INDONEWS.ID

  • Selasa, 27/12/2022 15:03 WIB
  • Profesor Merkuri dari Timur yang Bernyali Besar

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Profesor Merkuri dari Timur yang Bernyali Besar
Prof Yusthinus Thobias Male

Jakarta, INDONEWS.ID - Biota laut, sungai, muara dan manusia sekitar Gunung Botak Pulau Buru sudah tercemar zat kimia merkuri dalam kadar yang mengerikan.

Bagaimana tidak tambang emas ilegal terbesar di Indonesia, lebih 20.000 orang menambang emas di sana dengan menggunakan merkuri untuk pemurniannya.

Meskipun Profesor beserta mahasiswanya sudah mengantongi ijin penelitian, tetap beberapa aparat bersenjata melarangnya masuk ke kawasan Gunung Botak. Prof sempat berdebat, tapi katanya mereka cuma menjalani tugas.

Akhirnya dia pakai cara lain, beberapa tokoh adat didekati, alhamdulillah mereka mendukung. Penelitian dan sampel konsentrasi zat beracun merkuri pun dikumpulkan, ingin melihat datanya seberapa tercemarnya lingkungan setelah penambangan emas dimulai sejak tahun 2011.

Pertengahan 2015 hasil uji laboratorium sudah Prof Yusthinus dapatkan, konsentrasi merkuri di sana sudah melewati ambang batas kewajaran.

Tadinya pingin dipublikasikan lewat jurnal ilmiah, tapi beliau pikir lewat media lebih ampuh, biar orang-orang pusat orang orang Jakarta kebakaran jenggot.

Hasil uji laboratorium tentang merkuri dan Gunung Botak pun dibocorkan ke media Kompas. Benar saja sehari setelah dimuat Kompas, media lain beramai-ramai mengutus reporter terbaiknya ke Gunung Botak Pulau Buru Maluku.

Akhirnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan langsung menutup lokasi pertambangan.

Harapan Yusthinus terpenuhi karena membuka mata pemerintah pusat, tapi kehidupan pribadi Yustinus terancam, ke manapun dia pergi selalu ada yang mengikuti dan telpon genggamnya selalu dapat teror.

Sampai-sampai dia tidak berani minum kopi sembarangan dan tidak mau menyantap apa yang disuguhkan dalam pesawat.

Atas keberaniannya tanggal 7 Desember kemarin: Yusthinus Thobias Male dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam bidang Kimia Anorganik di Universitas Pattimura Ambon.

Predikat guru besar yang disandang tidak terlepas dari kegigihannya berkampanye dan penelitian tentang bahaya merkuri ditambang emas ilegal terbesar di Indonesia yang dibeking orang-orang kuat.

Wajar profesor merasa prihatin dan terpanggil, bagaimana Pulau Buru menjadi lumbung pangan propinsi Maluku yang banyak orang Jawa trans di sana,.

Sungainya bermuara ke laut Banda yang terkenal sebagai lumbung perikanan Nasional yang tuna dan cakalang nya tersohor keseluruh dunia. Jangan sampai tragedi minamata di Jepang yang menggemparkan dunia gara gara merkuri terulang kembali.

Artikel Terkait
Artikel Terkini
Ketua Pengadilan Negeri Batusangkar Dirikan Dapur dan Pendistribusian untuk Korban Banjir Bandang Tanah Datar
Aksi PNM Peduli Serahkan Sumur Bor Untuk Warga Indramayu Dan Tanam Mangrove Rhizophora
PTPN IV Regional 4 Jambi, Bantu Beras Warga Solok
Pastikan Arus Barang Kembali Lancar, Menko Airlangga Tinjau Langsung Pengeluaran Barang dan Minta Instansi di Pelabuhan Tanjung Priok Bekerja 24 Jam
Umumkan Rencana Kedatangan Paus Fransiskus, Menteri Agama Dukung Penuh Pengurus LP3KN
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas