INDONEWS.ID

  • Kamis, 01/12/2022 11:48 WIB
  • Dunia Bola Jangan Bicara Taktik & Teknik, Hasil Akhir Tidak Bisa Dikontrol

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Dunia Bola Jangan Bicara Taktik & Teknik, Hasil Akhir Tidak Bisa Dikontrol
Luis Fernando Suarez, pelatih Kosta Rika

Jakarta, INDONEWS.ID - Tunisia tadi malam menundukkan Perancis dengan skor 1-0, tapi Tunisia tetap tersingkir tidak bisa melanjutkan ke 16 besar, karena rivalnya Australia ternyata mampu menjinakkan dinamit Denmark dengan skor yang sama satu nol.

Begitupun Jepang, dengan jumawa sudah bisa mempermalukan mercy Jerman, tapi langsung lunglai ketika tendangan Fuller pemain Kosta Rika menjebol gawangnya di menit ke-81.

Fernando Luis Suarez ini orang Kolumbia pencinta filsafat, dia pernah bawa Ekuador (2006), Honduras (2014) ke piala dunia, tapi tidak mau melatih negara nya sendiri, kenapa?

"Saya paham karakter orang Kolombia, mereka membenci kekalahan begitu kau kalah, pagi pagi pucuk meriam moncong nya sudah didepan rumahmu ha ha ha!" ucap Suarez setengah bercanda.

Gus Dur itu pencinta bola sejati, waktu kuliah di Al Azhar Mesir hobi dan kesenangan nya main sepak bola, Gus Mus saksi hidupnya. Muhaimin Iskandar dan Saefullah Yusuf keponakannya, sejak kecil dilatih bola Gus Dur. Karena membaca strategi permainan bola dan politik nyaris sama.

Gocekan dan tendangan bayangan ala kapten Tsubasa oleh Cak Imin itu salah satu didikan almarhum meskipun mengorbankan karir anaknya sendiri (Yeni).

Robotisasi sedang menggejala dimana mana, termasuk didunia persepakbolaan, instruksi pelatih harga mati, instruksi ketua umum apalagi. Humanisme sudah hilang, sehingga permainan sepak bola dari negara manapun nyaris sama. Permainan bola jadi sangat cepat dan ofensif, defensif dan bertahan menjadi strategi ketinggalan zaman.

Gaya kepelatihan Suarez yang lebih banyak mendengar saran dan keinginan para pemain pemainnya, mirip gaya kepemimpinan Jokowi. Kedua orang ini lebih mendahulukan pendengaran dari bicara dan menunjukkan jari memberi instruksi, idealisme dan kesenangan dalam permainan itu barang langka di zaman pragmatisme. Pragmatis butuh kecepatan dan tenaga untuk mencapai hasil akhir kemenangan, Gol.

Hidup ini cuma permainan kata para pujangga, dan bersenang-senang tertulis dibeberapa kitab suci, sampai ajalmu memanggil. Itulah idealisme yang mulai tergerus oleh strategi serba cepat serba kuat serba ofensif yang dianut kaum pragmatisme.

Jadilah tonton terakhir grup E, antara Jerman dan Kosta Rika menjadi gurih ditonton, ofensif vs defensif, pragmatis versus idealis. jadi ingat omongan Thomas Muller pemain gaek Jerman, di dunia bola hasil akhir tidak bisa dikontrol apalagi dipesan, apapun bisa terjadi.

Jadi ingin Nobar bareng Bu Mega bang Surya Paloh dan pakde Jokowi. Selain Kosta Rika vs Jerman, Jepang ketemu Spanyol juga asyik dilihat, ksatria samurai lawan kelenturan tiki taka matador.*(Zaenal)

Artikel Terkait
Artikel Terkini
Ketua Pengadilan Negeri Batusangkar Dirikan Dapur dan Pendistribusian untuk Korban Banjir Bandang Tanah Datar
Aksi PNM Peduli Serahkan Sumur Bor Untuk Warga Indramayu Dan Tanam Mangrove Rhizophora
PTPN IV Regional 4 Jambi, Bantu Beras Warga Solok
Pastikan Arus Barang Kembali Lancar, Menko Airlangga Tinjau Langsung Pengeluaran Barang dan Minta Instansi di Pelabuhan Tanjung Priok Bekerja 24 Jam
Umumkan Rencana Kedatangan Paus Fransiskus, Menteri Agama Dukung Penuh Pengurus LP3KN
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas