INDONEWS.ID

  • Selasa, 12/02/2019 09:43 WIB
  • Girindra: Isu yang Dihadirkan dan Cara Berkomunikasi Jadi Daya Tarik PSI

  • Oleh :
    • very
Girindra: Isu yang Dihadirkan dan Cara Berkomunikasi Jadi Daya Tarik PSI
Tsamara Amani, Caleg DPR RI dari Partai Solidaritas Indonesia. (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID -- Lembaga survei Charta Politica mengeluarkan rilis elektabilitas partai baru,  yakni PSI mencapai 1,5 persen, yang sebelumnya pada bulan Oktober lalu hanya di angka 0,9 persen. Hasil survei ini membuat gusar partai lama yang elektabilitasnya “nyungsep”.

Menanggapi hasil survei terkait PSI tersebut, Peneliti 7 (Seven) Strategic Studies, Girindra Sandino mengatakan, bahwa elektabilitas PSI itu tidak hanya terkait dengan kampanye PSI yang kontroversial, tetapi juga terletak pada personil kader PSI yang terus berusaha keras membangun komunikasi dengan para pemilih, khususnya para pemilih pemuda.

Baca juga : JK Negarawan Luwes dan Selalu Menjaga Tali Silaturahim

Girindara memberi contoh yaitu kampanye yang dilakukan oleh Tsamara Amani, calon anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan Jakarta misalnya. Jika dilihat dari cara dia berkomunikasi dan kampanyenya selalu menggapai target-target pemilih yang pas.

“Sebagai contoh, di literarsi ilmu politik ada segmentasi pemilih situasional dimana kelompok pemilih ini dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional tertentu dalam menentukkan pilihannya. Segmen ini digerakkan oleh perubahan dan menggeser pilihan politiknya jika terjadi kondisi-konsi tertentu,” ujar Girindra melalui siaran pers di Jakarta, Selasa (12/2/2019).

Baca juga : Kartelisasi Politik dan Masa Depan Demokrasi Indonesia

Tsamara, kata Girindra, yang sering tampil berhasil menciptakan kondisi perubahan tersebut dengan pro-kontra yang ada.

Kedua, PSI, berhasil melakukan pendekatan rational choice, yang mengungkap bahwa ada variable lain yang menentukkan dalam mempengaruhi pilihan politik seseorang.

Baca juga : Jubir Presiden Pastikan Jokowi Hadiri Penutupan Kongres Partai Nasdem

“Jadi, para pemilih bukan saja pasif tetapi juga aktif dan bukan hanya terbelenggu oleh karakteristik sosiologis dan psikologis, tetapi bebas bertindak,” ujarnya.

Faktor-faktor situasional ini dapat berupa isu-isu politik atau kandidat yang dicalonkan.

Kita bisa menyaksikan bagaimana kader PSI, khususnya Grace Natalie dan Tsamara yang menghipnotis walau isu yang digadang kerap sensasional, seperti terkait dengan isu perda syariah, kekerasan seksual, lantang  dan melawan dalam bersuara kritis terhadap isu-isu feminism, isu-isu agama seperti di Jagakarsa, dapilnya.

“Walaupun banyak anggapan ada bohir yang memback-up-nya, kita tetap harus objektif terhadap PSI dengan  metode kampanyenya. Isu yang di hadirkan di ruang publik, cara berkomunikasi dengan target pemilihnya, dan yang terakhir adalah personal kader PSI yang “kece” tidak dapat dipungkiri menjadi daya tarik sendiri bagi pemilih,” pungkas Girindra. (Very)

 

Artikel Terkait
JK Negarawan Luwes dan Selalu Menjaga Tali Silaturahim
Kartelisasi Politik dan Masa Depan Demokrasi Indonesia
Jubir Presiden Pastikan Jokowi Hadiri Penutupan Kongres Partai Nasdem
Artikel Terkini
HOGERS Indonesia Resmi Buka Gelaran HI-DRONE2 di Community Park, Pantai Indah Kapuk 2
Ketua Pengadilan Negeri Batusangkar Dirikan Dapur dan Pendistribusian untuk Korban Banjir Bandang Tanah Datar
Aksi PNM Peduli Serahkan Sumur Bor Untuk Warga Indramayu Dan Tanam Mangrove Rhizophora
PTPN IV Regional 4 Jambi, Bantu Beras Warga Solok
Pastikan Arus Barang Kembali Lancar, Menko Airlangga Tinjau Langsung Pengeluaran Barang dan Minta Instansi di Pelabuhan Tanjung Priok Bekerja 24 Jam
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas