Said Abdullah Buka Suara Soal Kontroversi Tayangan Xpose Uncensored Trans7
Said Abdullah, tokoh asal Sumenep sekaligus Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, mengecam keras tayangan program Xpose Uncensored di Trans7 yang dinilai menyesatkan dan mencemarkan nama baik pesantren serta para kiai. Tayangan tersebut disebut menggiring opini negatif, seolah-olah kiai bertindak sebagai pengemis dan pesantren mengeksploitasi santri.
Reporter: Rikard Djegadut
Redaktur: Rikard Djegadut
Jakarta, INDONEWS.ID - Said Abdullah, tokoh asal Sumenep sekaligus Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, mengecam keras tayangan program Xpose Uncensored di Trans7 yang dinilai menyesatkan dan mencemarkan nama baik pesantren serta para kiai. Tayangan tersebut disebut menggiring opini negatif, seolah-olah kiai bertindak sebagai pengemis dan pesantren mengeksploitasi santri.
Menurut Said, sejak dulu pesantren telah menjadi pusat pendidikan dan pemberdayaan masyarakat jauh sebelum sistem sekolah modern lahir. Para kiai bukan hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga pengetahuan tentang alam, pertanian, hingga beladiri. Pengabdian mereka terhadap umat disebut tidak pernah membedakan latar belakang ekonomi santri.
“Banyak santri dari keluarga tidak mampu yang seluruh kebutuhannya ditanggung kiai. Sementara wali santri yang mampu memberi sumbangan sukarela tanpa paksaan, dan itu pun untuk keberlangsungan pendidikan di pesantren,” ujarnya dalam keterangan kepada media, Rabu (15/10/25).
Said menegaskan bahwa hubungan kiai, santri, dan wali santri bukan sekadar relasi pendidikan atau ekonomi, melainkan ikatan kekerabatan yang kuat dan luas. Karena pengabdian itulah, para kiai memiliki ketokohan dan pengaruh besar di tengah masyarakat.
Namun, ia menyesalkan masih adanya tayangan televisi yang justru menyudutkan pesantren dan melecehkan peran kiai. Ia menilai isi tayangan tersebut sangat bertolak belakang dengan fakta dan menciptakan stigma negatif.
Sebagai bagian dari kalangan pesantren, Said merasa perlu bersuara dan membela marwah pesantren yang selama ini berjuang secara mandiri mendidik umat, bahkan tanpa bantuan pemerintah. Terkait polemik ini, Said menyampaikan lima sikap tegas:
-
Mendukung langkah PBNU untuk menempuh jalur hukum terhadap pihak yang membuat tayangan yang dianggap memfitnah dan melecehkan pesantren serta ulama.
-
Mendorong Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk lebih sigap mengantisipasi tayangan bernuansa SARA, fitnah, dan insinuasi negatif antarkelompok, serta menegakkan hukum sesuai UU Penyiaran.
-
Mengimbau masyarakat agar tidak memperluas penyebaran tayangan tersebut di media sosial agar dampak negatifnya tidak semakin meluas.
-
Mendukung pesantren dan santri menyampaikan aspirasi kepada pihak terkait tayangan tersebut secara damai dan beradab, mencerminkan akhlakul karimah.
-
Meminta stasiun televisi dan pengelola media untuk lebih mengedepankan konten edukatif daripada sekadar mengejar tontonan dan rating yang berpotensi memecah belah.