INDONEWS.ID

  • Jum'at, 20/01/2023 17:06 WIB
  • Menjaga Anak Aman di Dunia Digital: Perspektif Orang Tua dan Sekolah

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Menjaga Anak Aman di Dunia Digital: Perspektif Orang Tua dan Sekolah

Jakarta, INDONEWS.ID - Dunia digital dan perkembangannya saat ini memegang peran penting. Karena segala sesuatu seperti belajar, bersosialisasi dan bermain dapat dilakukan melalui gawai (gadget).

Tentunya banyak manfaat yang dapat diperoleh seperti mudahnya informasi dan akses untuk belajar. Namun sisi negatifnya juga banyak seperti kejahatan, perundungan melalui daring, (cyber bullying), akses ke konten yang tidak sesuai usia dan sebagainya.

Baca juga : Rajut Rekonsiliasi di Bulan Suci, Gus Fahrur: Ormas Keagamaan Berperan Penting Membawa Pesan Rekonsiliasi

Dalam webinar yang diselenggarakan Yayasan Psikologi Unggulan Indonesia (YPUI) pada Jumat, 20 Januari 2023 Prof Dr. Juke R Siregar, M.Pd, psikolog di bidang Klinis Anak membahas mengenai Peran Anak dan orang tua serta Puti Hamid, M.Pd, Head of Curriculum Edukita, dan Vice Head of Curriculum Sekolah Cikal membahas mengenai perkembangan teknologi dan bagaimana Peran Sekolah agar anak aman di dunia digital, sehingga diharapkan ekses negatif dari teknologi tidak menimpa anak anak kita.

Di negara Barat, orang tua sudah setuju bahwa manfaat gawai amat besar walau juga mengakui ada sisi- sisi negatifnya. Gawai sudah menjadi hal biasa di masa kini. Jadi yang harus diperhatikan adalah aktivitas dan aplikasinya.

Sebagai gambaran penelitian di AS terhadap perilaku daring (online behaviors) pada usia 3 - 17 tahun pada bulan Mei 2022, tampak bahwa 95% mereka menggunakan gawai untuk menonton dan berbagi konten.

Sementara 80% menggunakan aplikasi/situs untuk mengirim pesan atau membuat panggilan voice/ video dan 63% menggunakan aplikasi/ situs media sosial, 57% menggunakan aplikasi /situs live steaming untuk menonton, posting dan berbagi konten 48% menggunakan semua tipe situs (yang sedang trend). Dari penelitian tersebut tampak bahwa perilaku berbagi (sharing) adalah perilaku yang paling menonjol.

Penelitian lainnya mengenai aktivitas daring (online) juga di USA menunjukkan bahwa 82% menonton video dari youtube, 67% bermain video game online, 35% berinteraksi dg asisten digital, 24% membuat konten media.

Dari gambaran tersebut, meskipun dari penelitian di dunia Barat, tapi cukup menunjukkan bahwa penggunaan gawai tidak dapat dihindari baik untuk belajar maupun untuk bermain. Yang terpenting bagi anak dan remaja adalah peran orang dewasa disekitar anak (orang tua, guru dan komunitas) dalam menjaga keseimbangan aktivitasnya

Prof Dr Juke R Siregar,M.Pd, Psikolog mengemukakan bahwa peran orang tua dalam menyikapi perkembangan teknologi di abad 21 ini yang menyebabkan berubahnya pola komunikasi dari tatap muka langsung ke tatap layar amat penting.

Orang tua harus mampu memahami tantangan akan adanya budaya kompetitif, shg terjadi perubahan pola asuh dimana anak dan orangtua harus mengikuti trend.,dimana anak mendapatkan privileges utk mendapatkan gawai pada usia yang semakin dini.

Orang tua juga perlu memahami masalah KINI, dimana anak sekarang lebih berkomunikasi dan mengenal dunia luar pada usia yang lebih dini, sehingga bisa terjadi penggunaan gawai yang berlebihan, seperti screen addiction, gaming-gambling, mengisolasi diri/ menghindari hubungan sosial, Cyber bullying dan masalah pornografi.

Pembekalan pada orang tua juga perlu diberikan agar secara sadar siap dan menerima tanggung jawab baru yaitu mengedukasi dan memonitor penggunaan gawai pada anak.Orang tua harus menciptakan lingkungan yang aman dirumah, sehingga anak percaya, mau berbicara pada orangtua dan orangtuapun siap untuk mendengar.

Orang tua harus mengikuti teknologi kekinian, mempunyai jaringan yang bisa membantunya untuk memahami. Selain itu orang tua juga perlu meng install komputer sedemikian rupa sehingga bisa menghindari software yang berbahaya. Orangtua perlu menyadari bahwa anak masa kini adalah anak ASLI TEKNOLOGI yang sejak lahir sudah dikelingi teknologi.

Oleh karena itu, untuk menjaga keseimbangan antara perkembangan kemajuan teknologi dan wellbeing anak yang terhindar dari ekses negatif penggunaan internet. Maka orang tua perlu mengembangkan berpikir kritis pada anak Jelaskan manfaat dan juga aspek negatif yang dapat terjadi, apa yang harus dihindari dan mengapa hal tersebut harus dihindari.

Memonitor penggunaan internet tidak kalah pentingnya memperhatikan peletakan komputer yang aman di area rumah, sehingga mudah dimonitor penggunaannya.Menjaga agar anak hanya mengakses program yang sesuai usianya. Penting juga membuat aturan waktu penggunaan internet.

Prof Juke menutup paparannya dengan menghimbau orang tua untuk mengatakan ya pada teknologi, dengan menggunakan rumus CINTA yakni 
Contoh dari orangtua, Iklim keterbukaan, Nilai yang dikembangkan, Tanggung Jawab, Asih (apapun bisa di atasi dengan kasih dan penerimaan).

Anak tidak lepas dari lingkungan sekolah, sehingga Puti Hamid,M.Pd mengatakan bahwa penting sekali Peran sekolah untuk menjaga anak aman di dunia digital, sehingga dibutuhkan adanya kolaborasi antara Kurikulum, Program dan Pelatihan.

Perlu disusun Kurikulum sejak TK dengan melakukan eksplorasi, saat SD dengan mengajarkan Digital Citizenship yang memperkenalkan tentang keamanan,ruang pribadi, adanya jejak digital, adanya Cyber crimes Dan cyber bullying. Tapi selain itu juga memperkenalkan manfaatnya bagi pembelajaran.

Di Tingkat SMP, lebih memperdalam hal-hal yang diperoleh di tingkat SD dan ditambah dengan bagaimana berhubungan dengan media.
Di tingkat SMA, ditekankan bagaimana etika di dunia digital, bagaimana menjaga pertemanan dan bagaimana menggunakan teknologi untuk karir.
Referensi untuk kurikulum digital selengkapnya dapat dilihat di www.commonsense.org/education

Melakukan aktivitas/program yang mengajarkan anak agar mempunyai ketrampilan di dunia digital. Hal ini dapat dilakukan sepanjang tahun ajaran,atau dapat memanfaatkan proyek profil pelajar pancasila.

Sekolah memfasilitasi Pelatihan bagi orangtua dan anak untuk berdiskusi mengenai penggunaan internet dan membuat kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak.

Puti Hamid berharap semakin banyak sekolah yang menerapkan kolaborasi ini dan juga aktif bekerjasama dengan komunitas luar sekolah untuk membangun kurikulum digital di sekolahnya.

Akhirnya, YPUI berharap orangtua dan anak dapat bekerja sama dalam CINTA di era percepatan teknologi ini dan terhindar dari ekses negatifnya.
Semoga.*

Artikel Terkait
Rajut Rekonsiliasi di Bulan Suci, Gus Fahrur: Ormas Keagamaan Berperan Penting Membawa Pesan Rekonsiliasi
Artikel Terkini
Kak Wulan Bikin Petani Mawar Nganjuk Punya Harapan Baru
PNM Peduli, Gerak Cepat Bantu Bencana Banjir Bandang dan Lahar Dingin Sumatera Barat
Pj Bupati Maybrat Sambut Kedatangan Tim Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Tips Memilih Jasa Pengurusan Visa
Rekomendasi Jasa Penerjemah Tersumpah Terbaik di Jabodetabek
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas