INDONEWS.ID

  • Senin, 30/09/2019 13:30 WIB
  • PNM Investment Resmi Terbitkan Reksadana ETF di Bursa Efek Indonesia

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
PNM Investment Resmi Terbitkan Reksadana ETF di Bursa Efek Indonesia
Peluncuran produk reksadana exchange trade fund (ETF) PT. PNM Inverstement Management di Bursa Efek Indonesia, Senin, (30/9/2019).

Jakarta, INDONEWS.ID - PT PNM Investment Management untuk pertama kalinya resmi menerbitkan produk reksadana exchange trade fund (ETF) di Bursa Efek Indonesia, Senin, (30/9/2019). Peluncuran produk investasi portofolio efek ini bernama Reksa Dana PNM ETF Core LQ45.

ETF atau Exchange Traded Fund adalah produk reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif yang unit penyertaannya diperdagangkan di Bursa Efek. Meskipun pada dasarnya merupakan reksa dana, ETF diperdagangkan seperti saham-saham yang ada di bursa efek.

Baca juga : Percepat Literasi Investasi, OJK Perkuat Kolaborasi Manajer Investasi dan Perguruan Tinggi

Artiya, ETF merupakan penggabungan antara unsur reksa dana dalam hal pengelolaan dana dengan mekanisme saham dalam hal transaksi jual maupun beli.

Penerbitan reksadana ETF PNM ETF Core LQ45 ini menjadi yang pertama bagi Perusahan Permodalan Nasional Madani dan menjadi anggota ke delapan ETF di BEI. Sepanjang tahun ini, total reksadan ETF yang hadir mencapai 8 produk.

Baca juga : Raih ISO 27001, PNM-IM Pacu Inovasi Reksa Dana Online

Direktur Utama PNM Investment Management Bambang Siswaji usai pencatatan perdana Reksa Dana PNM ETF CORE LQ45 di Gedung Bursa Efek Indonesia mengatakan prospek bisnis reksa dana ini dinilai semakin cerah. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya minat investor terhadap produk ini.

"Kami melihat dan sangat optimistis reksa dana ETF akan semakin berkembang ke depan. Pasalnya, minat investor terhadap produk ini semakin tumbuh. Apalagi, dukungan dari otoritas pasar modal dan otoritas bursa yang semakin tinggi," kata Bambang.

Menurutnya, tingginya minat investor terhadap produk reksa dana ETF ini seiring dengan adanya tren pengelolaan investasi pasif untuk mengurangi risiko portofolio saham. Di sisi lain, ETF memiliki karakteristik likuid, transparan, dan tingkat risikonya lebih moderat dibandingkan berinvestasi langsung di saham ataupun surat utang.

Hal ini tercermin dari semakin banyak manajer investasi menerbitkan produk ETF ini dan kinerja dana kelolaan ETF yang terus meningkat.

"Dengan bertambahnya produk reksadana indeks dan ETF berarti minat investor akan produk tersebut juga semakin membaik,” tutur Bambang.

Dalam periode tiga tahun terahir ini, produk ETF mengalami pertumbuhan yang cukup pesat. Per akhir Juni 2019 tercatat jumlah produk mencapai 26 produk atau tumbuh rata-rata sekitar 34,5 persen sejak akhir 2017 sebanyak 12 produk.

Demikian pula, total AUM untuk produk ETF ini tercatat sebesar Rp14,12 triliun per Juni 2019 atau naik rata-rata sekitar 41 persen sejak akhir 2017.

Dari total 26 produk ETF tersebut, sebagian besar produk ETF menggunakan acuan indeks yakni EDX30, SRI KEHATI, MSCI, Jakarta Islamic Index (111) dan baru ada satu produk yang menggunakan indeks LQ45.

“Dari hasil penjajakan terhadap nasabah investor kami, ternyata Indeks LQ45 masih sangat diminati. Ini cukup beralasan karena Indeks LQ45 mengukur performa harga dari 45 saham yang memiliki likuiditas tinggi, kapitalisasi pasar besar dan didukung fundamental perusahaan yang baik,” jelas Bambang.

Perusahaan menargetkan dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) dari produk ini sebesar Rp 200 miliar sampai tahun depan. Hingga saat ini, dana kelolaan yang masuk baru sebesar Rp 6 miliar.

Rencananya, produk PNM ETF Core LQ45 ini akan mengalokasikan investasinya pada minimum 80 persen dan maksimum 100 persen dari nilai aktiva bersih pada saham-saham yang tercatat di indeks LQ45.

Sementara sisanya minimum 0 persen dan maksimum 20 persen dialokasikan pada instrumen pasar uang yang memiliki jatuh tempo kurang dari satu tahun.

Bambang menambahkan, penerbitan ETF saat ini merupakaan waktu yang tepat bagi investor untuk melakukan investasi di produk tersebut.

“Justru di saat kinerja pasar saham yang terkoreksi, inilah waktu yang tepat bagi investor beli ETF dan cocok bagi investor dengan skala investasi jangka panjang,” ungkap Bambang.

Pasalnya, Bambang menambahkan, kondisi pasar yang terkoreksi saat ini lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen global. Bila sentimen global mereda dan ditopang oleh fundamental ekonomi nasional yang kuat, hal ini akan mendorong kenaikan kinerja pasar saham domestik.

Sehingga, lanjutnya, ketika pasar membaik, kondisi ini akan memberikan potensi pertumbuhan keuntungan investasi di produk ETF yang cukup tinggi.

Sebagai tujuan investasi jangka panjang di tengah ekonomi yang terus tumbuh, potensi pertumbuhan imbal hasil reksadana ETF akan cukup besar dengan valuasi IHSG saat ini yang relatif murah.

"Jangka pendek memang masih banyak sentimen yang tidak pasti, tetapi kalau jangka panjang potensi pertumbuhan bagus, ini akan daya tarik reksadana ETF," tutup Bambang.*(Rikardo)

 

Artikel Terkait
Percepat Literasi Investasi, OJK Perkuat Kolaborasi Manajer Investasi dan Perguruan Tinggi
Raih ISO 27001, PNM-IM Pacu Inovasi Reksa Dana Online
Artikel Terkini
Kemendagri Tekankan Peran Penting Sekretaris DPRD Jaga Hubungan Harmonis Legislatif dengan Kepala Daerah
LPER Dilibatkan BNPT Berikan Kuliah Umum Kepada Peserta Didik di Penajam, dan Kutai Kertanegara, Kaltim
Pemprov Papua Barat Daya Serahkan Bantuan Mobil Angkutan Umum untuk Pedagang Mama Papua di Maybrat
Rapat Koordinasi Nasional Bahas Netralitas ASN dalam Pilkada Serentak 2024
Evaluasi Penanganan Pengungsi di Maybrat Menunjukkan Kemajuan Signifikan
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas