INDONEWS.ID

  • Rabu, 05/10/2022 19:47 WIB
  • Meneladani Rasulullah dalam Praktek Bernegara dan Berbangsa

  • Oleh :
    • very
Meneladani Rasulullah dalam Praktek Bernegara dan Berbangsa
Dr Abdul Muid Nawawi, Ketua Program Studi Magister Ilmu Al-Quran dan Tafsir, Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran (PTIQ) Jakarta. (Foto: Ist)

 

Jakarta, INDONEWS.ID – Memasuki bulan Maulid Nabi Muhammad, SAW, kita memeriahkan suasana tidak hanya dalam konteks keagamaan. Tetapi juga dengan menghidupkan keteladanan bernegara yang diperjuangkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW. Dan Rasulullah sendiri sudah memberikan banyak keteladan dalam aspek cara hidup berbangsa dan bernegara.

Baca juga : Aksi PNM Peduli Serahkan Sumur Bor Untuk Warga Indramayu Dan Tanam Mangrove Rhizophora

Ketua Program Studi Magister Ilmu Al-Quran dan Tafsir, Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran (PTIQ) Jakarta, Dr. Abdul Muid Nawawi, MA., mengatakan, dalam hal berbangsa dan bernegara, hal utama yang bisa diteladani dari Rasulullah adalah akhlaknya. Sebagaimana salah satu akhlak terpujinya adalah Al-Amin (dapat dipercaya), yang dibuktikan dengan bagaimana beliau menjaga kesepakatan dan janji bersama.

“Kemuliaan akhlaknya. Dan yang dimaksud dengan kemuliaan akhlak disini secara spesifik adalah bahwa Rasulullah ini adalah orang yang memegang amanah, bergelar Al-Amin itu tadi yakni yang dapat dipercaya,” ujar Dr. Abdul Muid Nawawi, MA di Jakarta, Rabu (5/10/2022).

Baca juga : PTPN IV Regional 4 Jambi, Bantu Beras Warga Solok

Dirinya melanjutkan, dalam konteks bernegara, Nabi Muhammad SAW menerapkan apa yang disebut Piagam Madinah. Yang mana Piagam Madinah itu merupakan sebuah pakta atau perjanjian yang melibatkan seluruh elemen masyarakat Madinah dengan segala perbedaan yang ada, seperti perbedaan agama, suku, tradisi, atau perbedaan lainnya yang kemudian itu dirangkul dalam suatu tempat namanya Madinah.

“Misalnya kita telah sepakat dengan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), maka menepati janji itu atau menepati kesepakatan itu adalah bagian dari kemuliaan akhlak yang bisa kita teladani, tidak kemudian memaksakan kehendak suatu kelompok baik mayoritas ataupun minoritas untuk dipaksakan. Kalaupun ada perubahan, maka perubahannya tentu lewat kesepakatan juga, bukan lewat pemaksaan,” jelasnya.

Baca juga : Umumkan Rencana Kedatangan Paus Fransiskus, Menteri Agama Dukung Penuh Pengurus LP3KN

Abdul Muid dalam kesempatannya juga mengatakan, Pancasila sebagai dasar negara memiliki kemiripan dengan Piagam Madinah yang memiliki fungsi guna mempererat persatuan diatas perbedaan dan melindungi masyarakat Indonesia dari segala ancaman.

“Pancasila itu merangkul seluruh perbedaan yang ada. Perbedaan agama, perbedaan suku, perbedaan ras, perbedaan budaya, semua itu dirangkul oleh Pancasila.  Bahkan termasuk juga perbedaan kepentingan politik juga dirangkul dengan Pancasila oleh Persatuan Indonesia,” ungkap pria yang juga Anggota Gugus Tugas Pemuka Agama BNPT perwakilan dari ormas Islam Pengurus Besar Darud Da’wah Wal Irsyad (PB DDI) ini.

Untuk itu, pria yang merupakan Ketua Bidang Literasi PB Darud Da’wah Wal Irsyad (DDI) ini berharap masyarakat bisa meneladani dan mengaktualisasikan semangat dalam membangun dan menjaga NKRI sebagaimana teladan Rasulullah dalam menjaga Madinah, dengan mensyukuri sepenuh hati nikmat besar yang diberikan Allah SWT kepada bangsa ini.

“Kita harus mensyukuri bahwa para pendiri bangsa kita ini adalah orang-orang yang sangat cerdas, terpetunjuk, dan jenius. Menurut saya di mana mereka telah mewariskan kepada kita bangsa ini dengan sangat baik. Tentunya ini adalah warisan yang patut kita syukuri. Dengan merawatnya, dan bagi yang menghianati itu berarti tidak mensyukuri,” ujarnya.

Abdul Muid juga menyinggung terkait asumsi yang beranggapan, bahwa konsep bernegara yang ada di negeri ini dianggap tidak sesuai dengan apa yang dibangun/digagas oleh Nabi Muhammad SAW, dan mempertentangkan Pancasila. Narasi yang demikian menurutnya bisa dilawan dengan dua cara.

“Pertama, kontra narasi. menarasikan  hal-hal yang berbeda dengan mereka, menarasikan persatuan, menarasikan kebersamaan, menarasikan apapun yang penting bagi negara kita,” ucap pria yang juga pernah tegabung dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ini.

Kedua, dengan membuktikan dan mengaktualisasikan rasa persatuan, bahwa semua umat dan suku yang ada adalah saudara sebangsa setanah air, dengan begitu, rasa aman dan nyaman akan tumbuh ditengah masyarakat, sehingga meminimalisir ancaman-ancaman yang hendak merusak persatuan dan persaudaraan bangsa.

“Itulah yang dihadirkan oleh Rasulullah SAW,  di mana tidak pernah ada non-muslim atau beda apapun yang terancam oleh kehadiran Rasulullah,” ujar da’i yang sering memberikan pencerahan kepada para napi terorisme dalam menjalankan program deradikalisasi.

Terakhir, tidak hanya masyarakat namun dirinya juga berharap pemerintah mampu meneladani akhlak Rasulullah untuk senentiasa menjaga dan memberi contoh baik bagi rakyat agar terbangun negara yang aman, maju dan sejahtera.

“Harus punya satu hal, mereka harus terpuji, mereka tidak membuat buat katerpujian itu, mereka benar-benar melakukan hal-hal yang diinginkan oleh rakyat. sehingga rakyat benar-benar merasa kehadirannya benar-benar bermanfaat bagi seluruh rakyat,” pungkas Dr. Abdul Muid. ***

Artikel Terkait
Aksi PNM Peduli Serahkan Sumur Bor Untuk Warga Indramayu Dan Tanam Mangrove Rhizophora
PTPN IV Regional 4 Jambi, Bantu Beras Warga Solok
Umumkan Rencana Kedatangan Paus Fransiskus, Menteri Agama Dukung Penuh Pengurus LP3KN
Artikel Terkini
Ketua Pengadilan Negeri Batusangkar Dirikan Dapur dan Pendistribusian untuk Korban Banjir Bandang Tanah Datar
Aksi PNM Peduli Serahkan Sumur Bor Untuk Warga Indramayu Dan Tanam Mangrove Rhizophora
PTPN IV Regional 4 Jambi, Bantu Beras Warga Solok
Pastikan Arus Barang Kembali Lancar, Menko Airlangga Tinjau Langsung Pengeluaran Barang dan Minta Instansi di Pelabuhan Tanjung Priok Bekerja 24 Jam
Umumkan Rencana Kedatangan Paus Fransiskus, Menteri Agama Dukung Penuh Pengurus LP3KN
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas