Jakarta, INDONEWS.ID - Dani Widyotomo Sarwono menyerahkan 3 ekor kerbau bule kepada Ketua Lembaga Dewan Adat Keraton Surakarta Hadiningrat Dra, GRAY,Koes Moertiyah,M.P.D, di Kantor Kraton Surakarta , alun alun Solo, Selasa (6/3/3018).
Ketiga kerbau bule tersebut merupakan keturunan dari Kyai Slamet yang telah puluhan tahun menjadi peliharaan keluarga Sarwono di Solo.
Namun demikian, Dani Widyotomo mengatakan pihaknya dengan iklhlas dan tulus menyerahkan ketiga kerbau keramat yang terdiri dari sepasang kerbau dan satu anaknya. Dani berharap Keraton Surakarta dapat menerima pemberiannya ini.
Keraton Surakarta berjanji akan merawat sebaik baiknya 3 ekor kerbau bule ini.
Sebagai informasi, Kebo Bule Kyai Slamet termasuk pusaka penting milik keraton. Dalam buku Babad Solo karya Raden Mas (RM) Said, leluhur kebo bule adalah hewan klangenan atau kesayangan Paku Buwono II, sejak istananya masih di Kartasura, sekitar 10 kilometer arah barat keraton yang sekarang.
Menurut seorang pujangga kenamaan Keraton Kasunanan Surakarta, Yosodipuro, leluhur kerbau dengan warna kulit yang khas, yaitu bule (putih agak kemerah-merahan) itu, merupakan hadiah dari Kyai Hasan Beshari Tegalsari Ponorogo kepada Paku Buwono II, yang diperuntukkan sebagai cucuk lampah (pengawal) dari sebuah pusaka keraton yang bernama Kyai Slamet saat beliau pulang dari mengungsi di Pondok Tegalsari ketika terjadi pemberontakan pecinan yang membakar Istana Kartasura.
Konon, saat Paku Buwono II mencari lokasi untuk keraton yang baru, tahun 1725, leluhur kebo-kebo bule tersebut dilepas, dan perjalanannya diikuti para abdi dalem keraton, hingga akhirnya berhenti di tempat yang kini menjadi Keraton Kasunanan Surakarta –sekitar 500 meter arah selatan Kantor Balai Kota Solo.
Bagi masyarakat Solo, dan kota-kota di sekitarnya, seperti Karanganyar, Sragen, Boyolali, Klaten, Sukoharjo, dan Wonogiri, Kebo Bule Kyai Slamet bukan lagi sebagai hewan yang asing. Setiap malam 1 Sura menurut pengganggalan Jawa, atau malam tanggal 1 Muharam menurut kalender Islam (Hijriah), sekawanan kebo keramat ini selalu dikirab, menjadi cucuk lampah sejumlah pusaka keraton. (Lka)