INDONEWS.ID

  • Jum'at, 28/01/2022 18:16 WIB
  • Nama IKN Nusantara Momentum Kembalikan Mentalitas Bangsa yang Unggul

  • Oleh :
    • very
Nama IKN Nusantara Momentum Kembalikan Mentalitas Bangsa yang Unggul
Dosen Pasca Sarjana bidang Ilmu Politik dari Universitas Muhammadiyah Jakarta, Dr. Wachid Ridwan, S.Pd, M.Si. (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID --- Pemerintahan Presiden Joko Widodo telah memilih ‘Nusantara’ sebagai nama Ibu Kota Negara (IKN) baru. Pemilihan nama ‘Nusantara’ ini sebagai gambaran bangsa ini yang disatukan oleh semangat persatuan sebagai benteng kokoh dari keragaman budaya, suku, etnis, bahasa dan agama.

Nama ‘Nusantara’ juga menyiratkan makna cita-cita untuk mengembalikan spirit kejayaan Nusantara dan mentalitas bangsa sebagai bangsa yang unggul dan berjaya seperti dahulu kala.

Baca juga : Penyumbang Devisa Negara, Pemerintah Harus Belajar dari Drama Korea

“Mentalitas itu yang harus terus kita bangun, karena tantangan bangsa kedepan akan lebih bervariasi dan kompleks,” ujar Dosen Pasca Sarjana bidang Ilmu Politik dari Universitas Muhammadiyah Jakarta, Dr. Wachid Ridwan, S.Pd, M.Si, di Jakarta, Jumat (28/1/2022).

Ia mengatakan mentalitas yang perlu kembali dibangun ialah mentalitas bangsa yang sama seperti pada saat para founding fathers bangsa ini memperjuangkan hingga memproklamasikan kemerdekaan.

Baca juga : Strategi Implementasi "Buku Teks Utama Pendidikan Pancasila", Menyemai Nilai Kebangsaan di Tengah Tantangan Zaman

Menurutnya semangat yang tercermin pada saat itulah yang perlu menjadi pijakan untuk mengembalikan mentalitas bangsa.

“Pijakan utama itu menurut saya ya semangat kejiwaan, semangat kebersamaan, semangat keberagamaan dan semua yang terjadi selama proses bagaimana founding fathers kita itu yang memproklamasikan kemerdekaan. Nah spirit itulah  yang perlu kita bangun lagi,” katanya.

Baca juga : Satgas Yonif 742/SWY Perkenalkan Ecobrick Kepada Para Murid Di Perbatasan RI- RDTL

Terkait pro dan kontra Undang-Undang (UU) IKN, Sekretaris Badan Pencegahan Ekstremisme dan Terorisme Majelis Ulama Indonesia (BPET MUI) ini menilai sebagai sebuah hal yang wajar dalam dunia demokrasi.

“Saya kira dalam dunia demokrasi seperti ini, polemik-polemik yang semacam itu adalah sesuatu yang biasa, tetapi jangan sampai ada kekerasan,” ujarnya seperti dikutip Pusat Media Damai (PMD) BNPT.

Menurutnya, rencana pemindahan ibu kota negara bukanlah hal yang mudah. Namun bagaimana pun UU IKN telah disahkan menjadi sebuah konsensus oleh pemerintah. Ia menilai, masyarakat perlu mendukung dan berpartisipasi terkait kebijakan tersebut.

“Kita semua perlu mendukung, perlu ikut serta berpartisipasi. Yang saya maksudkan ini adalah adanya pengawasan. Jadi tetap harus ada pengawasan dan harus ada kritik yang membangun,” ungkap Wachid.

Ia menambahkan, dukungan berupa pengawasan yang baik dari masyarakat dapat memicu keberhasilan yang akan menjadi goresan sejarah bangsa yang sangat baik.

“Insya Allah kalau kita semua dan semua elemen bangsa ikut bertanggung jawab atas keberhasilan nanti, maka Insyaallah akan jadi goresan sejarah yang betul-betul ingin Indonesia ini baru dan kita berkomitmen untuk mewujudkan,” jelasnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, untuk kembali membangun mentalitas bangsa, maka semua lapisan masyarakat memiliki peran masing-masing sesuai dengan bidang dan keahliannya yang bertujuan memperkuat semangat persatuan sebagai pijakan dasar bangsa.

Ketika peran tanggung jawab sebagai warga negara dijalankan dengan baik, menurutnya tidak mustahil mentalitas bangsa yang sarat akan semangat persatuan ini akan makin terbangun.

“Misalnya kami di gugus tugas nasional revolusi mental, kami berusaha menggugah mentalitas tersebut dengan program penguatan dan pemberdayaan tiga (3) nilai yaitu integritas, etos kerja dan gotong royong,” tutur Wachid yang juga menjadi tim ahli Satgas Nasional Revolusi Mental di Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK).

Penanaman tiga nilai kepada masyarakat tersebut, kata Wachid, sebagai bagian dari aktualisasi dalam rangka mendorong masyarakat untuk menjalankan peran dan fungsi masing-masing sebagai warga negara.

“Kalau dalam bahasa agamanya itu istiqomah di dalam karakter diri kita masing-masing, menjalankan peran sesuai dengan karakternya dan fungsi kita masing-masing. Insya Allah sekali lagi akan tercipta sebuah persatuan dan kesatuan yang lebih solid,” jelasnya.

Untuk itu, ia berpesan terutama kepada generasi muda, agar tetap menghargai sejarah bangsa yang luar biasa di masa lalu. Namun tidak boleh terlena atau bahkan berkhayal mengembalikan sesuatu atau keadaan seperti pada masa lampau.

Misalnya seperti Sumpah Amukti Palapa yang dicetuskan Mahapatih Gajah Mada dalam upaya ingin mempersatukan seluruh Nusantara dalam konteks perluasan kewilayahan di jaman itu.

“Sejarah yang luar biasa di masa lampau tidak akan berarti kalau kita tidak memberikan aksi dari apa yang pernah tertoreh sebagai sejarah yang luar biasa hebat pada Nusantara ini. Tentu kenangan itu perlu kita jadikan sebagai semangat. Tetapi tidak perlu untuk berkhayal, mengembalikan sesuatu (atau keadaan) yang sama dengan pada saat itu,” pungkas Wachid. ***

 

Artikel Terkait
Penyumbang Devisa Negara, Pemerintah Harus Belajar dari Drama Korea
Strategi Implementasi "Buku Teks Utama Pendidikan Pancasila", Menyemai Nilai Kebangsaan di Tengah Tantangan Zaman
Satgas Yonif 742/SWY Perkenalkan Ecobrick Kepada Para Murid Di Perbatasan RI- RDTL
Artikel Terkini
Didik J Rachbini: Salim Said Maestro Intelektual yang Paling Detail dan Mendalam
Penyumbang Devisa Negara, Pemerintah Harus Belajar dari Drama Korea
Bupati Tanahdatar buka Grand Opening Sakato Aesthetic
Strategi Implementasi "Buku Teks Utama Pendidikan Pancasila", Menyemai Nilai Kebangsaan di Tengah Tantangan Zaman
Satgas Yonif 742/SWY Perkenalkan Ecobrick Kepada Para Murid Di Perbatasan RI- RDTL
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas