Jakarta, INDONEWS.ID - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan, merawat kebangsaan tidak bisa hanya dengan propaganda, persuasi, pidato-pidato, dan pengembangan opini melalui berbagai sarana media. Masyarakat yang kian cerdas lebih membutuhkan fakta ketimbang ajaran-ajaran yang bersifat dogmatis.
Demikian Jonan menyampaikan hal itu saat memberikan Orasi Kebangsaan pada HUT ke-60 Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) di Auditorium Gedung Yustinus, Kampus Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta, Rabu (30/5) malam.
Masyarakat sekarang ini, menurut Jonan, sudah tidak bisa menerima begitu saja jika sila-sila dalam Pancasila sebatas sebagai sebuah ideologi semata. “Mereka ingin melihat fakta serta praktik di lapangan dari butir-butir yang terkandung dalam Pancasila. Ini tantangan besar bagi bangsa kita ke depan,” kata Jonan.
Ketua Dewan Kehormatan Presidium Pusat ISKA itu menyebutkan, perkembangan teknologi komunikasi yang demkian cepat telah membuat anak-anak Indonesia dari Sabang hingga Papua, dari Mianggas hingga Rote, memiliki persepsi yang berbeda-beda tentang eksistensinya sebagai anak-anak bangsa.
Generasi muda akan terus mempertanyakan, Freeport kaya, tapi mengapa penduduk Papua umumnya miskin. Kota-kota di Jawa terang benderang dengan penerangan listrik nyaris tanpa batas, tapi mengapa desa-desa di kawasan Timur Indonesia tetap saja gelap gulita di waktu malam.
“Pembangunan yang tidak merata serta isu ketidakadilan justru menjadi ancaman serius bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Isu ini akan tetap ramai digulirkan kalau ketidakadilan tak bisa diatasi secepatnya,” tegas Jonan.
Sebagai Menteri ESDM, Ignasius Jonan mengakui lembaga yang dipimpinnya telah mencanangkan tujuan nasional yang hendak diembannya, yakni energi sebagai salah satu alat untuk persatuan Indonesia. Itulah makanya, sejak diangkat menjadi Menteri ESDM oleh Presiden Joko Widodo pada 2016, ia langsung menggebrak untuk pengadaan listrik bagi 2519 desa yang selama ini tanpa layanan listrik, serta 12 ribu desa yang separohnya punya penerangan listrik dan separoh lainnya tidak.
“Sila kelima Pancasila, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia harus dijalankan. Ini penting, karena pidato tanpa tindakan nyata itu akan sulit bagi terciptanya public trust,” kata dia.
Dalam Orasi Kebangsaan itu, sempat pula ditayangkan film berdurasi lima menit tentang pemberlakuaan bahan bakar minyak (BBM) satu harga di Tanah Papua serta kebagiaan rakyat Asmat yang telah memperoleh penerangan listrik. “Seluruh Asmat kini sudah punya penerangan listrik. Kita berusaha menerapkan keadilan sosial bagi masyarakat. Kalau keadilan sosial tidak ada, kita akan tetap ramai dengan isu persatuan bangsa,” ungkap Menteri Jonan.
Selain Menteri ESDM Ignasius Jonan, Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko juga memberikan Orasi Kebangsaan pada HUT ke-60 ISKA tersebut. Hadir pada kesempatan HUT, Rektor Unika Atma Jaya Dr. A Prasetyantoko, Staf Khusus Presiden Komjen Pol (Purn) Gories Mere, Presidium DPP dan sejumlah pengurus DPD dan Cabang ISKA dari Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Sumatera, dan Jawa.
Peringatan 60 tahun ISKA dirangkai pula dengan misa syukur yang dipimpin oleh Uskup Taniung Selor Dr. Paulinus Yan Olla, MSF, serta puluncuran bunga rampai (buku) “Merawat Komitmen Kebangsaan”. DPP ISKA mengusung tema “Merawat Komitmen Kebangsaan; Teguhkan Kesatuan dan Persatuan” untuk perayaan HUT-nya kali ini.
“ISKA ingin menyalakan lilin-lilin kecil untuk ikut memberikan cahaya, kejernihan, dan kesejukan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara,” jelas Ketua Presidium DPP ISKA V. Hargo Mandirahardjo. (AD)