN Tahun 2024

Menariknya, kata Wijayanto, KPK tiap tahun terus melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) kepada sejumlah kepala daerah yang melakukan tindak korupsi.

Karena itu, katanya, LP3ES masih akan terus membahas korupsi tersebut meski sudah berulang-ulang kali dibicarakan.

Baca juga : Puspen Kemendagri Berharap Masyarakat Luas Paham Moderasi Beragama

"Ada beberapa alasan mengapa topik ini sangat penting untuk dikaji. Alasan pertama yang sangat gamblang adalah bahwa politik uang masih menjadi masalah penting yang menggerus kualitas demokrasi kita. Data operasi tangkap tangan KPK saat lembaga ini belum diamputasi kepada kepala daerah menunjukkan bahwa pada tiap pemilu selalu diiringi lonjakan kasus OTT yang masif," ungkap Wijayanto dalam diskusi “Partai Politik, Politik Uang dan Kemunduran Demokrasi”, di Jakarta, Selasa (26/1).

Wijayanto mengatakan, setiap momen pemilu para politisi mencari modal untuk membiayai pemenangannya. Artinya, politik uang untuk membiayai mahalnya pemenangan pemilu sangat berkaitan erat dengan masifnya praktik korupsi politik. “Sayangnya hari ini elit mencari solusi instan bukan dengan menghentikan praktik politik uang namun justru dengan melemahkan institusi KPK,” ujarnya.

Baca juga : Kunker ke Halmahera Timur, Kepala BSKDN Beberkan Strategi Menjaga Keberlanjutan Inovasi

Wijayanto menambahkan, di sisi lain para calon politikus itu sebetulnya membenci politik uang dikarenakan ongkos pencalonan menjadi membengkak. Namun, hal itu tidak dapat dihindari karena mereka juga takut kalah.

"Ada problem tindakan kolektif yang menarik di sini, setiap politisi membenci politik uang namun sebagian besar mereka  tetap mempraktikkannya karena takut kalah dalam pemilu. Mengapa membenci? Karena biaya politik yang besar itu tidak selalu diiringi dengan kemenangan," ujar Wijayanto seperti dikutip Gatra.com.

Wijayanto juga mengklaim jika pihak yang kalah maupun yang menang sama-sama lelah dalam pertarungan politik uang. Untuk itu, politik uang akan selalu menjadi masalah serius yang semestinya bisa dibenahi secara serius.

"Bahkan, dalam dua kelas sekolah demokrasi LP3ES yang menghadirkan berbagai kalangan termasuk elit partai politik dan wakil rakyat, baik mereka yang menang dan apalagi gagal menang dalam pemilu sama-sama lelah dengan politik uang ini. Mereka semua bersepakat bahwa politik uang adalah masalah serius yang menjadi salah satu indikator kemunduran demokrasi kita," pungkas Wijayanto. (Very)

 

Artikel Terkait
Jaga Keberlanjutan Agenda Pembangunan Mendatang, Pemerintah Evaluasi Capaian Kinerja PSN Tahun 2024
Puspen Kemendagri Berharap Masyarakat Luas Paham Moderasi Beragama
Kunker ke Halmahera Timur, Kepala BSKDN Beberkan Strategi Menjaga Keberlanjutan Inovasi
Artikel Terkini
HOGERS Indonesia Resmi Buka Gelaran HI-DRONE2 di Community Park, Pantai Indah Kapuk 2
Ketua Pengadilan Negeri Batusangkar Dirikan Dapur dan Pendistribusian untuk Korban Banjir Bandang Tanah Datar
Aksi PNM Peduli Serahkan Sumur Bor Untuk Warga Indramayu Dan Tanam Mangrove Rhizophora
PTPN IV Regional 4 Jambi, Bantu Beras Warga Solok
Pastikan Arus Barang Kembali Lancar, Menko Airlangga Tinjau Langsung Pengeluaran Barang dan Minta Instansi di Pelabuhan Tanjung Priok Bekerja 24 Jam
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas