INDONEWS.ID

  • Minggu, 07/01/2018 09:19 WIB
  • Nelayan Asal Indonesia Dapat Keadilan di San Fransisco

  • Oleh :
    • hendro
Nelayan Asal Indonesia  Dapat Keadilan di San Fransisco
ilustrasi Kesibukan di pelabuhan San Fransisco USA (istimewa)

 San Fransisco, INDONEWS.ID=  Pengadilan Federal San Fransisco memenangkan tuntutan dua awak kapal  berkebangsaan Indonesia , Sorihin dan Abdul Fatah asal Jawa Tengah dan Jawa Barat. Rabu  waktu setempat.

Dalam putusannya, pengadilan memerintahkan  Kapten Kapal Sea Queen II, Thoai Van Nguyen untuk mengembalikan hak-hak pekerja secara legal formal. Yaitu  kontrak kerja yang jelas, dengan bahasa yang dimengerti. Kapten kapal juga dilarang menahan paspor pekerjanya. Pekerja  harus diberi  pakaian kerja yang layak,  perawatan medis dan  waktu istirahat yang cukup.

Baca juga : Wakil Kanselir Jerman: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Salah Satu Tertinggi di Kawasan Asia Tenggara

“Keputusan ini harus menjadi peringatan keras untuk industri perikanan komersial. Karena itu, Kita tidak boleh menutup mata adanya perdagangan manusia di dalamnya “ ujar pengacara Sorihin, Agnieszka Fryszman dari kantor pengacara Cohen Milstein Seller and Troll.

Kedua nelayan ini, kata Fryszman,   telah melalui masa yang pahit diperlakukan bagaikan budak selama delapan bulan di kapal penangkap ikan yang beroperasi di wilayah perairan Amerika Serikat.

Baca juga : Menjadi Tulang Punggung Pengembangan Usaha Ultra Mikro Indonesia, PNM Ikuti 57th APEC SMEWG

Fryszman menjelaskan, peristiwanya bermula saat mereka diiming-iming gaji dan fasilitas bagus pekerja di industri perikanan komersial di A.S. Apa daya, keduanya ditempatkan di kapal Sea Queen II di tengah Samudera Pasifik.

Di bawah pimpinan kapten kapal Thoai Van Nguyen, kedua orang ini harus bekerja 20 jam sehari, gaji yang tak sesuai dengan janji, diperlakukan kasar secara fisik dan mental di kapal penangkap ikan. Kapten juga menahan paspor kedua orang ini. Jika keduanya tidak betah lagi bekerja di kapal itu, boleh saja asalkan mampu menebus ganti rugi ribuan dollar. Puncak  perlakuan tidak manusiawi terjadi ketika Sorihin mengalami kecelakaan hebat pada tangannya.  “Kapten tidak perduli dan tidak memberi perawatan pada kami, “ ujar Sorihin yang didampingi Fryszman .

Baca juga : Cegah Perang yang Lebih Besar, Hikmahanto Sarankan Menlu Retno untuk Telepon Menlu Iran Agar Tidak Serang Balik Israel

Untungnya mereka berhasil kabur dan ditolong oleh masyarakat Indonesia dan organisasi-organisasi sosial di San Francisco.  Dengan dukungan team pengacara, Sorihin dan Fatah dapat mengajukan tuntutan kerugian yang dialaminya ke pengadilan berdasarkan Undang-undang Perlindungan Korban Perdagangan Manusia AS, 2016. “ Kami tidak ingin orang lain mengalami nasib seperti kami, “ ujar Sorihin.

Selain itu, Penggugat juga mendapat ganti rugi material atas semua kerugian yang dideritanya dalam jumlah yang tidak diumumkan.  Menurut Fryszman kemenangan ini adalah contoh bagaimana seharusnya mempekerjakan buruh nelayan dari luar AS secara layak dan manusiawi.  (hdr/AP)

 

 

 

Artikel Terkait
Wakil Kanselir Jerman: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Salah Satu Tertinggi di Kawasan Asia Tenggara
Menjadi Tulang Punggung Pengembangan Usaha Ultra Mikro Indonesia, PNM Ikuti 57th APEC SMEWG
Cegah Perang yang Lebih Besar, Hikmahanto Sarankan Menlu Retno untuk Telepon Menlu Iran Agar Tidak Serang Balik Israel
Artikel Terkini
Pastikan Arus Barang Kembali Lancar, Menko Airlangga Tinjau Langsung Pengeluaran Barang dan Minta Instansi di Pelabuhan Tanjung Priok Bekerja 24 Jam
Umumkan Rencana Kedatangan Paus Fransiskus, Menteri Agama Dukung Penuh Pengurus LP3KN
Mendagri Tito Lantik Sekretaris BNPP Zudan Arif Fakrulloh Jadi Pj Gubernur Sulsel
Perayaan puncak HUT DEKRANAS
Kemendagri Tekankan Peran Penting Sekretaris DPRD Jaga Hubungan Harmonis Legislatif dengan Kepala Daerah
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas