Jakarta, INDONEWS.ID --- Para aktivis Perhimpunan Menemukan Kembali Indonesia beberapa waktu lalu menyambangi DPD-RI guna mensinergikan lembaga ini dan masyarakat madani (civil society) untuk meniadakan atau menghapus Presidential Threshold dari 20% menjadi Nol persen (0%). Langkah ini dinilai krusial bagi perwujudan demokrasi substansial dan Pancasila/Konstitusi 1945.
Alumnus Fisipol UGM, yang juga Direktur Forum Kebangsaan, Muhamad Muntasir mengatakan rakyat Indonesia hari ini nyaris putus ada dalam mencari keadilan, kebenaran dan keadaban. Pasalnya, oligarki dan elite ekonomi dan elite politik sangat egois, picik dan bermata gelap rakus kekuasaan dan uang. Penuh kegelapan.
“Akibatnya, sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, dan sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, yang ditaruh di bawah sila Ketuhanan Yang Maha Esa, dikangkangi oleh oligarki dan para elite tadi. ‘The supreme virtue of the good state’. Keadilan merupakan kebajikan tertinggi dari negara yang baik,” tulisnya dalam artikel opini berjudul “Kepemimpinan Rizal Ramli Bakal Selamatkan RI dari Kerapuhan, Penghisapan Oligarkisme, cengkeraman China RRC dan Jebakan Utang yang Ganas”, yang terbit pada 7 Des 2021, oleh Konfrontasi.com.
Sosok NU kultural itu menyebutkan, dalam kaitan ini, tokoh nasional Dr Rizal Ramli atau lazim disapa Gus Romli, yang juga Ketua Dewan Pakar KKNU 1926 sesuai keputusan Pengurus Besar Komite Khittah Nahdlatul Ulama (NU) 1926 menekankan bahwa “keadilan dan kemakmuran sebagai jalan kebangkitan untuk seluruh rakyat Indonesia”.
Dalam Pidato Kebangsaan 113 Tahun Kebangkitan Nasional belum lama ini, RR sudah menegaskan hal tersebut. “Dengan mengubah Demokrasi Kriminal seperti yang sedang terjadi di negeri saat ini, menjadi demokrasi yang amanah dan bersih, maka demokrasi akan bekerja untuk keadilan dan kemakmuran rakyat. Bukan hanya menjadi pesuruh oligarki, elite, dan dinasti kekuasaan politik serta ekonomi belaka seperti era Jokowi ini”.
RR – sapannya - sering mengingatkan, selama pertumbuhan ekonomi rendah atau buruk, Indonesia akan terus tergantung pada utang dan “gali lubang tutup jurang”. “Indonesia terus terperangkap dalam jebakan utang yang mengerikan dan menindas rakyat. RR menyebut NKRI membutuhkan pertumbuhan ekonomi inklusif yang tinggi setidaknya 7 persen per tahun untuk mengatasi pengangguran, kemiskinan dan ketidakadilan,” sebutnya.
Untuk itu, kata peneliti senior The New Indonesia Foundation itu, berbagai kalangan menyerukan dukungan pada Begawan ekonomi Rizal Ramli untuk menjadi pemimpin nasional guna memulihkan perekonomian yang ambruk/krisis dan membawa NKRI keluar dari jebakan utang.
INDEF mencatat utang negara, dan BUMN dan swasta sudah mencapai lebih dari 10.000 trilyun rupiah dan amat membahayakan Indonesia yang terjebak krisis utang kini dan mendatang.
“RR sosok yang mampu menyelamatkan NKRI bersinergi bersama tim kerja, jaringan sosialnya dan masyarakat madani yang kini sengsara oleh krisis korupsi, krisis ekuin dan pandemi,” ujarnya.
“Saya percaya, Kepemimpinan Rizal Ramli bakal selamatkan RI dari kerapuhan, dari penghisapan Oligarkisme, cengkeraman China RRC dan Jebakan Utang yang ganas memakan bangsa kita yang nasionalis dan religius,” pungkasnya. ***