INDONEWS.ID

  • Selasa, 13/06/2023 13:02 WIB
  • HKTI ( Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) Edukasi Budidaya dan Pemanfaatan Sorghum

  • Oleh :
    • luska
HKTI ( Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) Edukasi Budidaya dan Pemanfaatan Sorghum

Jakarta, INDONEWS.ID - Sorghum atau Gandrung  sudah banyak dikenal oleh masyarakat terutama yang mengalami masa kecilnya di era tahun 60-an, sebagai pangan pengganti beras. HKTI mengedukasi dan mengembangkan kembali budidaya sorghum, salah satunya dalam acara Temu Profesi PENAS Petani Nelayan XVI di Padang, Sumatera Barat.

"Sorghum bisa jadi alternatif pangan selain beras, apalagi karakteristiknya yang tidak butuh banyak air dan bisa dibudidayakan dilahan kritis, karenanya HKTI di temu profesi PENAS ini mengangkat soal budidaya Sorghum," ujar Subuh Prabowo, Direktur Eksekutif DPN HKTI.

Baca juga : Fadli Zon Jadi Pembicara Kunci di Acara HKTI Soal Transformasi Petani Indonesia

Sorghum yang tidak butuh banyak air, lanjut Subuh Prabowo, bisa menjadi tanaman yang cocok menghadapi El Nino. Juga cocok ditanam dilahan kritis sehingga bisa memanfaatkan lahan kritis yang selama ini dibiarkan begitu saja tak termanfaatkan.

"Hal lain yang menarik dari Sorghum adalah cukup ditanam satu kali tapi bisa panen 3 kali (diratun), karena setelah dipanen dengan dipotong batang akan tumbuh tunas kembali. Ini menguntungkan," tandas Subuh Prabowo.

Baca juga : Ini Harapan Menteri Sofyan Djalil untuk LBH HKTI

"Sorghum bukan untuk menggantikan beras tapi sebagai alternatif pangan. Jangan head to head kan Sorghum dengan beras, ini alternatif," tegas Subuh Prabowo.

Dalam kesempatan Temu Profesi HKTI di PENAS, Prof. DR. Jafar Hafsah (Ketua Dewan Penasehat yang juga mantan Dirjen Tanaman Pangan Kementan) menyampaikan pidato pengantar diskusi dengan judul

Baca juga : Peringati HUT ke-48, Moeldoko: HKTI Bisa Menekan Pemerintah Jika Tidak Berpihak

Dua narasumber tampil dalam temu profesi bertema Budidaya Sorghum Menghadapi El Nino dan Memanfaatkan Lahan Kritis, *Diana Widiastuti* dan Dr. Fery Arlius.

Dr. Fery Arlius (Ketua DPD HKTI Sumatera Barat yang juga Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas) membahas proses budidaya (on farm) Sorghum. Sementara *Diana Widiastuti* (Wakil Sekjen DPN HKTI dan pembudidaya Sorghum) yang dikenal juga sebagai Ratu Sorgum membahas pengolahan (off farm) dan kuliner dari Sorghum.

"Budidaya Sorghum bisa di dataran rendah hingga dataran tinggi (900 mdpl) dengan penanaman dan pemeliharaan sama seperti tanaman Jagung. Sorghum juga adaptif dan tidak memerlukan banyak air, daun dan akarnya bisa menampung banyak air dengan minimal penguapan," urai Fery Arlius.

Sorghum juga, lanjut Fery Arlius, dengan kemampuan menampung air dan minin penguapan sangat cocok untuk menghadapi El Nino. Sorghum juga bisa tumbuh dan berkembang baik dilahan kritis, jadi tidak menggantikan padi arau tanaman lain yang sudah tumbuh dilahan subur.

Sementara *Diana Widiastuti* menyampaikan seluruh bagian dari tanaman Sorghum memiliki manfaat ekonomi. Bulirnya dibuat untuk pangan alternatif beras, juga pakan ternak. Daun dan batangnya dijadikan pakan sapi dan kambing. Akarnya dimanfaatkan untuk dibuat sapu lantai. 

"Semua bagian tanaman Sorghum bisa menghasilkan uang, dan cukup sekali menanam untuk 3 kali panen, sangat menjanjikan," ujar Diana.

Diana membudidayakan Sorgum dilahan 10 hektare di bekas lahan tambang Semen PT. Solusi Bangun Indonesia (Cibinong), Diana  juga berinovasi kuliner dari Sorghum dengan membuat tepung, cookies, gula cokelat, gula cair, dan ice cream.

Artikel Terkait
Fadli Zon Jadi Pembicara Kunci di Acara HKTI Soal Transformasi Petani Indonesia
Ini Harapan Menteri Sofyan Djalil untuk LBH HKTI
Peringati HUT ke-48, Moeldoko: HKTI Bisa Menekan Pemerintah Jika Tidak Berpihak
Artikel Terkini
Pemprov Papua Barat Daya Serahkan Bantuan Mobil Angkutan Umum untuk Pedagang Mama Papua di Maybrat
Rapat Koordinasi Nasional Bahas Netralitas ASN dalam Pilkada Serentak 2024
Evaluasi Penanganan Pengungsi di Maybrat Menunjukkan Kemajuan Signifikan
Kebun Rimsa PTPN IV Regional 4 Bantu Sembako Dua Panti Asuhan
Santri dan Santriwati Harus Mengisi Ruang Dakwah dengan Nilai yang Penuh Toleransi
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas