INDONEWS.ID

  • Minggu, 24/02/2019 23:59 WIB
  • "Suto Mencari Jabatan", Mengintip "Panggung Belakang" Politik yang Penuh Komedi

  • Oleh :
    • very
"Suto Mencari Jabatan", Mengintip "Panggung Belakang" Politik yang Penuh Komedi
Salah satu adegan dalam pentasan Sumenjab, Suto Mencari Jabatan. (Foto: Indonews.id)

Jakarta, INDONEWS.ID -- Prinsip hidup saya adalah kesederhanaan. Sederhana dalam bertindak, dan sederhana dalam tutur kata. Tidak perlu kiasan-kiasan bombastis, cukup serangkai kalimat penuh makna. Tidak perlu hidup berlebih, selalu bekerja keras dan bersyukur tanpa pamrih”. (Suto-Sumenjab).

Penggalan dialog di atas merupkan sekelumit situasi dalam pementasan terbaru teater Pandora, yang berjudul Sumenjab, atau “Suto Mencari Jabatan”. Berkolaborasi dengan Relawan Pengusaha Muda Nasional (REPNAS) DKI Jakarta, serta didukung oleh Bhakti Budaya Djarum Foundation (BBDF), Semenjab adalah produksi Teater Pandora yang ke-11 dan yang ke-2 di tahun ini.

Baca juga : JK Negarawan Luwes dan Selalu Menjaga Tali Silaturahim

Di gelar di  Lapangan parkir Balai Sarwono/Joglo Beer, Kemang, Minggu (24/2/2019) pulul 19.00 WIB. Berbebda dengan gaya realis yang biasa mereka bawakan, Pandora kini “banting setir” dengan membawakan ludruk dan lenong yang sarat dengan guyonan dan kritik sosial.

Sumenjab berbicara mengenai kekuasaan, jabatan, dan kepentingan yang kini sedang hangat dibicarakan dalam menyambut pesta demokrasi yang digelar setiap lima tahun di negeri kita tercinta. Sumenjab menjadi sebuah nasasi alternatif di antara berbagai narasi sosial-politik yang saling dibenturkan dengan menghadirkan sosok Suto sebagai gabungan dari dua kandidat yang saling bertarung saat ini.

Baca juga : Kartelisasi Politik dan Masa Depan Demokrasi Indonesia

Penonton akan diajak untuk berpikir tentang pilihan mereka, bahwa pada akhirnya, kedua kandidat yang serang ini hampir menjadi kultus, pada dasarnya adalah manusia biasa, dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Mengusung konsep pertunjukkan rakyat, penonton dapat menikmati lakon ini dengan santai, sambil duduk lesehan lesehan dan menikmati jajanan seperti kacang rebus dan wedangan.

Baca juga : Jubir Presiden Pastikan Jokowi Hadiri Penutupan Kongres Partai Nasdem

Gaya ludruk dan lenong dipilih karena dirasa menguraikan tema-tema yang berat itu ke dalam cerita sehari-hari yang penuh dengan guyonan, sehingga diharapkan bukan hanya terhibur, tapi juga teredukasi.

“Intinya kami ingin menyampaikan pesan bahwa politik itu cuma sasaat. Jadi, jangan sampai yang sesaat itu merusak pertemanan kita yang selamanya,” ujar sutradara Yoga Mohamad menjelaskan.

“Melalui pementasan ini kami ingin mengajak penonton untuk tertawa sekaligus berpikir, bahwa anak muda itu harus pintar, jangan mau dipecah-belah, dan bahwa politik itu dapat dinikmati secara gembira karena teryata banyak kelucuan dan keluguan terjadi di belakangnya,” lanjutnya.

Pilihan ludruk dan lenong dirasa tepat untuk menggambarkan “panggung belakang” politik kita yang sebenarnya penuh kelucuan yang digambarkan dalam sosok Suto, seorang calon pemimpin di sebuah desa imajiner bernama Desa Krompyang. Menjelang hari pemilihan, Suto, seorang yang baik dan lugu, mendapat tekanan dari keluarga, dan tim relawannya.

Keluarganya yang sebelumnya terbiasa hidup sederhana, kini mulai tergoda untuk hidup secara berlebihan. Anto, misalnya, anak semata wayang Suto, merengek minta dibelikan motor baru yang “sesuai dengan kepribadiannya”di saat mereka sudah memiliki empat motor. Permintaan itu ditolak oleh Suto. Namun Ani, sang istri malah menyindir gaya hidup Suto yang terlalu sederhana dan berdalih bahwa kesejahteraan anak dan cucu mereka juga harus diperjuangkan. “Jangan terlalu idealis, Mas! Nanti kamu dipenjara seperti Mandela dan Gandhi,” begitu kata sang Istri.

Sementara di kantor pemenangannya, Ketua Relawan Mas Burhan dan asistennya Maesaroh terus menghasut Suto agar menggunakan segala cara untuk memenangkan pertarungan politik. Termasuk dengan menyebarkan berita miring dan pencitraan berlebihan melalui melalui media. Suto pun mengalami kebimbangan moral, antara mempertahankan kejujurannya atau memengkan pemilihan tapi dengan cara yang bertentangan dengan hati nuraninya.

(Foto seluruh pemain teater Pandora, bersama tuan rumah, Rio Sarwono (ketiga dari kiri-berdiri), di halaman parkir Balai Sarwono/Joglo Beer, Kemang, Minggu (24/2/2019) pulul 19.00 WIB. Foto: Indonews.id)

Disinilah kemudian muncul sosok Dalang dan orang gila bernama Bonggol, dua sosok yang merepresentasikan rakyat kecil yang tidak memiliki kepentingan apa-apa tapi selalu diombang-ambing oleh urusan politik yang sebenarnya tidak mereka pahami. Melihat sosoknya yang lugu dan gampang terpengaruh, Dalang mengingatkan Suto agar selalu mawas diri dan berpihak kepada rakyat Desa Krompyang. Suto mengiyakan hal itu. Namun di akhir cerita, setelah Suto akhhirnya memutuskan untuk membubarkan tim relawannya sendiri, Dalang justru tergoda untuk terjun ke politik dengan mengajukan diri menjadi Ketua Relawan Suto yang baru dan mengajak Bonggol, si orang gila menjadi Sekjen-nya. “Ini tim relawan gila,” teriak Suto di akhir lakon.

Melalui pementasan ini, penonton diajak untuk berimajinasi tentang “panggung belakang” peristiwa politik – yang memang lazim terjadi di dalam politik tanpa berniat menggurui apalagi mendewakan yang satu atau yang lainnya.

“Dengan begitu, kita tidak akan terjebak pada fanatisme apalagi kultus, karena pada akhirnya, yang terpenting adalah persatuaan dan kesatuan kita sebagai bangsa. Politik memang suka tampak kepada kita dalam wajahnya yang serius dan menegangkan. Padahal jika kita diberi kesempatan untuk melihat “panggung belakang” itu maka kita mungkin akan menemukan wajah politik yang berbeda. Entah tampil sebagai komedi, tragedi, atau biasa-biasa saja,” ujar Yoga Mohamad.

Teater ini ditonton oleh ratusan anak-anak milenial, orang dewasa, dan masyarakat umum. Pengusaha sekaligus tuan rumah acara tersebut, Rio Sarwono, dan Pemimpin Redaksi Indonews.id, Asri Hadi, juga menikmati acara yang penuh dengan guyonan namun edukatif itu. (Very)

 

Artikel Terkait
JK Negarawan Luwes dan Selalu Menjaga Tali Silaturahim
Kartelisasi Politik dan Masa Depan Demokrasi Indonesia
Jubir Presiden Pastikan Jokowi Hadiri Penutupan Kongres Partai Nasdem
Artikel Terkini
Mendagri Resmi Lantik 5 Penjabat Gubernur, Ada Alumni SMAN 3 Teladan Jakarta
Mendagri Resmi Lantik 5 Penjabat Gubernur
Kak Wulan Bikin Petani Mawar Nganjuk Punya Harapan Baru
PNM Peduli, Gerak Cepat Bantu Bencana Banjir Bandang dan Lahar Dingin Sumatera Barat
Pj Bupati Maybrat Sambut Kedatangan Tim Badan Nasional Penanggulangan Bencana
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas