INDONEWS.ID

  • Rabu, 11/08/2021 10:33 WIB
  • Liga Super Eropa Belum Mati

  • Oleh :
    • luska
Liga Super Eropa Belum Mati

Penulis : Reinhard R. Tawas

Dan tidak akan. Mungkin akan bermetamorfosa seperti serangga, tapi tidak perlu menunggu 17 tahun untuk tampil, seperti cicada (garengpung).
“Menjadi kaya itu mulia” kata Deng Xiaoping. UEFA tidak ingin itu terjadi pada Liga Super Eropa (LSE).
Masih tertunda kesempatan fans (yang mengerti dan yang belum mengerti) melihat revolusi sepakbola ini.
 
Agustus sekarang mustinya LSE mulai. Kita sama-sama tahu kenapa itu belum terjadi. Urusan hukum sudah mulai. ECJ (European Court of Justice) 8 Juli lalu menolak permohonan Pegadilan Komersial Spanyol di Madrid yang memperkarakan ancaman sangsi UEFA terhadap klub-klub inisiator LSE. Sebelumnya Pengadilan Spanyol ini memutuskan bahwa UEFA tidak bisa memaksa pembubaran LSE. Meskipun menolak, ECJ masih memberikan kesempatan kepada pihak-pihak yang bersengketa untuk melengkapi permohonan mereka sampai 18 Oktober 2021. Sementara itu Presiden La Liga Javier Tebas yang dulu menentang ESL sekarang berbalik mendukung dan bahkan mengklaim Preiden FIFA Gianni Infantino mendukung ESL.
Sejak diumumkan terbentuknya LSE April lalu oleh Real Madrid, Barcelona, Atletico Madrid, Juventus, Intermilan, AC Milan, Manchester United (MU), Manchester City, Arsenal, Chelsea dan Tottenham Hotspurs, yang dituai LSE adalah kecaman dari berbagai penjuru.  Emmanuel Macron, Boris Johnson, Pangeran William tiba-tiba ikut campur soal sepakbola. Otoritas liga Inggris yang paling keras, dengan mengancam akan menskors klub-klub Inggris yang terlibat di LSE, ancaman mana mendapat tanggapan yang paling masuk akal dari CEO Aston Aston Villa Christian Purslow. Katanya: "...tidak ada yang mau melakukan sesuatu yang melukai diri sendiri." Maksudnya tanpa klub-klub kuat itu Liga Inggris akan terluka dan tidak ada yang berani mengambil resiko itu. Memang ini adalah kenyataan yang brutal. Tanpa 12 klub tersebut, Liga Champions Eropa akan kehilangan semarak dan gregetnya dan akan ditinggalkan fansnya . Kemana? Ya terpaksa ke LSE yang mereka benci (jika LSE jadi jalan).

Fans sepakbola Inggris paling keras memrotes LSE tersebut. Tentu saja, mereka tidak ikut memiliki Klub dan bagi mereka tidak penting Klub rugi atau untung. Mereka ibaratnya pekerja-pekerja perusahaan yang sedikit-sedikit unjuk rasa padahal pemiliknya mati-matian mempertahankan perusahaan agar tetap hidup dan mereka bisa tetap bekerja. Ratusan fans Chelsea berunjuk rasa paling keras di halaman Stamford Bridge sebelum pertandingan Chelsea vs. Brighton dengan memblok jalan masuk ke stadion. Unjuk rasa tersebut hanya bisa dihentikan setelah Peter Cech memohon-mohon.  Dia terpaksa menurunkan maskernya di hadapan fans tanpa masker (seorang yang kuatir akan kesehatan Peter Cech mencoba menaikkan maskernya, tapi supaya pesannya tersampaikan, Perter Cech menurunkan kembali maskernya). Bus yang membawa pemain terhambat dan pertandingan tertunda 15 menit. Fans Chelsea tidak peduli bahwa pembukuan Chelsea bisa putih karena Roman Abramovich merelakan total pinjaman £ 1.125 milyar dari kocek pribadinya sejak 2003 dan entah kapan bisa balik modal. Di antara fans Chelsea ada yang berstatus istimewa sebagai pemilik lapangan di dalam Stamford Bridge. Ketika penulis hadir di Stamford Bridge dan di Akademi Chelsea di Cobham, di luar London, selama tiga mingu pada tahun 2011 dan 2012 dalam rangka kerjasama pencarian bakat, seorang staf Chelsea FC menjelaskan bahwa sertifikat tanah lapangan Stamford Bridge dipecah dan dimiliki ratusan fans Chelsea sehingga praktis tidak bisa dijual, bahkan oleh Roman Abramovich sekalipun.

Mengenai fans MU yang sejak awal memang tidak suka dengan pengambilalihan super club ini oleh Keluarga Glazer pada 2005. Malcolm Glazer sebelumnya membeli sedikit saham Manchester United pada 2003 dari keuntungan Tampa Bay Buccaneers yang baru saja menjuarai NFL di Januari 2003. Kesempatan memprotes keikutsertaan MU di LSE sekalian dipakai untuk mendesak Keluarga Glazer meninggalkan MU. Tapi adakah yang mampu membeli Klub dengan pencapaian paling berkilau di Liga Premier Inggris ini?  Menurut Forbes yang diwartakan BBC 12 April lalu, nilai MU adalah US$ 4,2 milyar. Setelah Keluarga Glazer mengambil alih kepemilikan MU, di kalangan fans MU ada usaha solidaritas mengambil alih kembali MU dengan meminta fans kaya dan berpengaruh MU yang memang cukup banyak, patungan untuk membeli kembali MU dari Keluarga Glazer. Mereka dikenal sebagai Red Knights. Di antara mereka ada antara lain Jim O'Neil , fans MU seumur hidup yang adalah Chief Economist Goldman Sachs, Keith Harris, bekas CEO HSBC Investment yang pernah terlibat pengambil-alihan West Ham, Manchester City dan Aston Villa. Tapi potensi jumlah modal yang mungkin terkumpul belum mendekati jumlah yang diminta  Avram Glazer yaitu £ 4M, jauh di atas perkiraan Forbes. Dan perlukah Keluarga Glazer melepas Manchester United? Sama seperti di tahun 2003, Tampa Bay Buccaneers menjuarai NFL dengan mengalahkan juara bertahan Kansas City Chiefs 31-9 di Super Bowl LV (ke-55) Februari lalu dan menambah tebal kocek Keluarga Glazer.

Benarkah fans tidak setuju dengan LSE? Belum tentu. Bagaimana dengan fans Barcelona, Real Madrid dan Atletico Madrid? Mereka dalam hati lebih suka menonton pertandingan kelas dunia melawan klub-klub besar dari Inggris dan Italia daripada melihat Klub mereka bertanding dengan klub-klub yang datang dan pergi  seperti  Huesca, Elche dan Eibar, hal yang tidak akan terjadi jika klub mereka bermain di LSE.

Keinginan akan adanya  liga super di Eropa sudah sejak tahun 1990an. Tahun 2009, Arsene Wenger, ketika itu Manajer Arsenal, dalam wawancaranya dengan Guardian mengatakan 10 tahun lagi ide itu akan terwujud. Prediksi Arsene Wenger meleset dua tahun, tapi mungkin lebih melihat reaksi pihak-pihak yang bertentangan.  Uang dari Liga Champions Eropa sekarang, seperti kata Arsene Wenger, dikelola oleh UEFA yang mendistribusikannya ke klub-klub dan besarannya untuk klub-klub besar tidak cukup untuk membiayai kegiatan mereka. 

KONSEP SUDAH TERBUKTI DAN TERUJI
Ide liga super yang tertutup tanpa promosi dan relegasi berasal dari liga-liga olahaga yang dikelola secara bisnis dan terbukti lebih banyak suksesnya di Amerika Utara. Sambil berjalan, Liga-liga tersebut tetap bekerjasama dengan otoritas olah raga resmi. Ini sebenarnya yang diharapkan para pemilik 12 klub besar Eropa yang bergabung ke dalam LSE. Kita ketahui bahwa beberapa Klub yang bergabung di LSE dimiliki oleh pebisinis-pebisnis Amerika yang familiar akan suksesnya liga tertutup di Amerika Utara. Selain Keluarga Glazer di MU yang juga pemilik Tampa Bay Buccaneers, ada Enos Stanley Kroenke di Arsenal yang juga pemilik dari berbagai klub di Amerika antara lain Denver Nuggets di NBA dan Los Angeles Rams di NFL. AC Milan dimiliki oleh Elliott Management dari Amerika yang dikuasai Paul Singer.

Liga tertutup terbukti lebih kompetitif dan seimbang, sehingga secara natural menjadi lebih mengasyikkan. Ini bisa dilihat dari juara-juaranya yang lebih silih-berganti, alias lebih banyak. Liga Premier Inggris sejak dimulai tahun 1992 selama 28 musim hanya mengenal tujuh klub sebagai juara. (Manchester City 5x 2021, 2019, 2018, 2014, 2012 / Liverpool 1x 2020 / Chelsea 5x 2017, 2015, 2010, 2006, 2005 / Leicester City 1x 2016 / Manchester United 13x 2013, 2011, 2009, 2008, 2007, 2003, 2001, 2000, 1999, 1997, 1996, 1994, 1993 / Arsenal 3x 2004, 2002, 1998, / Blackburn Rovers 1x 1995). Di Bundesliga, La Liga dan Lega Calcio lebih parah, juaranya dia lagi dia lagi. Bandingkan dengan ketatnya kompetisi di Major League Soccer (Liga Sepakbola Amerika Utara) yang baru mulai 1996 tapi sudah melihat 14 Klub berbeda sebagai juara. Yang paling sering juara sebanyak empat kali adalah Klub Erick Thohir DC United yang terjadi sebelum kepemilikannya. Di liga-liga tertutup di Amerika Utara selain MLS, juga terlihat persaingan yang lebih kompetitif. NBA dalam kurun waktu yang sama sudah melihat 11 Klub sebagai juara meskipun Chicago Bulls dan Michael Jordan pernah sangat dominan. Mereka adalah Chicago Bulls, Houston Rockets, San Antonio Spurs, L A Lakers, Detroit Pistons, Miami Heats, Dallas Mavericks, Boston Celtics, Cleveland Cavaliers, Golden State Warriors Toronto Raptors.

Dari aspek finansial terbukti lebih sukses. Menurut Forbes yang diwartakan Reuters 10 Mei lalu, 10 Tim Olahraga dengan nilai tertinggi adalah: 1. Dallas Cowboys (NFL) US$ 5.7 milyar  2. New York Yankees (MLB) US$ 5.25 milyar 3. New York Knicks (NBA) US$ 5 miyar 4. Barcelona US$ 4.76 milyar 5. Real Madrid $4.75 milyar 6. Golden State Warriors (NBA) US$4.7 milyar 7. Los Angeles Lakers (NBA) US$4.6 milyar 8. New England Patriots (NFL) US$4.4 milyar 9. New York Giants (NFL) US$ 4.3 milyar dan 10. Bayern Munich US$ 4.21 milyar.

Melihat angka-angka di atas adalah wajar jika 12 Klub supper Eropa tersebut ingin memulai LSE. Masa Dallas Cowboys yang marketnya hanya Amerika Utara dan sedikit fans yang tersebar sporadis di bagian lain dunia bisa lebih unggul daripada Real Madrid yang basis fansnya seluruh dunia? Dan lihat fakta ini Dallas Cowboys bermain tidak sampai 16 kali dalam musim terkahir karena tidak masuk playoff. Tampa Bay Buccaneers yang menjadi juara hanya bermain 20 kali sampai menang di Super Bowl LV (ke-55). Sementara Real Madrid bermain di La Liga saja 38 kali dalam semusim. Kita bicara tentang potensi berapa pasang mata yang bisa melihat Dallas Cowboys dan Real Madrid melalui berbagai format tontonan digital dan regular, dan tentu saja berapa banyak penonton yang datang langsung ke stadion masing-masing, Potensi empat milyar fans sepakbola di Dunia yang seperti yang dikemukakan Florentino Perez, pengusul utama LSE dan President Real Madrid, menjadi basis keyakinan akan berkibarnya LSE. JP Morgan sama yakinnya  dengan menjanjikan US$ 4 milyar.

Di liga tertutup seperti NBA tim yang gurem sekalipun seperti Minessota Timberwolves punya nilai tinggi. Tim yang ketika diributkan akan dijual April lalu berada diurutan dead last (buncit, 30) di NBA ini sedang ditawarkan antara USD 1 - 1,4 milyar.  Menururt CNBC Klub yang pernah dibesarkan Kevin Garnett ini bisa terjual USD 1,3 milyar. Sebagai gambaran Klub di urutan ke-20 West Bromwich Albion di Liga Premier Inggris menurut transfermarkt.com adalah € 121.250.000 atau  US$ 147.275.100. 

Andrea Agnelli pemilik Juventus mempunyai visi yang berbeseberangan dengan UEFA (belakangan mulai terungkap ada pembicaraan antara pemrakarsa LSE dengan Gianni Infantino yang melihat potensi pemasukan besar bagi FIFA). Katanya: "Sepakbola bukan lagi hanya sekedar game tapi sebuah sektor industri yang perlu stabilitas. Ia mengkhawatirkan menurunnya gairah generasi muda jika sepakbola begini-begini saja, kurang memanfaatkan platform digital. Agnelli sadar akan platform yang lebih disukai late millenial (lahir setelah 1990) dan centenial (lahir setelah 2000). Kekhawatiran yang sama melekat dipikiran setiap pemilik klub yang mustinya bergabung di LSE.

*****

 

Artikel Terkait
Artikel Terkini
Mendagri Resmi Lantik 5 Penjabat Gubernur
Kak Wulan Bikin Petani Mawar Nganjuk Punya Harapan Baru
PNM Peduli, Gerak Cepat Bantu Bencana Banjir Bandang dan Lahar Dingin Sumatera Barat
Pj Bupati Maybrat Sambut Kedatangan Tim Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Tips Memilih Jasa Pengurusan Visa
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas