Atmonobudi Soebagio *)
INDONEWS.ID -- Keputusan Pemerintah untuk tidak memberangkatkan jemaah calon haji tahun 1442 Hijrah/2021 merupakan keputusan yang tepat dan melegakan, tanpa harus menunggu kepastian tentang kuota haji Indonesia yang dikeluarkan oleh Pemerintah Arab Saudi. Keputusan tersebut patut disambut gembira dan rasa syukur karena ibadah haji tahun ini masih dalam situasi pandemi yang mendunia, dan jumlah penduduk yang positif per hari belum memperlihatkan penurunan.
Populasi penduduk dunia saat ini adalah sebesar 7,83 miliar, dan mereka tersebar di 195 negara. Jumlah kasus positif dunia telah mencapai 172 juta orang, dengan jumlah kematian sebanyak 3,7 juta jiwa. Kasus positif di Indonesia per hari masih berada di sekitar 5.000 orang. Secara persentase, jumlah penduduk negara kita yang telah memperoleh dua kali vaksinasi masih berkisar 4% dan yang baru sekali divaksin sebanyak 2,5%. Sampai saat ini, Indonesia dan Singapura merupakan dua negara pertama yang telah memutuskan tidak memberangkatkan penduduknya untuk ibadah haji tahun ini.
Dan yang tidak boleh kita abaikan adalah munculnya ancaman baru yang wajib kita sikapi secara cermat, yaitu munculnya varian-varian baru yang belum tentu dapat diatasi dengan sejumlah merk vaksin yang sudah digunakan saat ini. Setiap negara berpeluang memunculkan varian baru, sehingga perlu segera diantisipasi dengan cepat agar lebih dikenali sifat dan risiko yang ditimbulkannya. Hasil temuannya tentunya dilanjutkan dengan riset untuk mendapatkan vaksin baru secara tepat, demi mencegah gelombang baru akibat varian-varian tersebut.
Ada sejumlah varian Covid-19 yang telah ditemukan dan jumlah korbannya meningkat berlipat ganda. Tabel berikut ini adalah data beberapa negara dan varian baru yang telah terdeteksi:
Negara |
Kode varian |
Inggris |
501Y.V1; VOC 202012/01 atau B.1.1.7. |
Afrika Selatan |
501Y.V2 atau B.1.351. |
Brasil |
501Y.V3 atau P.1. |
California (AS) |
B.1.427; B.1.429 |
dst |
Masih akan bermunculan varian baru. |
Tidak tertutup kemungkinan bahwa varian-varian baru akan terus bermunculan, karena setiap negara atau wilayah memiliki karakteristik tersendiri dalam memunculkan varian baru. Produksi vaksin baru untuk menghadapi varian tersebut memerlukan waktu cukup lama, karena harus melewati sejumlah tahapan penelitian, uji coba, hingga siap diproduksi secara massal.
Semoga program vaksinasi bagi seluruh penduduk Indonesia dapat segera terpenuhi. Keberhasilan program nasional ini tentunya perlu mendapatkan dukungan seluruh rakyat melalui kepatuhan kita bersama dalam menjalankan protokol kesehatan demi menghindari lonjakan jumlah yang terinveksi dan munculnya klaster-klaster baru, khususnya pasca liburan mudik belum lama ini.
*) Prof. Atmonobudi Soebagio MSEE, Ph.D. adalah Guru Besar Universitas Kristen Indonesia, dan pemerhati pembangunan berkelanjutan serta energi alternatif yang terbarukan.