Indonews.id – Direktur Sayuran dan Tanaman Obat dari Dirjen Hortikultura Kementan, M. Ismail Wahab menjelaskan bahwa impor tidak ditargetkan berkelanjutan hingga puluhan tahun ke depan. Saat ini impor dilakukan sebagai respons kurangnya pasokan domestik untuk permintaan bawang putih.
Saat ini 97% bawang putih yang di konsumsi masyarakat adalah impor. Artinya bawang putih dari domestik hanya mencukupi 3% kebutuhan nasional. Dengan kata lain, ketergantungan impor sangat tinggi saat ini.
Target Kementan pada 2021 tidak terjadi ketergantungan tinggi akan bawang putih seperti saat ini. Produksi bawang putih domestik perlu dikembangkan. "Jadi, sembari mekanisme impor ini jalan, kita terus pacu penanaman bawang putih di dalam negeri. Harapannya tahun 2021 nanti ketergantungan terhadap bawang putih impor seperti saat ini tidak lagi terjadi," menurut Ismail.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, Yasid Taufik menuturkan pihaknya sejauh ini telah mengatur tata niaga bawang putih secara efisien. Upaya normalisasi harga bawang putih dilakukan dengan rilis rekomendasi impor sebanyak 125.000 ton untuk 11 importir. Kemendag telah mengeluarkan persetujuan impor 115.000 ton yang mulai dibongkar pekan ini.
Adapun impor saat ini digencarkan untuk menekan harga bawang putih menjelang Ramadan. Pantauan Kementan pada beberapa pasar di Jakarta (3/5/2019) harga bawang putih Rp 55.000 – 65.000/kg. Di pasar induk Kramat Jati Rp 45.000/kg untuk jenis sinco atau bawang banci. Kementan menggencarkan operasi pasar di berbagai daerah. Dua hari ini di 10 titik pasar, harga jual Rp 15.000 – Rp 23.000/kg.