"Telkomsel sedang berusaha untuk memperbaiki kabel yang diputus atau melakukan pengalihan trafik agar layanan suara & SMS bisa segera difungsikan kembali. Kami juga sudah koordinasi dengan POLRI/TNI untuk membantu pengamanan perbaikan di ruang terbuka," kata Rudiantara.
Diketahui, sejak beberapa hari terakhir, Kominfo mengambil keputusan untuk memblokir akses internet di Papua dan Papua Barat dimulai pada tanggal 21 Agustus 2019. Langkah ini diambil sebagai tindakan pencegahan penyebaran konten-konten provokatif. Ini adalah buntut kerusuhan yang pecah di sejumlah titik di Papua dan Papua Barat pada 19 Agustus 2019.
Pihak Telkomsel mengakui bahwa layanan telepon dan SMS di Papua memang sedang mengalami gangguan pada hari ini. Hanya saja perusahaan tidak menjelaskan apa penyebabnya.
"Sekarang ini kami sedang mengusahakan percepatan solusi perbaikan dan terus berkoordinasi dengan seluruh pihak terkait, untuk mengembalikan agar layanan telepon dan sms Telkomsel bisa kembali normal," kata Denny Abidin, VP Corporate Communications Telkomsel.
Putusnya layanan telekomunikasi di Papua dan Papua Barat kembali menjadi alasan massa untuk turun ke jalan dan kembali melakukan kerusuhan. Kali ini, massa membakar salah satu gerai GraPari milik Telkomsel yang berada persis di samping Kantor DPR Papua di Jalan Sam Ratulangi, Jayapura.
Telkomsel mengatakan untuk sementara kantor GraPari di Jayapura tidak akan beroperasi selama waktu yang belum ditentukan.
Kerusuhan di Papua dan Papua Barat terjadi dipicu kemarahan warga terkait penangkapan mahasiswa Papua, terkait kasus dugaan perusakan tiang bendera merah putih di selokan depan Asrama Mahasiswa Papua (AMP) di Jalan Kalasan Surabaya. Sebanyak 43 penghuni asrama dibawa ke Polrestabes Surabaya untuk dimintai keterangan.
Dibawanya 43 penghuni asrama itu dilakukan setelah pada Jumat (16/8) lalu, sejumlah massa protes lantaran tiang bendera merah putih di asrama itu rusak.
Massa semakin geram karena terprovokasi pesan berantai yang memperlihatkan ada foto bendera merah putih tergeletak di gorong-gorong sekitar asrama. Massa menduga perusakan itu dilakukan oleh mahasiswa yang tinggal di asrama tersebut. (rnl)