Bogor, INDONEWS. ID - Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Zebaoth Bogor seakan menjadi pemasok cendekiawan.
Sedikitnya ada empat orang sumber daya insani bergelar profesor yang dimiliki jemaat Zebaoth. Mereka tidak hanya aktif di ranah mainstream tapi juga aktif berkarya di ranah pelayanan gerejawi.
Dari data yang ada, sosok cendekiawan itu antara lain Prof. Dr. Ir. J. Ch. Lawalatta, MSc, Prof. Dr. Ir. G.A. Wattimena M.Sc, Prof. Dr. Ir. Tineke Mandang M.S, dan terakhir hari ini Prof. Dr. Ir. Rilus A. Kinseng MA.
Prof Rilus yang baru saja meraih gelar sebagai Guru Besar, Bidang Ilmu Sosiologi Pedesaan di IPB University ini juga sebagai Majelis di GPIB Zebaoth.
Ia merupakan seorang Penatua yang melayani di gereja peninggalan kolonial yang berada tepat di dalam Istana Kepresidenan Bogor.
Catatan di gereja menunjukkan, Prof. Lawalatta dan Prof. Wattimena di Zebaoth cukup dikenal karena keterlibatannya di sesi bina melalui UP2M dan pelayanan di Pos-pos Pelkes GPIB yang tersebar di 26 provinsi.
Cukup banyak catatan perjalanan Prof. Lawalatta dan Prof. Wattimena di tataran pembinaan kepada warga jemaat Zebaoth dan Pos-pos Pelkes.
Salah satu karya alm Prof. Wattimena adalah meracik bunga rosella dan kelor menjadi anggur perjamuan dan kosmetika.
Sementara Prof Tineke Mandang dalam pelayanannya, beberapa kali menjadi narasumber dalam acara bulan Pelkes GPIB tahun 2020 yang mengajak warga jemaat untuk peduli pada ubi kayu atau singkong yang dapat diproses menjadi tepung untuk industri kue, roti, mie, kerupuk, industri-industri non makanan lainnya seperti alkohol/etanol, protein sel tunggal dan pasta gigi.
Perempuan yang juga seorang Penatua di GPIB Zebaoth ini menekuni ilmu Keteknikan Pertanian di IPB Bogor.
Ia mengatakan, UP2M GPIB harus memberikan contoh bagaimana mengurangi ketergantungan impor tepung terigu melalui pengembangan tepung singkong di tingkat keluarga, kelompok dan gereja.
Sementara Prof. Rilus Kinseng adalah profesor terakhir yang dimiliki Zebaoth. Dalam keseharian, ia menempati posisi di Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, IPB University Bogor.
Posisi ini tentunya cukup menyita banyak waktu akibat kesibukan yang padat.
Beberapa penelitian yang pernah diselesaikan lelaki asal suku Dayak, Kalimantan ini adalah kemiskinan dan perjuangan kaum nelayan di era desentralisasi dan pola penyebaran dan mobilitas sosial nelayan suku Bugis di Indonesia.
Di ranah pelayanan gereja, Prof Rilus yang juga seorang presbiter di GPIB Zebaoth Bogor ini pernah menjadi tim kerja yang merekomendasikan Sektor 29 Pura Tajur Halang untuk masuk dalam proses pengembangan Pos Pelayanan bersama dengan mitranya Dr. Lenny Syafei dan sejumlah pengurus gereja lainnya. (yopi)