INDONEWS.ID

Jakarta, INDONEWS.ID - Partai politik, elit politik, maupun kelompok yang mengharapkan Pilkada DKI Jakarta berpengaruh pada penurunan elektabilitas Joko Widodo dan PDI Perjuangan pasti akan kecewa. Pasalnya, Pilkada DKI justru tidak memiliki efek terhadap peta politik nasional, maupun pada elektabilitas Jokowi. Bahkan, survei tentang "Pengaruh Pilkada DKI Jakarta" memperlihatkan bahwa Jokowi tetap berada di peringat teratas sebagai presiden pilihan rakyat, disusul tokoh Partai Gerindra Prabowo Subianto, yang terpaut jauh sekitar 17 persen. Demikian juga elektabilitas PDI Perjuangan tetap di nomor pertama yaitu sebesar 22 persen, jauh meninggalkan Gerindra yang hanya mengantongi 10 persen. “Pilkada DKI Jakarta memang ada pengaruh yaitu Jokowi menang dari Prabowo. Di tingkat nasional juga ada pengaruh yaitu suara PDIP makin tinggi. Jadi, yang mengharapkan Pilkada DKI bisa menurunkan elektabilitas Jokowi harus kecewa,” ujar politisi PDI Perjuangan, Maruarar Sirait, dalam diskusi peluncuran survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) di Jakarta, Kamis (8/6/2017). Acara menghadirkan penanggap yaitu Yorris Raweyai dari Partai Golkar, Maruarar Sirait dari PDI Perjuangan, dan Ferry Juliantono dari Gerindra. Ara, panggilan Maruarar mengatakan, meningkatnya elektabilitas Jokowi menunjukkan bahwa sang Presiden masih dicintai dan didukung mayoritas masyarakat Indonesia. Masyarakat juga sebagian besar puas dengan kinerja Presiden Jokowi. "Ini bisa dijelaskan melalui data survei. Pubik menilai pemerintah mampu menjalankan ekonomi lebih baik dan berkeadilan," kata Maruarar. Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan dalam pemaparannya mengatakan, survei SMRC menunjukkan penilaian atas kondisi ekonomi, politik, dan keamanan relatif stabil. Sebanyak 44,4 persen masyarakat  merasa ekonomi rumah tangga lebih baik dibanding tahun lalu, bahkan 62,3 persen optimistis keadaan ekonomi keluarga akan lebih baik tahun depan. Penilaian atas kondisi ekonomi nasional juga cenderung positif, yakni sebesar 57,1 persen yakin akan lebih baik. Dalam pertanyaan terbuka (top of mind) bila pemilihan presiden diadakan ketika survei dilakukan, sebesar 34,1 persen pemilih mendukung Jokowi dan 17,2 persen mendukung Prabowo Subianto. Saat dilakukan simulasi head to head elektabiltas Jokowi sebesar 53,7 persen jauh meninggalkan Prabowo Subianto yang hanya mendapat 37,2 persen. Maruarar mengatakan, kepercayaan rakyat terhadap Jokowi dilihat dari kinerja pemerintah yang membawa ekonomi nasional menjadi lebih baik. Bahkan dia optimistis untuk saat ini dan yang akan datang ekonomi nasional akan berjalan lebih baik. Ara mengatakan, ketegasan Presiden Jokowi dalam menjalankan roda pemerintahan berkorelasi positif pada tumbuhnya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah. Kata “gebuk” yang diungkapkan Jokowi ternyata mendapat respon positif dari masyarakat. "Ungkapan gebuk menunjukan bahwa Jokowi meningkatkan levelnya. Dunia usaha menginginkan ada kepastian hukum. Tidak ada sebuah pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkeadilan tanpa stabilitas politik. Stabilitas politik di era Jokowi tidak dilakukan secara represif tapi dengan penegakan hukum. Tanpa tebang pilih," katanya. Survei dilakukan pada 14-20 Mei 2017 melibatkan 1350 responden yang dipilih dengan teknik multistage random sampling dari total populasi nasional yang sudah memililli hak pilih pada pemilihan umum. Margin error survei ini rata-rata plus minus 2,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. (Very)