INDONEWS.ID

  • Jum'at, 30/07/2021 12:18 WIB
  • Resensi Buku "Abdul Hakim: Wartawan Antara, Dalam Kenangan Anak Cucu"

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Resensi Buku "Abdul Hakim: Wartawan Antara, Dalam Kenangan Anak Cucu"
Cover buku "Abdul Hakim: Wartawan Antara, Dalam Kenangan Anak Cucu" penyusun Chappy Hakim (Foto: Ist)

Oleh Ogi Indra Yoga

Jakarta, INDONEWS.ID - Ketika seseorang sukses gemilang dalam studi dan karir, sesungguhnya siapakah yang berperan besar atas kesuksesannya? Memang terdapat banyak jawaban terhadap pertanyaan tersebut. Namun banyak pula yang tegas mengakui bahwa kisah suksesnya berkat gemblengan pendidikan dalam keluarga oleh orangtuanya. Apakah itu ayah, ibu atau keduanya.

Orangtua yang bijak adalah mereka yang mendidik putra-putrinya sejak usia dini secara intens. "Pendidikan dari dekat" hingga usia puber atau belasan tahun, dan "pendidikan dari jauh" setelah putra-putrinya beranjak dewasa. Tentunya agar putra-putrinya memiliki pondasi watak positif, mental tangguh dan kemauan kuat untuk berprestasi ketika tiba saatnya untuk hidup secara mandiri.

Dalam kaitan itu, saya ingin membagi informasi tentang sebuah buku bagus yang usai saya baca. Judul bukunya "ABDUL HAKIM Wartawan Antara, Dalam Kenangan Anak Cucu". Buku setebal 259 halaman ini diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas, PT Kompas Media Nusantara, tahun 2020.

Buku tersebut menarik untuk dibaca karena gagasan penulisannya datang dari Marsekal TNI (Purn.) Chappy Hakim, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara periode 2002-2005, putra kedua almarhum Abdul Hakim. Penyusunnya adalah Chappy Hakim bersama adiknya, Budiman Hakim, yang dikenal luas sebagai pengusaha dan pakar periklanan serta penulis buku.

Tujuan utamanya untuk berterima kasih kepada ayah-bundanya atas gemblengan pendidikan sejak usia dini. Sebagaimana pengakuan Chappy Hakim lewat tulisannya: "Walau cukup berat menjalankan didikan penuh disiplin dan pembekalan untuk mampu mandiri setelah bangku SMA, saya sangat merasa bersyukur dengan semua yang telah saya alami bersama keluarga di rumah dengan Ayah dan Mamak (ibu) dalam proses membesarkan saya dan saudara-saudara untuk siap mengarungi kehidupan yang sering dikatakan jauh lebih keras dibanding dengan kehidupan sehari-hari di rumah. Saya percaya bahwa semua yang saya peroleh dalam kehidupan ini, setelah keluar dari rumah, dipastikan adalah berkat pendidikan yang saya terima dari ayah dan Mamak sejak lahir, kanak-kanak hingga beranjak dewasa. Alhamdulillah! "

Tujuan lainnya adalah untuk mengenang almarhum Abdul Hakim dan ungkapan cinta anak-anak terhadap orangtuanya yang merupakan refleksi timbal-balik kecintaan orangtua terhadap anak-anaknya. Selain itu pula, terselip keinginan untuk berbagi kisah yang kiranya bemanfaat untuk siapa saja yang membacanya.

Ternyata benar adanya! Saat membaca buku tersebut, saya tak bisa berhenti hingga tuntas sampai halaman terakhir. Kisah-kisah yang ditulis putra-putri, para menantu dan cucu-cucu almarhum Abdul Hakim enak dibaca, membuat terharu, kagum, mencerahkan, memotivasi dan menginspirasi.

Membacanya dari awal hingga akhir kisah-kisah yang tersusun apik dan mengalir, membuat saya seolah sedang berada di tengah keluarga besar Abdul Hakim yang tengah mengisahkan pengalaman dan kenangan masing-masing semasa kanak-kanak hingga beranjak dewasa. Tentang ayah yang patriotik; orangtua yang sangat memperhatikan anak-anaknya; sosok ayah yang keras, pendiam tapi baik hati; Ayah yang humoris di balik wajah yang serius; ayah yang pemberani; ayah yang visioner; dan, sosok ayah yang produktif menulis buku serta jurnalis sejati.

Almarhum Abdul Hakim bukan wartawan biasa. Beliau adalah pejuang perintis kemerdekaan, tokoh pers perjuangan dan penulis produktif yang telah menulis sejumlah buku. Pada bulan Desember 1937, bersama Adam Malik, Mr. Soemanang, Pandu Kartawiguna dan A.M. Sipahoetar, beliau mendirikan Jajasan Kantor Berita Nasional ( JKBN) Antara yang merupakan cikal bakal LKBN Antara. Sejak itu, dan sebagian besar hidupnya sejak muda, didedikasikan di kantor berita Antara.

Menjelang pecah Perang Pasifik di awal tahun 1940-an, Abdul Hakim dan kawan-kawan seperjuangan di Antara ditangkap polisi Hindia Belanda. Mereka dituduh menghasut rakyat agar menolak wajib militer yang diselenggarakan pemerintah Hindia Belanda. Tatkala pecah Perang Pasifik pada 8 Desember 1941, mereka kembali ditangkap dan diangkut ke kamp tawanan di Sukabumi, kemudian Garut, selanjutnya ke Nusakambangan. Di Nusakambangan dalam status sebagai tahanan politik penjajah Jepang, takdir mempertemukan Abdul Hakim dengan Zubainar, putri seorang sipir penjara dan menikahinya pada tahun 1945.

Pasangan Abdul Hakim dan Zubainar dikaruniai enam putra dan satu putri: Bachrul Hakim, Chappy Hakim, Rusman Hakim, Alan Hakim, Thursan Hakim, Budiman Hakim dan Nurmayulis Hakim. Mirip-mirip dengan kebanyakan keluarga yang tumbuh-kembang di rentang tahun 1945-1965, kehidupan keluarga Abdul Hakim jauh dari mewah. Apalagi Abdul Hakim adalah pribadi yang teguh memegang prinsip, keras hati, menolak berpolitik praktis dan sebagai wartawan gajinya pas-pasan dan kadang tak menentu.

Meskipun demikian bukan berarti pasangan Abdul Hakim dan Zubainar menyerah pada keadaan, khususnya berkaitan dengan kebutuhan pendidikan formal bagi putra-putrinya. Bagaimana pasangan Abdul Hakim dan Zubainar merentang tali busur pendidikan keluarga kuat-kuat dalam kondisi ekonomi pas-pasan agar putra-putrinya melesat bagai anak-anak panah yang sukses mengenai sasaran cita-cita masing-masingnya, terungkap pada apa yang dikisahkan putra-putrinya lewat tulisan-tulisannya.

Hal menonjol dan saya kagumi yang nyaris tak ditemui pada banyak kisah pendidikan keluarga adalah anjuran dan dorongan Abdul Hakim agar putra-putrinya menulis satu buku sebelum mati! "Menulis buku itu perbuatan mulia. Kita berbagi pengetahuan dan wawasan pada banyak orang. Selain berpahala, kita sendiri juga akan terus terpacu untuk belajar dan menambah ilmu agar lebih banyak lagi kita bisa berbagi...Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang. Manusia mati meninggalkan karya yang manfaat," wejang Abdul Hakim.

Walhasil, dari enam anak laki-lakinya, empat di antaranya sudah menulis buku yang dijual di pasaran. Bukan hanya satu atau dua buku, tapi yang paling sedikit saja sudah menulis enam buku, sedangkan yang lainnya lebih dari itu. Mereka adalah Chappy Hakim, Rusman Hakim, Thursan Hakim dan Budiman Hakim.

Buah jatuh tak jauh dari pohonnya! Like father, like son! Kiasan-kiasan itu tepat sekali untuk melukiskan banyaknya karya-karya buku yang ditulis Abdul Hakim dan keempat putranya. Prestasi ini tidak hanya mengagumkan, tapi disadari atau tidak, selaras dengan sabda Rasulullah SAW: "Apabila matinya seorang anak Adam itu, maka akan terputuslah amalannya kecuali tiga perkara: sedekah jariah, atau ilmu yang dimanfaatkan dengannya (oleh orang lain), atau anak sholeh yang mendoakannya."
(HR: Muslim)

Almarhum Abdul Hakim yang wafat pada usia pada tahun 1992 dan Almarhumah Zubainar yang wafat 13 tahun kemudian, sungguh berlimpah bekal doa untuk menikmati keindahan Surga Allah. Betapa tidak! Selain amal-amalnya dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa, amal jariahnya berupa buku dan ilmu serta amal putra-putri yang sarat ilmu dan karya buku tidak bisa tidak terkonversi menjadi rangkaian doa-doa anak-anak sholeh yang tak pernah henti... Insya Allah.

Sebagai penutup, sungguh sangat saya rekomendasikan bagi pasangan orangtua muda untuk membaca buku ini. Setidaknya untuk memperkaya wawasan. Mengingat menjadi orangtua yang sukses mendidik memang tidak ada sekolahannya. Bahkan, lebih dari itu, buku ini bagus juga dijadikan hadiah ulang tahun untuk putra-putri yang beranjak dewasa. Agar mencintai dan menghargai jerih-payah orangtua, serius mengejar cita-cita dan bermasadepan gemilang, serta menjadi anak-anak sholeh yang kelak senantiasa mendoakan orangtuanya saat telah tiada 🙏

Salam Sehat-Sejahtera

Ogi Indra Yoga

Artikel Terkait
Artikel Terkini
Gelar Rapat Koordinasi Nasional, Pemerintah Lanjutkan Rencana Aksi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan
Pj Bupati Maybrat Diterima Asisten Deputi Bidang Pengembangan Kapasitas SDM Usaha Mikro
Pj Bupati Maybrat Temui Tiga Jenderal Bintang 3 di Kemenhan, Bahas Ketahanan Pangan dan Keamanan Kabupaten Maybrat
Mengenal Lebih Jauh Ayush Systems of Medicine India dan Perannya di WHO
Polda Metro Hentikan Penyidikan Kasus Aiman, ICJR Ingatkan Beberapa Kasus Lain yang Serupa
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas