INDONEWS.ID

  • Kamis, 05/07/2018 14:53 WIB
  • Eros Djarot: Bayangkan Saja Bila Mega Sodorkan Budi Gunawan dan Ditolak Jokowi

  • Oleh :
    • very
Eros Djarot: Bayangkan Saja Bila Mega Sodorkan Budi Gunawan dan Ditolak Jokowi
Diskusi Peta Kekuatan Capres Pasca Pilkada Serentak. (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Hingga saat ini semua partai politik belum memastikan pilihan calon presiden 2019, termasuk Joko Widodo. Karena itu, posisi Jokowi juga belum aman. Hanya saja, Jokowi memiliki kemungkinan yang paling besar untuk menjadi capres RI.

“Bayangkan nanti Mba Mega sodorin Budi Gunawan (jadi Cawapres), dan Jokowi menolak. Atau Megawati tawarkan Puan dan ditolak Jokowi. Maka semuanya yang dikatakan para pengamat itu gugur,” ujar Budayawan dan Pemikir Kebangsaan Eros Djarot dalam diskusi politik “Peta Kekuatan Capres Pasca Pilkada Serentak” yang di Balai Sarwono, jalan Madrasah nomor 14, Jakarta Selatan, Kamis (5/7/2018).

Pertanyaannya, kata Eros, apakah betul Jokowi sudah pasti jadi capres? “Saya masih sangsikan. Hanya Kemungkinan dia masih besar. Seharusnya, yang diperkecil itu jumlah partainya (partai peserta pemilu), dan syaratnya harus diperkecil (syarat pencaloan presiden 20 persen),” ujarnya.

Karena itu, Eros membayangkan Jokowi akan keluar dari PDIP dan masuk ke Partai Golkar. "Namun, hal itu tidak mungkin dilakukan karena barisan oposisi akan tepuk tangan" ujarnya.

Eros mengatakan, Indonesia saat ini memang miskin negarawan. Yang muncul adalah para politisi minus visi.

“Sampai saat ini hingga mau pendaftaran rakyat tidak disodorkan para calon presiden. Ini gila menurut saya, moral hazard,” ujar Eros.

Terkait tagar #GantiPresiden yang muncul akhir-akhir ini, Eros mengatakan, isu pergantian presiden itu merupakan wacana yang miskin substansi dan asal bicara. “Kalau bicara tentang pergantian presiden, ngarang itu. Kalau ada bicara perubahan oke, mari kita ngomong,” ujarnya.

Menurut Eros, peta Pilkada Serentak tidak memiliki kaitannya dengan pertarungan pilpres 2019. Karena itu, dia memita masyarakat untuk tidak terjebak pada penilaian bahwa kemenangan di pilkada berarti juga memenangkan pilpres.

“Saya kuatir, jangan-jangan pilihan kita yang membuat kita terjebak seperti ini. Pilihan sistem politik (sistem Presidential, red.) seperti ini yang harus dikritisi secara mendalam,” ujarnya. (Very)

 

Artikel Terkait
Artikel Terkini
Santri dan Santriwati Harus Mengisi Ruang Dakwah dengan Nilai yang Penuh Toleransi
Tak Terdaftar di OJK, Perusahaan Investasi asal Hongkong Himpun Dana Masyarakat
Dewan Pakar BPIP Dr. Djumala: Pancasila Kukuhkan Islam Moderat, Toleran dan Hargai Keberagaman Sebagai Aset Diplomasi
Perkuat Binwas Pemerintahan Daerah, Mendagri Harap Penjabat Kepala Daerah dari Kemendagri Perbanyak Pengalaman
Mendagri Resmi Lantik 5 Penjabat Gubernur, Ada Alumni SMAN 3 Teladan Jakarta
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas