INDONEWS.ID

  • Senin, 14/12/2020 09:31 WIB
  • Sang Tokoh Pergerakan, Konsisten Berjuang Demi Mahasiswa dan Rakyat Kecil

  • Oleh :
    • very
Sang Tokoh Pergerakan, Konsisten Berjuang Demi Mahasiswa dan Rakyat Kecil
Tokoh pergerakan, Rizal Ramli di hadapan para mahasiswa. (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID -- Sejak menjadi mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB), Rizal Ramli sudah sangat perduli pada kemanusiaan dan keadilan sosial. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi bagian integral cita-cita dan perjuangannya.

Perayaan ulang tahunnya saja yang dirayakan di kediamannya saja, sarat nuansa humanis dan pesan kemanusiaan dan keadilan.

Baca juga : Wawancara Khusus Prof Dr H Yulius SH MH Ketua Kamar TUN Mahkamah Agung Tentang BLBI

Tokoh pergerakan itu, demkian dia lebih senang disapa, mengingatkan aparat polisi dan tentara agar tidak boleh membunuh warga masyarakat tanpa proses hukum (legal process). Hal tersebut, menurutnya, merupakan pelanggaran terhadap kemanusiaan, keadilan dan hak asasi manusia.

Bang RR, demikian dia biasa disapa, juga sangat prihatin, perih bahkan terluka dengan maraknya perilaku korupsi maupun para koruptor karena mereka mengambil uang rakyat. Bahkan, di tengah pandemi ini, para koruptor itu berani-beraninya mengambil uang rakyat dalam bentuk bantuan sosial, yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat kecil.

Baca juga : Raih Gelar Doktor, Stafsus Mendagri Herry Heryawan Berhasil Pertahankan Disertasi Tentang Pemolisian Demokratis

"Saya rasa wajar RR ingatkan pemerintah soal Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, dan Keadilan Sosial itu, agar korupsi dan oligarki dihentikan, karena memang beliau setia memperjuangkan dan mendampingi buruh, petani, rakyat kecil dan kaum tertindas, terutama untuk perjuangan sistem jaminan sosial dan pemenuhan kebutuhan pokok. Konsistensi Pak Rizal Ramli memperjuangkan jaminan kesehatan, pemenuhan kebutuhan pokok dan pendidikan untuk masyarakat memang luar biasa panjang," kata analis ekonomi politik dari New Indonesia Foundation, F.Reinhard MA dalam sebuah kesempatan.

“Tak heran jika seorang pengusaha Tionghoa menyebutnya sang guru bangsa pasca Gus Dur dan Cak Nur,” lanjut Reinhard.

Baca juga : Atikoh soal Pendidikan Anak: Menolak Supir Membuka Pintu Mobil untuk Alam Ganjar

Pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tahun 2010, mantan Menko Perekonomian itu, ikut memperjuangkan sistem, berkontribusi ide, hingga turun berdemonstrasi bersama kaum buruh di jalan.  

"Ia turun ke jalan bersama Ketua Umum KSPI Iqbal, ratusan ribu buruh KSPI, dan organisasi-organisasi buruh lainnya, menuju Istana untuk mendorong agar DPR mengesahkan Undang-Undang BPJS. Inilah bentuk kesetiaannya pada cita-cita agar Indonesia," kenang Reinhard seperti dikutip Konfrontasi.com.

Perjuangkan Asuransi Mahasiswa

Berdasarkan kesaksian rekannya semasa mahasiswa tahun 1976-1977, Rizal Ramli ternyata juga sudah memperjuangkan sistem jaminan sosial berupa asuransi mahasiswa sejak masih kuliah di ITB.

"Gagasan asuransi muncul karena banyak mahasiswa yang miskin dan tidak punya uang untuk berobat ketika itu. Dari hasil diskusi, ada yang mengusulkan perlunya asuransi kesehatan untuk mahasiswa. Semua mahasiswa dipungut iuran yang tidak terlalu mahal. Uang yang dikumpulkan digunakan untuk menyewa dokter. Apabila ada mahasiswa yang sakit, jumlahnya sekitar 1 persen dari populasi mahasiswa, biaya pengobatannya bisa ditanggung bersama-sama," cerita motor sekaligus koordinator program Asuransi Kesehatan Mahasiswa ITB 42 tahun lalu, Bakti Luddin.

Saat ide asuransi tersebut diperjuangkan mahasiswa, pada tahun 1976, Rizal Ramli menjadi Deputi Ketua Dewan Mahasiswa ITB. Rizal Ramli dan anggota Dewan Mahasiswa lain menyambut baik gagasan ini. Mahasiswa pun mendorong rektor untuk membuat sebuah klinik.

Sistem asuransinya dirancang oleh mahasiswa sendiri. Klinik ini masih berdiri sampai sekarang. Pasiennya tidak hanya mahasiswa, tapi juga masyarakat umum. Hingga saat ini, bila ada yang sakit, mereka bisa berkunjung ke sebuah klinik yang letaknya tak jauh dari Gelap Nyawang, dekat kampus ITB. Namanya Klinik Bumi Medika Ganesha ITB. Biaya pengobatan di klinik ini tergolong murah. Setidaknya, bisa dijangkau oleh kantong mahasiswa.

"Saat itu, para mahasiswa tidak menyadari sistem asuransi kesehatan yang mereka rancang merupakan pelaksanaan dari apa yang kini disebut sebagai social security system (sistem jaminan sosial). Tentu saja, ini dalam scope yang lebih kecil, sebuah kampus," terang Bakti.

 

Saran RR Menghadapi Pandemi

Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengatakan, sejak dinyatakan pandemi, dirinya sudah mulai menyarankan pemerintah untuk melakukan realokasi anggaran strategis dalam penanganan Covid-19. Kendati demikian, menurutnya pemerintah tidak fokus dalam melakukan relokasi anggaran.

Menurutnya, ada tiga fokus yang seharusnya dilakukan pemerintah. Pertama anggaran untuk fokus melawan virus corona dari segi kesehatan secara besar-besaran; fokus pemberian bantuan bagi masyarakat yang kesulitan memenuhi kebutuhan pangan; serta fokus peningkatan produksi pangan.

Rizal mengatakan, peningkatan produksi pangan menjadi hal penting untuk memastikan ketersediaan pasokan komoditas di tengah pandemi. Sebab, pandemi juga mengancam terjadinya krisis pangan, sehingga perlu tindakan untuk memitigasinya.

Pertanian, kata Rizal Ramli, menjadi sektor yang memungkinan untuk terus berproduksi karena risiko terkena virus corona di perdesaan lebih kecil ketimbang perkotaan. Selain itu, produksinya tak butuh waktu lama sekitar 2 bulan hingga 4 bulan.

"Jadi yang penting kita ada stok pangan yang cukup sehingga rakyat kita tidak kelaparan kalau nanti krisis ini berkepanjangan," katanya dalam webinar mengenai ancaman krisis pangan, Senin (7/9/2020).

Sayangnya, menurut Rizal, pemerintah tidak fokus pada ketiga hal tersebut. Melainkan, tetap meninginginkan banyak program dan proyek berjalanan beriringan, yang menurutnya itu malah membuat pandemi makin sulit teratasi.

"Tapi begitu saya lihat angka-angkanya, kagak nyambung, karena masih bikin proyek ini, proyek jalan, proyek ibu kota baru, macam-macam. Yah jelas enggak ada uang kalau mau semuanya. Padahal dalam krisis kita perlu prioritas, perlu fokus," jelasnya.

Gus Ramli, demikian dia biasa disapa oleh kalangan Gus Durian, mengatakan, belajar dari penanganan krisis ekonomi di tahun 1998, saat itu pengerjaan proyek-proyek besar dihentikan untuk semantara. Kemudian, setelah dua tahun perekonomian kembali pulih barulah proyek-proyek tersebut dijalankan lagi.

Hal inilah, menurut Rizal Ramli, yang dilakukan pemerintah. “Jika pemerintah banyak mengerjakan program dan proyek dalam penangangan pandemi di tengah terbatasnya kapasitas fiskal, maka yang akan terjadi adalah terus dilakukan penambahan utang dan ngutang lagi,” pungkasnya. (Very)

 

Artikel Terkait
Wawancara Khusus Prof Dr H Yulius SH MH Ketua Kamar TUN Mahkamah Agung Tentang BLBI
Raih Gelar Doktor, Stafsus Mendagri Herry Heryawan Berhasil Pertahankan Disertasi Tentang Pemolisian Demokratis
Atikoh soal Pendidikan Anak: Menolak Supir Membuka Pintu Mobil untuk Alam Ganjar
Artikel Terkini
Ketua Pengadilan Negeri Batusangkar Dirikan Dapur dan Pendistribusian untuk Korban Banjir Bandang Tanah Datar
Aksi PNM Peduli Serahkan Sumur Bor Untuk Warga Indramayu Dan Tanam Mangrove Rhizophora
PTPN IV Regional 4 Jambi, Bantu Beras Warga Solok
Pastikan Arus Barang Kembali Lancar, Menko Airlangga Tinjau Langsung Pengeluaran Barang dan Minta Instansi di Pelabuhan Tanjung Priok Bekerja 24 Jam
Umumkan Rencana Kedatangan Paus Fransiskus, Menteri Agama Dukung Penuh Pengurus LP3KN
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas