Jakarta, INDONEWS.ID - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Sunarso mengatakan rencana Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membentuk holding ultra mikro akan berdampak positif bagi bisnis PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM dan PT Pegadaian (Persero). Mulai dari penurunan tingkat bunga pembiayaan hingga keberlangsungan usaha.
Sebagaimana diketahui Menteri BUMN Erick Thohir telah menyatakan secara terbuka akan meleburkan Bank Rakyat Indonesia, PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM dan PT Pegadaian (Persero) untuk menggarap sektor UMKM di Indonesia.
"Akan jadi efisien karena suku bunga akan efisien dengan dua cara. [Pertama] ekses likuiditas dari BRI yang tiap hari itu secondary reserve Rp 150 triliun ditempatkan di money market dengan yield 3%, sedang pendanaan PNM dan Pegadaian masih instrumen loan dengan bunga di atas 5%," kata Sunarso dalam rapat bersama dengan Komisi XI DPR RI, Selasa (2/2/2021).
Dia mengatakan, yang paling utama dirasakan oleh debitur PNM dan Pegadaian adalah penurunan tingkat suku bunga pinjaman dari posisi saat ini. Besaran penurunan yang dapat diberikan bisa mencapai 3% untuk PNM dan 1,5% untuk Pegadaian.
Yang kedua, lanjut Sunarso, kedua perusahaan tersebut bisa melakukan penerbitan surat utang dengan tingkat bunga yang lebih rendah jika diberikan penjaminan oleh BRI.
Sunarso menegaskan, penurunan tingkat bunga pembiayaan ini akan memiliki selisih yang sangat jauh jika dibandingkan lembaga lain atau bahkan yang diberikan oleh rentenir.
Sebab, nantinya pembentukan holding ini akan semakin memperbesar sebaran perusahaan ke pengusaha ultra mikro yang jumlahnya 30 juta dan belum tersentuh lembaga keuangan formal.
"Coba liat berapa mereka dapat dana dimana. Mereka ambil dari rentenir ambil 4 kembali 6 dan kembali pertahun bisa 100%-500%," tegas dia.
Selain dari sisi cost yang dikenakan kepada nasabah, nantinya juga akan ada efisiensi dari sisi offer rate cost, karena penggunaan jaringan yang digunakan bersama oleh ketiga perusahaan.
Selain dari biaya, Sunarso menerangkan bahwa saat ini bisnis Pegadaian mulai terganggu dengan adanya pembiayaan fidusia dengan agunan sertifikat dan fintech yang sama sekali tidak memerlukan agunan.
"Pegadaian sendiri tantangannya adalah kalau ternyata pembiayaan berbasis fidusia itu lebih cepat dan fintech lebih cepat dan tidak harus menyerahkan barang, maka market gadai sendiri akan menjadi mix market yang pertumbuhannya terbatas. Sehingga kalau mau survive ya memang harus ikut-ikutan masuk di fidusia dan bahkan fintech," terang dia.
Sehingga dia menilai pembentukan ekosistem ultra mikro tersebut akan membuat bisnis masing-masing perusahaan tetap akan pada core-nya.
Dari sisi kepemilikan, kata Sunarso, meski nantinya telah dibentuk holding namun kepemilikan saham Pegadaian dan PNM masih akan berupa saham dwiwarna yang dimiliki oleh pemerintah.*