Jakarta, INDONEWS.ID – Di Indonesia telah terjadi krisis karakter, masalah intoleransi, pemerintah ada tapi tidak hadir ketika rakyat mengalami masalah, dan rakyat hanya dijadikan objek pembangunan. Demikian diungkapkan Guru Besar Universitas Indonesia Paulus Wirutomo
Menurut Paulus, dengan melihat kondisi tersebut maka lahirlah enam nilai revolusi mental yang terdiri dari kewargaan, dapat dipercaya, mandiri, kreatif, dan gotong royong. Oleh karena itu, gerakan nasional Revolusi Mental sebagai gerakan hidup baru rakyat Indonesia membutuhkan keteladan dan kepeloporan. Keteladanan dan kepeloporan itu, harus dimulai dari aparatur pemerintahan dengan mengubah cara berfikir, kerja dan cara berperilaku..
”Karena itu mulai saat ini dapat menginternalisasi tiga nilai strategis instrumental Revolusi Mental, yaitu integritas, etos keras dan gotong royong,” kata Paulus dalam sebuah diskusi kebangsaan yang bertema “Kebangkitan Nasional Mempererat Persatuan” di Balai Sarwono Kemang, Jakarta, Rabu (24/5/2017).
Paulus menjelaskan, salah satu gerakan revolusi mental yang bisa dilihat adalah program yang diterapkan pada kereta listrik commmuterline. Yang mana, saat ini di dalam setiap gerbongnya dipasang beberapa instruksi agar sikap para penumpang kereta bisa berubah. Seperti mendahulukan penumpang membawa anak, ibu hamil, hingga penyandang distabilitas dipersilahkan lebih dahulu duduk.
Lebih jauh Paulus mengaku, meski saat ini belum ada maksimal dalam pelaksanaan Revolusi Mental. Namun saat ini masyarakat Indonesia sudah lebih baik dari waktu sebelumnya. Karena itu, untuk membangun karakter masyarakat memang dibutuhkan waktu yang tidak sebentar.(hdr)