Jakarta, INDONEWS.ID – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius mengaku, mantan anak buahnya yang pernah menjadi teroris. Saat dirinya menjabat sebagai Kapolres Depok.
Menurut Suhardi, Sofyan Tsauri adalah sosok anak buah dengan ilmu agama yang baik. Sering memimpin doa saat acara di Kepolisian. Karena itu dirinya mengirim Sofyan Tsauri ke Aceh dalam operasi Acerh.
“Itu Sofyan Tsauri, anggota saya waktu jadi Kapolres Depok. Dulu (dia) pembaca doa yang saya kira bagus, kemudian saya kirim operasi Aceh (Gerakan Aceh Merdeka/GAM), Saya kirim ke sana pulangnya jadi teroris. Sekarang sudah sadar.” Kata Suhardi dalam seminar di bilangan Cikini Jakarta, Kamis (24/8/2017).
Saat pulang dari Aceh, kata Suhardi, Sofyan menunjukkan gelagat aneh seperti teroris. Namun kini, Sofyan telah tersadarkan. Hal itu dapat dilakukan dengan pendekatan dan bahasa hati.
Terlepas dari itu, Suhardi meminta agar terorisme harus diwaspadai dan diantisipasi. Karena doktrin radikalisasi bisa terjadi di mana saja. Hanya dengan hape seseorang dapat terdoktrin paham radikalisme.
“Hal itu terjadi saat teroris yang hendak meledakan bom di markas Paspampres. Pelakunya adanya mantan TKW dari Taiwan. Karena sering mendapatkan informasi paham radikal melalui jaringan media sosial akhirnya yang bersangkutan bisa terpengaruh,” jelasnya.
Untuk melakuan pencegahan itu semua, Suhardi menambahkan, selain pendekatan dan bahasa hati terhadap para mantan teroris, undang-undang yang kuat bisa membantu mengantisipasi dalam pencegahan teroris. (hdr)