INDONEWS.ID

  • Sabtu, 03/11/2018 20:31 WIB
  • Kementan: Masalah Distribusi Sebabkan Harga Jagung Naik

  • Oleh :
    • hendro
Kementan: Masalah Distribusi Sebabkan Harga Jagung Naik
Sekretaris Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro saat memberikan keterangan pers di kantor Kementan , Sabtu (3/11/2018)

Jakarta, INDONEWS.ID - Polemik masalah impor 100 ribu ton jagung untuk pakan ternak, membuat pemerintah memberi penjelasan.

Menurut Sekretaris Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro pada dasarnya produksi jagung nasional di 2018 mengalami surplus 12,98 juta ton pipilan kering (PK). Bahkan telah dilakukan ekspor jagung sebanyak 372.990 ton ke Filipina dan Malaysia.

Baca juga : Pemerintah Yakinkan Stok Beras Aman Hingga Awal Tahun 2021

Syukur menjelaskan data surplus tersebut berdasarkan selisih antara perkiraan produksi jagung nasional dengan proyeksi kebutuhan jagung nasional di 2018. 

Berdasarkan data BPS yang diterima Kementan, kata dia, produksi jagung di tahun 2018 diperkirakan mencapai 30 juta ton PK, sedangkan data Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementan memproyeksi kebutuhan jagung 15,5 juta ton di 2018.

Baca juga : Kementan Gandeng Pengusaha Kembangkan Bahan Baku Lokal untuk Industri Pangan

Lebih lanjut Syukur menjelaskan, di sisi lain pemerintah memang harus melakukan impor jagung untuk menstabilkan harga jagung yang melewati harga pokok penjualan (HPP) yang dipatok Rp4.000 per kg. Berdasarkan data Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) harga jagung sudah mencapai Rp5.200-Rp5.300 per kg.

"Bahwa impor maksimum 100.000 ton untuk kebutuhan para petani ternak mandiri. Kenyataan jagung kita surplus sehingga untuk impor itu hanya bagi yang membutuhkan, saat ini para peternak mandiri," jelasnya dalam konferensi pers di Gedung Kementan, Jakarta, Sabtu (3/11/2018).

Baca juga : Program Serasi, Kementan Gelontorkan 3,7 Triliun Untuk Optimasi Lahan Rawa

Syukur mengatakan, masalah distribusi menjadi alasan mengapa harga jagung meningkat. Hal ini karena sebaran waktu dan lokasi produksi jagung yang bervariasi, di samping juga pabrikan pakan ternak tidak berada di sentra produksi jagung, sehingga perlu dijembatani antara sentra produksi dengan pengguna agar logistiknya murah.

Dia mencontohkan biaya transportasi dari Pelabuhan Tanjung Priok ke Tanjung Pandan, Belitung biayanya lebih mahal dibandingkan kalau mengekspor ke Malaysia, dari Pelabuhan Tanjung Priok ke Pelabuhan Port Klang, Malaysia.

Transportasi dari Tanjung Priok ke Pelabuhan Tanjung Pandan, tiket untuk mobil angkut dengan kapasitas 14 ton sebesar Rp33 juta. Biaya ini belum termasuk biaya solar mobil dan biaya lainnya.

Sementara dari Tanjung Priok ke Pelabuhan Port Klang, Malaysia dengan kapasitas 24-27 ton hanya membutuhkan biaya US$ 1.750 atau sekitar Rp26 juta. Biaya tersebut tersebut sudah termasuk dengan pengurusan semua dokumen.(hdr)

Artikel Terkait
Pemerintah Yakinkan Stok Beras Aman Hingga Awal Tahun 2021
Kementan Gandeng Pengusaha Kembangkan Bahan Baku Lokal untuk Industri Pangan
Program Serasi, Kementan Gelontorkan 3,7 Triliun Untuk Optimasi Lahan Rawa
Artikel Terkini
Evaluasi Penanganan Pengungsi di Maybrat Menunjukkan Kemajuan Signifikan
Kebun Rimsa PTPN IV Regional 4 Bantu Sembako Dua Panti Asuhan
Santri dan Santriwati Harus Mengisi Ruang Dakwah dengan Nilai yang Penuh Toleransi
Tak Terdaftar di OJK, Perusahaan Investasi asal Hongkong Himpun Dana Masyarakat
Dewan Pakar BPIP Dr. Djumala: Pancasila Kukuhkan Islam Moderat, Toleran dan Hargai Keberagaman Sebagai Aset Diplomasi
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas