INDONEWS.ID

  • Selasa, 26/02/2019 19:25 WIB
  • Banyak Perempuan Yang Jadi Korban Adat, Menteri Yohana Ajak Warga Papua Lebih Terbuka

  • Oleh :
    • Ronald
Banyak Perempuan Yang Jadi Korban Adat, Menteri Yohana Ajak Warga Papua Lebih Terbuka
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Susana Yembise mengajak masyarakat Papua untuk berubah menjadi lebih terbuka dan mau mengikuti perkembangan zaman sehingga perempuan Papua juga bisa lebih berkembang.

Jakarta, INDONEWS.ID - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Susana Yembise mengajak masyarakat Papua untuk berubah menjadi lebih terbuka dan mau mengikuti perkembangan zaman sehingga perempuan Papua juga bisa lebih berkembang.

"Bukan saya mau mengajak mengubah adat. Namun, zaman sudah berubah, kita juga harus ikut berubah. Teknologi digital sudah berkembang," paparnya dalam kegiatan dengar pendapat dengan tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh agama di Sorong, dalam keteranganya tertulisnya diterima pada Selasa, (26/2/2019).

Baca juga : MRP Desak Presiden Jokowi Pastikan Cakada 2024 Se-Tanah Papua Diisi Orang Asli Papua (OAP)

Karena itu, dalam banyak kesempatan berdialog dengan dewan adat, Yohana selalu meminta agar masyarakat Papua bisa lebih melindungi dan menghargai perempuan.

Pernah dalam salah satu pertemuan dengan dewan adat, Yohana ditanya bagaimana bisa menjadi menteri padahal adat di Papua banyak menghalangi perempuan untuk maju.

Baca juga : Buka Musrenbang Provinsi Papua Barat, Wamendagri Ingatkan Pentingnya Sukseskan Pilkada Serentak

"Saya bilang, saya dipilih Presiden yang orang Jawa. Kalau orang Papua, pilih kepala dinas saja pasti laki-laki," pungkasnya.

Maka tak heran jika dalam realitanya, Yohana mengatakan jika masih ada perempuan di Papua dan Papua Barat yang menjadi korban dari adat yang berlaku pada masyarakat setempat.

Baca juga : BPSDM Kemendagri Dukung Peningkatan Kapasitas ASN melalui Diklat di DOB Papua

"Adat tentang mas kawin di Papua membuat perempuan menjadi korban. Ada perempuan yang sudah melahirkan tiga anak sampai empat anak, tapi belum menikah karena mas kawin mahal," sebutnya.

Yohana menceritakan, ada keluarga yang meminta mas kawin sangat mahal, bahkan sampai Rp1 miliar, sehingga laki-laki tidak bisa segera menikahkan anak perempuan dari keluarga itu.

Padahal, hubungan antara perempuan dan laki-laki  tersebut sudah sangat jauh, sehingga melahirkan anak. "Kalau begitu, bagaimana pemenuhan hak anak terhadap akta kelahiran. Itu baru untuk mas kawin, belum untuk biaya anak sekolah nanti," tandasnya. (rnl)


 

Artikel Terkait
MRP Desak Presiden Jokowi Pastikan Cakada 2024 Se-Tanah Papua Diisi Orang Asli Papua (OAP)
Buka Musrenbang Provinsi Papua Barat, Wamendagri Ingatkan Pentingnya Sukseskan Pilkada Serentak
BPSDM Kemendagri Dukung Peningkatan Kapasitas ASN melalui Diklat di DOB Papua
Artikel Terkini
Ketua Pengadilan Negeri Batusangkar Dirikan Dapur dan Pendistribusian untuk Korban Banjir Bandang Tanah Datar
Aksi PNM Peduli Serahkan Sumur Bor Untuk Warga Indramayu Dan Tanam Mangrove Rhizophora
PTPN IV Regional 4 Jambi, Bantu Beras Warga Solok
Pastikan Arus Barang Kembali Lancar, Menko Airlangga Tinjau Langsung Pengeluaran Barang dan Minta Instansi di Pelabuhan Tanjung Priok Bekerja 24 Jam
Umumkan Rencana Kedatangan Paus Fransiskus, Menteri Agama Dukung Penuh Pengurus LP3KN
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas