INDONEWS.ID

  • Jum'at, 07/04/2017 11:27 WIB
  • Siapkah Pemuda Indonesia Menghadapi Bonus Demografi? (Pentingnya Gerakan Nasional Revolusi Mental)

  • Oleh :
    • Abdi Lisa
Siapkah Pemuda Indonesia Menghadapi Bonus Demografi?  (Pentingnya Gerakan Nasional Revolusi Mental)
dr. Abdullah Antaria, MPH, PhD; PhD Bidang Perencanaan Kesehatan & Administrasi Kesehatan; aantaria@hotmail.com. (Foto: Ist)
  OLEH: Abdullah Antaria INDONEWS.ID - Peran pemuda (WNI dengan usia 16-30 Th menurut UU Tentang Kepemudaan N0 40/2009) dalam pembangunan seringkali lepas dari sorotan publik. Pemuda hanya menjadi subyek angka dalam statistik yang digunakan untuk menghitung berbagai indeks kesejahteraan tetapi lebih dari itu, eksistensi pemuda itu dalam pembangunan belum dipahami secara mendalam oleh para pemangku kebijakan. Dalam memahami pentingnya kualitas pemuda, perlu dipahami bahwa pemuda usia remaja  saat ini akan menjadi bagian terbesar di dalam angkatan kerja usia produktif di era bonus demografi tahun 2030 (usia 25-59 tahun ). Artinya kualitas hidup ataupun skill pemuda usia remaja saat ini harus menjadi prioritas perhatian pembangunan. Artinya tanpa pendidikan yang cukup, kesehatan yang baik dan kemampuan softskill yang berkembang, maka Indonesia akan melewati begitu saja manfaat dari  bonus demografi tanpa hasil yang maksimal. Mengapa Bonus Demografi penting? Untuk memberikan gambaran pentingnya bonus demografi, salah satu modal pertumbuhan ekonomi China yang melesat dalam dua dasawarsa terakhir adalah Bonus Demografi yang mencapai puncaknya di China pada tahun 2013 lalu ketika  pertumbuhan jumlah angkatan kerja di China mencapai angka maksimal. Pertumbuhan angkatan kerja China saat ini sudah melambat dan diperkirakan berhenti tumbuh pada tahun 2017 ini di angka 999,6 juta penduduk (Singh, 2012). Sepanjang dua dasawarsa yang lalu telah banyak manfaat yang diraih oleh China hingga menjadi kekuatan ekonomi baru dunia menyaingi Amerika Serikat. Indonesia sendiri diperkirakan akan mengalami era bonus demografi pada tahun 2020-2030. Pada era tersebut perubahan struktur umur penduduk dan menurunnya beban ketergantungan memberikan peluang yang disebut bonus demografi yang dapat dimanfaatkan untuk menaikkan kesejahteraan masyarakat. Rasio beban ketergantungan adalah sebuah rasio untuk menggambarkan perbandingan antara jumlah penduduk usia nonproduktif (kurang dari 15 tahun dan lebih dari 64 tahun) dan penduduk usia produktif (15 hingga 64 tahun). Sebagai gambaran rasio ketergantungan mencapai angka 70, berarti 70 orang yang tidak produktif ditanggung 100 orang usia angkatan kerja produktif. Menurut Kemenkominfo (2014) secara ideal pertumbuhan ekonomi secara maksimal dapat terjadi ketika rasio ketergantungan berada di bawah angka 50. Kondisi tersebut dikenal sebagai the window of opportunity (jendela kesempatan) dimana besarnya kesempatan yang diraih akan tergantung pada tingkat pengendalian penduduk termasuk dari sisi kualitasnya. Kualitas penduduk usia angkatan kerja merupakan modal utama bagi negara dalam mengoptimalkan produktivitas yang dapat diraih seiring peningkatan pertumbuhan ekonomi di era bonus demografi. Sebagai gambaran, menjelang bonus demografi, UNFPA (2015) menilai kualitas kesehatan dan pendidikan menjadi investasi penting untuk ditanamkan saat ini khususnya pada generasi muda. Skill Pemuda Kunci Bonus Demografi Kondisi menarik terkait Bonus demografi terjadi di India. India saat ini merupakan negara penduduk usia muda terbanyak di dunia dimana 54% penduduk yang ada berusia dibawah 25 tahun. Sayangnya India yang diperkirakan akan menikmati bonus demografi di tahun 2020, dikhawatirkan tidak dapat meraih momentum bonus demografi tersebut karena sulitnya menyediakan lapangan kerja yang sesuai dengan skill yang tersedia di pasar tenaga kerja. Terlebih hampir 80% dari total angkatan kerja India adalah pekerja lepas dan wirausaha. Sementara hanya 17% yang menjadi pekerja upah reguler. Skill memang menjadi salah satu kendala yang dihadapi India saat ini dalam menghadapi bonus demografi. Menyikapi hal ini, Perdana Menteri India menyiapkan antisipasi dengan mendorong percepatan peningkatan skill remaja hingga 500 Juta penduduk di tahun 2022. Hal ini menunjukkan tanpa diantisipasi dengan mempersiapkan skill remaja dengan baik sejak saat ini, bonus demografi belum tentu membawa berkah bagi perekonomian nasional. Skill menjadi kata kunci utama yang harus disiapkan untuk menghadapi bonus demografi. Jika kita telah mengantisipasi maka tidak mustahil Bonus Demografi yang ada justru bergeser menjadi Beban Demografi akibat tingginya pengangguran yang terjadi nanti akibat tidak siapnya skill generasi muda Indonesia nanti. Membangun Etos Kerja Pemuda: Revolusi Mental Skill yang diperlukan remaja saat ini tidak hanya menyangkut hard skill tetapi juga soft skill dimana karakter dan etos kerja menjadi kunci utama yang harus dimiliki untuk membangun generasi yang memiliki produktivitas tinggi.  Produktivitas tenaga kerja yang tinggi merupakan salah satu variabel penting dalam keunggulan persaingan. Dalam konteks ini, etos kerja menjadi kunci yang sangat berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Etos kerja juga diartikan sebagai nilai kerja positif yang dimiliki seseorang (Cherington, 1980) dengan ciri-ciri: (1) kerja sebagai kewajiban moral dan religius untuk mengisi hidupnya, (2) disiplin kerja yang tinggi, (3) kebanggaan atas karyanya. Pada dasarnya nilai-nilai etos kerja menurut Cherington tersebut sudah menjadi nilai-nilai dasar yang dipegang oleh Indonesia sejak lama. Menurut Kusmayanto Kadiman (Kadiman, Kusmayanto 2005, Etos Kerja ... untuk Siapa?, Jakarta: Kemenristek RI) setidaknya sejak dulu Indonesia  memiliki nilai-nilai, pernah menjadi cerminan suatu etos kehidupan, seperti: Bhinneka Tunggal Ika; Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mbangung Karso, Tut Wuri Handayani; Menang Tan Ngasorake; Niteni,Niroake, Nambahake. Menurutnya nilai-nilai ini mencerminkan etos kerja dalam konteks kehidupan sosial yang penting dalam membangun persatuan, leadership, dan bahkan untuk berinovasi. Masih banyak lagi slogan-slogan yang berlaku dan terkenal di berbagai daerah-daerah di Tanah Air. Saat ini kontekstual karakter dan etos kerja tersebut diwujudkan kembali dalam bentuk Gerakan Nasional Revolusi Mental yang telah dideklarasikan oleh Presiden Joko Widodo beberapa tahun terakhir. Etos kerja menjadi indikator nilai-nilai strategis revolusi mental. Sub nilai dari etos kerja adalah: Profesional, Mandiri, dan Kreatif. Ini berarti soft skill etos kerja remaja yang harus dibangun saat ini adalah Remaja yang profesional, mandiri, dan kreatif. Disinilah kemampuan para pelaku kebijakan diuji untuk menerjemahkan revolusi mental tersebut secara implementatif dan tepat di lapangan. Para remaja saat ini memerlukan penanaman revolusi mental dalam dirinya sebagai modal dasar pembentukan karakter dan etos kerja yang baik di masa bonus demografi. Tanpa ada penanaman spirit revolusi mental, sulit bagi para remaja dapat bertahan dalam persaingan dunia kerja di era bonus demografi nanti. Pemuda dan Remaja sebagai Arah Kebijakan Pembangunan Nasional Urgensi bonus demografi sudah menjadi perhatian Presiden Joko Widodo dalam berbagai sambutannya dua tahun terakhir. Arahan ini sudah mulai diterjemahkan para pemangku kebijakan nasional dengan melakukan sinkronisasi kebijakan masing-masing dengan pendekatan bonus demografi. Namun hal ini harus diimplementasikan di lapangan pada sasaran yang tepat yakni para pemuda remaja yang bersiap memasuki angkatan kerja. Pemahaman bonus demografi harus dilihat secara menyeluruh dan mengarah pada meningkatnya prioritas pembangunan pada penduduk usia remaja. Lalu apakah yang terutama harus dibangun? Jawabannya adalah skill dan karakter berbasis revolusi mental. Hal ini tidak bisa tidak, harus dilakukan segera oleh para pemangku kebijakan baik di level pusat atau daerah. Prioritas pada kelompok Pemuda dan Remaja seharusnya pun bukan hanya menjadi sorotan pemerintah pusat tetapi juga daerah. Para pemimpin daerah saat ini harus mampu menempatkan peningkatan skill pemuda dan remaja sebagai prioritas kebijakan. Disinilah peran para pelaku kebijakan menjadi penting untuk mengarusutamakan pengembangan skill pemuda usia remaja  sebagai kebijakan pembangunan daerah.  Disini pula kemampuan para pelaku kebijakan baik  di pusat dan daerah diuji untuk mampu menciptakan generasi masa depan yang lebih baik dan memiliki spirit revolusi mental yang sebenarnya. Dengan membangun spirit revolusi mental sejak awal, khususnya etos kerja remaja yang profesional, mandiri, dan kreatif maka dapat dipastikan bonus demografi dapat diraih dengan mudah. Menjadi suatu kebanggaan, saat kita menikmati manisnya hasil bonus demografi merupakan buah dari jerih payah pemuda-pemudi Indonesia yang cerdas, berintegritas, beretos kerja tinggi dan bermental baja. (dr. Abdullah Antaria, MPH, PhD; PhD Bidang Perencanaan Kesehatan & Administrasi Kesehatan; aantaria@hotmail.com)  
Artikel Terkait
Mendagri Resmi Lantik 5 Penjabat Gubernur, Ada Alumni SMAN 3 Teladan Jakarta
Mendagri Resmi Lantik 5 Penjabat Gubernur
Kak Wulan Bikin Petani Mawar Nganjuk Punya Harapan Baru
Artikel Terkini
Mendagri Resmi Lantik 5 Penjabat Gubernur, Ada Alumni SMAN 3 Teladan Jakarta
Mendagri Resmi Lantik 5 Penjabat Gubernur
Kak Wulan Bikin Petani Mawar Nganjuk Punya Harapan Baru
PNM Peduli, Gerak Cepat Bantu Bencana Banjir Bandang dan Lahar Dingin Sumatera Barat
Satgas Pamtas Sektor Timur Yonif 742/SWY Laksanakan Patroli di Perbatasan darat RI-RDTL
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas