INDONEWS.ID

  • Senin, 07/10/2019 19:40 WIB
  • Dirut BPJS Kesehatan Ungkap Penyebab Defisit Hingga Menaikan Tarif Iuran

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Dirut BPJS Kesehatan Ungkap Penyebab Defisit Hingga Menaikan Tarif Iuran
Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris (Foto: Finance.detik.com).

Jakarta, INDONEWS.ID - Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris mengungkapan beberapa alasan di balik defisitnya BPJS Kesehatan hingga memutuskan menaikan tarifnya.

Fachmi menjelaskan jika dilihat jumlah rata-rata iuran BPJS Kesehatan adalah Rp 40.000 sementara pengeluaran rata-rata mencapai Rp 50.000. Hal ini yang membuat defisit.

Baca juga : Masa Endemi BPJS Kesehatan Tetap Biayai Pengobatan Covid-19

"Kalau kita hitung secara murni berdasarkan kelas, misalnya kelas I, iuran normalnya harusnya Rp 300.000 per bulan tetapi pemerintah hanya membebankan Rp 160.000 dan gap ini ditutupi kontribusi dari sektor lain," ungkap Fachmi.

Faktor lainnya, ia mengungkapkan penyebab defisit bengkak adalah karena adanya fasilitas kesehatan (faskes) yang semakin banyak. Selain itu, juga ditemukan semakin banyak penyakit yang harus ditanggung menggunakan BPJS Kesehatan.

Baca juga : Dirut BPJS Kesehatan Beri 4 Penjelasan Soal Penyesuaian Iuran BPJS

Selain itu, kelalaian masyarakat dalam membayar iuran atau premi BPJS juga membuat defisit pada BPJS Kesehatan hingga mencapai Rp32,8 triliun, melebar dari proyeksi awal yang sebesar Rp28 triliun.

"Jika iuran peserta tidak dinaikan defisit akan terus melonjak setiap tahunnya dan mencapai Rp77,9 triliun di 2024," ungkap Fachmi.

Maka dari itu, ia menghimbau masyarakat untuk bersiap diri pasalnya pemerintah sudah memutuskan iuran BPJS Kesehatan naik pada 2020.

Kenaikan tersebut pada kelas I menjadi Rp160.000 dari Rp80.000 per bulan. Kemudian kelas II menjadi Rp110.000 dari sebelumnya Rp59.000 per bulan.

"Setiap tahun defisit ini semakin lebar, itu sangat terkait dengan akses yang semakin baik. Membuat rate utilisasi meningkat, dulu saat awal program kerja berjalan, data untuk masyarakat miskin rate utilisasi-nya sangat kecil, sekarang sudah mendekati rate rata-rata,” tambahnya.

Fachmi Idris memberikan ilustrasi yang lebih meringankan dalam narasi kenaikan iuran BPJS Kesehatan ini.

”Bukan naik dua kali lipat, tapi untuk Kelas 1 jadi menabung Rp 5000/hari, Kelas 2 jadi menabung Rp 3000/hari, dan Kelas 3 jadi menabung Rp 2000/hari. Cukup ringan bukan untuk membiayai dan menjaga diri sendiri dari sakit?” jelas Fachmi.

Fachmi mengatakan esensi dari kehadiran program ini adalah saat membayar iuran BPJS Kesehatan, maka manfaatnya untuk diri kita sendiri. Jika belum memanfaatkan alias sehat, maka kita beramal untuk saudara kita yang membutuhkan.

Menurutnya, pemerintah ingin BPJS Kesehatan yang sangat membantu masyarakat ini agar tidak berhenti. Ia menambahkan jika semua ingin program ini terus berjalan mari kita bergotong royong.

"Maka jangan sampai ada anggapan jika iuran BPJS Kesehatan ini membebani masyarakat,” pungkas Fachmi.*(Rikardo). 

 

Artikel Terkait
Masa Endemi BPJS Kesehatan Tetap Biayai Pengobatan Covid-19
Dirut BPJS Kesehatan Beri 4 Penjelasan Soal Penyesuaian Iuran BPJS
Artikel Terkini
Kebun Rimsa PTPN IV Regional 4 Bantu Sembako Dua Panti Asuhan
Santri dan Santriwati Harus Mengisi Ruang Dakwah dengan Nilai yang Penuh Toleransi
Tak Terdaftar di OJK, Perusahaan Investasi asal Hongkong Himpun Dana Masyarakat
Dewan Pakar BPIP Dr. Djumala: Pancasila Kukuhkan Islam Moderat, Toleran dan Hargai Keberagaman Sebagai Aset Diplomasi
Perkuat Binwas Pemerintahan Daerah, Mendagri Harap Penjabat Kepala Daerah dari Kemendagri Perbanyak Pengalaman
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas