INDONEWS.ID

  • Jum'at, 23/06/2017 22:58 WIB
  • Pengamat: Kerja Sama Trilateral Bisa Hasilkan Peta Global Terorisme

  • Oleh :
    • Abdi Lisa
Pengamat: Kerja Sama Trilateral Bisa Hasilkan Peta Global Terorisme
Stanislaus Riyanta, pengamat intelijen dan terorisme, alumnus Pascasarkana Kajian Stratejik Intelijen Universitas Indonesia. (Foto: Ist)
Jakarta, INDONEWS. ID - Terorisme merupakan kejahatan transnasional, bergerak secara global, pelakunya lintas negara, dan dampaknya bisa menghancurkan peradaban dunia. Untuk mengatasi terorisme tentu tidak bisa dilakukan secara sektoral oleh masing-masing negara, tetapi diperlukan kerjasama internasional. Menyikapi ancaman terorisme di Asia Tenggara yang mengkhawatirkan, Indonesia, Malaysia dan Filipina melakukan kesepakatan bekerja sama mengatasi terorisme.  Ketiga negara ini sudah melakukan pertemuan trilateral di Manila. Pertemuan yang dihadiri Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi, Menteri Luar Negeri Malaysia H.E. Dato Sri anifah Hj Aman, dan Sekretaris Luar Negeri Republik Filipina H.E. Alan Peter S. Cayetano merupakan aksi nyata dalam memerangi terorisme dan ekstrimisme yang akhir-akhir ini gencar terjadi di Asia Tenggara. Pengamat intelijen dan terorisme Stanislaus Riyanta mengatakan, penanganan terorisme memerlukan informasi intelijen yang komprehensif terkait jaringan, pendanaan, pasokan logistik, data komunikasi dan informasi lain yang relevan. Saat ini masing-masing negara tentu sudah mempunyai informasi intelijen terkait hal tersebut, jika informasi ini dipadukan dalam suatu fusi informasi intelijen maka peta secara global terkait terorisme akan didapatkan. “Sebaliknya jika tidak ada fusi informasi intelijen, masing-masing negara membuat tembok informasi, maka hal itu justru menjadi celah yang akan dimanfaatkan oleh kelompok teroris yang bergerak lintas negara,” ujar alumnus Pascasarkana Kajian Stratejik Intelijen Universitas Indonesia ini. Selain fusi informasi intelijen, Stanislaus mengatakan, kerja sama antara negara tersebut bisa dilakukan dengan patroli bersama terutama di wilayah udara, perairan dan perbatasan antar negara yang menjadi celah masuk dan melintas kelompok teror. “Jika tidak ada kerja sama yang erat antar negara, maka teroris dengan mudah akan keluar masuk dan berpindah negara untuk bersembunyi dan melarikan diri. Kerja sama penanganan terorisme ini bisa juga dikembangkan dalam bentuk latihan atau operasi militer bersama,” katanya. Apresiasi Kinerja Polri Terkait kinerja Polri, Stanislaus mengatakan, Polri telah bekerja cukup keras dalam menangani terorisme. “Beberapa aksi penangkapan pasca bom Kampung Melayu menunjukkan keseriusan dan profesionalisme Polri dalam memberantas terorisme,” ujarnya. Pasca bom Kampung Melayu, kepolisian melakukan penangkapan terduga teroris secara merata di wilayah Indonesia. Antara lain di Medan, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Bima yang mayoritas adalah anggota kelompok Jamaah Ansarud Daulah (JAD). Aksi ini berhasil menangkap 31 orang yang diduga anggota kelompok teror, bahkan dalam aksi penangkapan di Bima, Polri berhasil mengamankan barang bukti berupa bom siap ledak.  Stanislaus mengatakan, hal tersebut patut diapresiasi karena bisa mencegah aksi teror yang diperkirakan jika terjadi akan berdampak mematikan. Menurutnya, penanganan terorisme di Indonesia sudah dilakukan secara baik dengan melibatkan banyak pihak, tidak hanya Polri dan BNPT di garis depan, tetapi juga melibatkan lembaga lain seperti BIN, TNI, Kementerian Luar Negeri, dan lembaga negara yang lain termasuk PPATK yang memantau aliran dana yang dipakai kelompok teroris. Jika kerja sama yang baik ini bisa terus dilakukan, dan masyarakat juga mendukung dengan meningkatkan radar sosial di wilayahnya masing-masing, maka optimisme terhadap pemberantasan terorisme di Indonesia adalah hal yang wajar. Stanislaus mengatakan, daya tarik Asia Tenggara bagi kelompok teroris terutama yang berafiliasi dengan ISIS sangat tinggi. Perintah dari petinggi ISIS kepada para simpatisannya untuk membangun basis di Asia Tenggara bukan sekadar rumor. Aksi simpatisan ISIS di Marawi Filipina membuktikan bahwa aksi kelompok teroris simpatisan ISIS benar-benar serius. “Jika tidak ditangani dengan baik maka kelompok ISIS akan berkembang di negara Asia Tenggara yang lain, termasuk Indonesia yang nyata-nyata sudah terdapat sel-sel yang menjadi pendukung ISIS dan telah beberapa kali melakukan aksi teror yang menimbulkan korban jiwa,” pungkasnya. (Very)  
Artikel Terkait
PTPN IV Regional 4 Jambi, Bantu Korban Banjir Bandang di Sumbar
Aksi PNM Peduli Serahkan Sumur Bor Untuk Warga Indramayu Dan Tanam Mangrove Rhizophora
PTPN IV Regional 4 Jambi, Bantu Beras Warga Solok
Artikel Terkini
PTPN IV Regional 4 Jambi, Bantu Korban Banjir Bandang di Sumbar
HOGERS Indonesia Resmi Buka Gelaran HI-DRONE2 di Community Park, Pantai Indah Kapuk 2
Ketua Pengadilan Negeri Batusangkar Dirikan Dapur dan Pendistribusian untuk Korban Banjir Bandang Tanah Datar
Aksi PNM Peduli Serahkan Sumur Bor Untuk Warga Indramayu Dan Tanam Mangrove Rhizophora
PTPN IV Regional 4 Jambi, Bantu Beras Warga Solok
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas